Sayup-sayup udara dingin mulai menusuk kulitnya. Merasa risih dan tidak nyaman, tangan Taruna menarik selimut lagi. Suhu hari ini lebih dingin dari biasanya. Tidak ingin menghiraukan rasa dingin yang menusuk kulitnya, Taruna kembali tidur. Tapi rasa tidak nyaman mulai ia rasakan. Sayup-sayup membuka mata yang begitu berat, Taruna terkejut bukan main dengan apa yang ia lihat. Sekeliling tampak berbeda, ranjang king size putih ini dan suara percikan air menandakan ada yang mandi. Lagi-lagi Taruna menahan teriakkannya saat mengetahui ia tidak memakai pakaian, hanya pakaian dalam bawah. Panik Taruna mulai menggerakkan tubuhnya, teman-temannya dulu mengatakan jika kehilangan keperawanan ada darahnya atau area wanita mengalami perih dan kesakitan. Merasa baik-baik saja Taruna menatap sekeliling, ia tidak menemukan pakaiannya sama sekali. Masalahnya ia belum mengingat apapun mengenai kejadian semalam.
"Dimana pakaian gue?" Taruna terus saja komat-kamit sambil mencari gaun hitamnya. Bukannya semalam ia ke pesta? Mengapa berakhir di sini, ayo berpikir Taruna. Taruna mundur beberapa langkah karena terlalu fokus mencari pakaiannya, ia sendiri tidak menyadari ada seseorang yang berdiri di belakangnya.
Merasa menabrak sesuatu Taruna melotot sambil memegang erat selimut yang ia pakai. Refleks Taruna mundur ke belakang menjauhi sosok itu. Apa ini mimpi? Taruna tidak yakin jika sosok di hadapannya yang sedang bertelanjang dada dengan handuk putih terikat di pinggang, menatapnya dengan wajah dingin seperti biasa.
"Pak Tula?!" Pada akhirnya Taruna meneriaki nama Tula.
"Bapak ngapain saya?!" Taruna tidak terima jika orang yang membuatnya terlihat murahan seperti ini adalah Tula.
Bukannya menjawab, Tula malah perlahan mendekat. Bagaimana ia tidak meriang dan ketakutan.
"Jangan mendekat pak, saya teriak loh." Taruna makin panik saat Tula melangkah mendekat dan berhasil mengunci tubuhnya. Masalahnya ia tidak bisa mendorong Tula, kedua tangannya sedang memegang erat selimut tebal yang membungkus tubuhnya.
"Apa kamu lupa dengan kejadian semalam?"
Taruna yang mulanya tidak ingin menatap Tula, sontak saja mengangkat wajah menatap kedua bola mata hitam itu.
.
.
.
"Hmm, cowok brengsek kamu Tulang-tulang. Tapi, kenapa kamu sangat tampan. Ku sihir kamu jadi kodok ahahhaha."Kilasan-kilasan kejadian semalam mulai muncul.
"Bajingan. Hoeek, hoeek."
Taruna muntah di pakaian Tula juga pakaiannya penuh muntah.Setelah itu apa yang terjadi? Taruna menatap lantai berpikir keras.
"Apa kamu lupa jika menciumku penuh gairah?!"
Taruna lagi-lagi melebarkan mata, telinganya bahkan memerah. Ia mencium Tula? Mana mungkin?
Tula menidurkan Taruna di ranjang lalu melepas gaun Taruna yang sangat bau penuh muntahan karena mabuk. Tak lupa ia juga membuka jas dan kemeja putihnya yang sangat bau penuh muntahan Taruna. Belum juga ia bangkit berdiri untuk membersihkan diri ke kamar mandi, tangan mungil Taruna menyentuhnya. Ternyata Taruna menjadikan tangannya tumpuan untuk bangkit duduk di atas ranjang. Tula memalingkan wajahnya melihat tubuh Taruna yang hanya memakai bra saja. Bagaimanapun ia pria normal.
"Brengsek, gue bukan maling. Hiks, hampir gue bunuh diri karena dituduh yang enggak-enggak."
Taruna mulai merancau tidak jelas, sesi curhat saat mabuk."Gala, gue laper. Hiks."
Mendengar kalimat itu, wajah Tula tampak mengeras. Tidak menyadari tindakannya, Taruna malah duduk di atas pangkuan Tula.
"Uhum, ahaha, wajahnya mirip Tulang. Tapi sifat kamu bukan kayak Tulangkan?" Taruna menyentuh kedua pipi Tula, mengelus pelan. Kedua bola matanya yang dipengaruhi alkohol menatap wajah Tula begitu dalam. Entah apa yang dipikirkan Taruna, hanyut dalam pesona Tula ia malah menyatuhkan bibirnya dengan bibir Tula. Ciuman yang mulanya begitu lembut, perlahan mulai penuh gairah saat Tula membalas ciuman Taruna. Hanyut dalam ciuman panas, Tula membaringkan tubuh Taruna masih dengan ciuman yang tidak ingin keduanya lepas. Merasa hangat dengan sentuhan Taruna, Tula gelap mata ingin lebih dari sekedar dari ciuman.
Tubuh Taruna melemas, ia tidak ingat lagi, hanya sampai disitu. Bahkan selimut di tubuhnya hampir saja melorot jika tidak di tahannya.
"Itu, maaf pak. Saya mabuk, saya tidak ingat apa yang saya perbuat. Ehm, tapi kita gak lebih dari sekedar ciumankan pak?!" Taruna menunduk tidak berani menatap Tula. Ia juga lupa bagaimana ia bisa bersama Tula. Bukannya semalam ia bersama Bayu? Sepertinya ini hanya mimpi. Taruna kembali mengingat awal mula yang terjadi. Saat itu ia dan Bayu pamit pulang, tapi Devan menahannya. Lalu Karen, Cintia dan Dali juga menahannya untuk tidak pergi. Taruna mulanya ingin menolak dengan halus, tapi mereka juga menahan Bayu agar tidak pergi. Masalahnya Bayu begitu terpesona dengan pria-pria tampan seperti Tula, Devan, Kara, Bari dan Bala. Belum lagi para tamu yang juga berkelas seperti ke-5 pria itu.
Mereka duduk satu meja, seperti dejavu. Taruna pernah merasakan hal ini, tak disangka-sangka Cintia mengambil botol anggur kosong lalu meletakkan di atas meja.
"Ayo, truth or dare."
Yang ia ingat hanyalah ia, Bayu, Cintia, Queen, Dali dan Karen serta beberapa sepupu Devan bermain permainan konyol itu. Ia beberapa kali memilih truth malah lama menjawab dan mereka menghukumnya dengan minum alkohol. Untuk pertama kalinya ia minum alkohol, mabuk dan tidak ingat apapun lagi.
'Sial.' Maki Taruna frustasi. Dengan cepat ia mendorong Tula lalu mengambil kaos hitam, tidak lupa tasnya di atas tempat tidur lalu berlari pergi. Apapun yang terjadi ia harus kabur dari tempat terkutuk ini. Meminta Tula bertanggung jawab? Gila, bisa-bisa ia hilang tanpa jejak seperti model seksi yang mengaku hamil anak Tula. Anggap saja ini tidak pernah terjadi, ia juga belum kehilangan keperawananya. Cepat-cepat Taruna memakai kaos hitam polos yang kebesaran, sepertinya kaos Tula. Tidak ingin memikirkan apapun lagi, cepat-cepat Taruna berlari keluar. Sepertinya Tula membawanya ke apartemen pria itu.
'Sial.' Lagi-lagi Taruna memaki saking kesalnya harus naik lift tanpa memakai alas kaki dan berpakaian tidak nyaman seperti ini. Keluar dari lift dan tiba di lantai paling dasar gedung besar ini, bisa Taruna rasakan tatapan mata beberapa orang menatapnya aneh. Sial, ia berdoa semoga tidak ada yang memotretnya. Harusnya tadi ia memakai jaket atau apapun agar tidak terlihat aneh.
Untung saja setelah keluar, ia langsung menemukan taksi. Setelah menyebutkan alamat tempat tinggal, Taruna bisa bernafas legah. Setidaknya ia bisa keluar dari satu masalah. Taruna merasa pikirannya sedang bercabang-cabang, apa yang akan ia katakan jika bertemu salah satu saja anak kosnya? Bagaimanapun mereka akan merasa aneh saat melihat ia pulang dengan kaos hitam besar, sadar jika ia hanya memakai kaos tanpa celana, cepat-cepat Taruna memperbaiki posisi duduknya. Sial, Tula membuatnya dalam bahaya, ia tak tahu kapan musibah akan datang lagi. Banyak pemerkosaan di mana-mana, untung saja sopir taksi ini terlihat sangat fokus mengemudi, cara duduknyapun baik-baik saja. Taruna lagi-lagi membuang nafas legah, hari ini hari sabtu dan kantornya libur. Taruna cepat-cepat membuka tasnya dan mengambil handphone. Tidak ada panggilan masuk dari Bayu.Sialan, kemana Bayu semalam? Kenapa meninggalkannya pada Tula?!
Gemas Taruna sampai menelpon nomor Bayu, tapi seperti dugaannya.
'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, atau berada di luar jangkauan. Cobalah hubungi beberapa saat lagi.'
Bagaimana Part ini? Mana vote dan komentarnya??Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT)
Storie d'amoreTaruna merasa dongkol karena Bos di kantornya begitu semena-mena mengatainya jelek karena satu insiden. Bukan hanya di kantor, tetangga sebelah kamarnya juga bikin ia naik darah karena insiden salah angkat pakaian dalam. "Menjauh, dasar jelek." It...