KG 17

707 63 9
                                    

Manusia makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna karena diberikan akal dan budi. Tapi, kadang manusia menjudge sesuatu tanpa mencari kebenarannya. menjudge hingga menghancurkan mental seseorang. Lalu ketika kebenaran terungkap, akan berlindung pada kata tidak ada manusia yang sempurna, pasti pernah salah menilai.

~kelebihan Garam
.
.
.
Taruna menikmati makanan tanpa jaim sama sekali. Gala sampai tercengang sudah 10 tusuk sate yang dihabiskan Taruna. Ia baru menyadari jika defenisi cewek jika stres memilih banyak makan ia dapati pada Taruna.  dua puluh tusuk sate habis begitu saja, menepati janjinya Gala mentraktir Taruna makan seblak, tak tanggung-tanggung dia meminta level pedas yang paling tinggi. 

"Badan kecil tapi maruk banget." Melihat Taruna makan dengan lahap, Gala hanya bisa menggeleng pelan sambil menyindir.

"Gue laper Gal, belum makan sejak siang." Benar, setelah insiden itu terjadi Taruna tak istirahat makan sama sekali. Ia tak punya napsu makan, dan mengurung diri di toilet.

"Kebetulan geratis jadi jangan sia-siain." Taruna mulai menarik senyum tidak tahu malu.

"Humm."  Gala hanya bedehem pelan lalu kembali diam menatap Taruna yang kembali lahap makan, sekali-kali menyodorkan air saat Taruna kepedasan, lalu memberikan tisu dan terkekeh saat Taruna meniup-niup bibirnya yang kepedesan.

Taruna ikut tertawa menyadari kebodohannya. Lalu tawanya berhenti saat matanya bersitatap dengan meja di pojok sana. Melihat tatapan Taruna yang tidak biasa, Gala ikut menoleh. 

"Jangan lihatin, dia CEO di perusahaan gue. Tatapannya aja udah buat ngerih."

Taruna menunduk dan berbisik pelan di hadapan Gala. Berharap tubuh kecilnya ketutup tubuh Gala, tapi tetap saja kelihatan.

"Makan aja, gak usah bawel." Taruna cemberut saat Gala menyuapinya secara tiba-tiba.

"huuuuff, ogep yang lo suapin cabe." Bukannya merasa bersalah Gala malah membuka botol air, lalu menyodorkan ke arah Taruna.

"Sengaja." Taruna menaikkan sebelah alisnya. Telinganya belum budek, sengaja? Kali ini ia ingin melempari Gala ke dalam sumur. Baru saja ia ingin protes dan ngamuk, perlakuan Gala berikutnya sangat mengejutkan. Gala meniup pelan dan mengipas bibirnya yang kepedasan.

Taruna melirik ke arah meja Tula dan Bala. Benar saja tebakkannya Tula dan Bala sedang menatapnya dengan tatapan berbeda.

Taruna menarik hidung Gala, agar pria di hadapannya ini berhenti bertingkah aneh dan menyebalkan. Bukannya berhenti, Gala malah mencubit kedua pipi Taruna hingga membuat Taruna memekik pelan dan melototi Gala.

"Lepasin bego, sakit njir."

"Uh, unyu banget sih kamu sayang." Taruna lagi-lagi ingin muntah. Kenapa setelah melihat Tula, tingkah Gala seperti sedang memanas-manasi mantan pacarnya.

"Ya udah lanjutin makannya." Taruna melototi Gala yang seakan tidak megerti kode Taruna sejak tadi. Ia sudah Tahu tatapan Taruna seakan mengulitinya hidup-hidup.

Taruna tidak ingin menanggapi lagi keanehan Gala, ia memilih menghabiskan seblak di piringnya.

**
Taruna menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, ini adalah malam melelahkan dan ia ingin segera tidur. Bukan hanya capek fisik nyatanya pikirannya juga capek. Untung saja perutnya sudah kekenyangan dan rasa kantuk mulai mendera.

Belum juga ia tidur, satu pesan WA masuk dari nomor baru.

+6285xxxxxx
Halo Taruna. Ini Devan.

Taruna beberapa kali mengedipkan matanya, Devan? Tidak mungkinkan Devan yang ia kenal? Taruna meggeleng pelan, mungkin Devan yang lain.

+6285xxxxxx
Apa kita bisa bertemu? Aku ada di bawa kosanmu.

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang