Mobil ferrari hitam Tula berhenti tepat di depan gerbang. Taruna pikir kalimatnya tadi di danau itu membuat Tula tertampar keras. Pria itu masih mendiaminya, bahkan sampai mereka tiba. Jika ia pikirkan lagi, harusnya ia dan Tula tidak sedekat ini. Masih tergambar jelas waktu di Vila, hatinya masih kecewa karena Tula malah ikut menuduhnya.
"Terima kasih pak Tula, saya pamit." Belum juga membuka pintu, Tula menarik tangan Taruna hingga tubuh mungil Taruna hampir jatuh ke pelukkan Tula. Menatap wajah Tula yang begitu dekat, jantung Taruna berdetak dua kali lipat. Sial, Tula suka berbuat seenaknya.
"Dengar Taruna, kamu kekasih saya sekarang. Jangan pernah berdekatan dengan pria manapun, terutama dia."
Taruna mengerutkan keningnya lalu menoleh ke arah depan tangga masuk ke lantai dua, di sana Gala berdiri menatap ke arah mobil Tula. Sial, jika seperti ini Gala akan salah paham lagi. Ia sudah berjanji pada pria itu untuk menjauhi Tula dan gank sultannya. Jika seperti ini terus pertemannya dengan Gala akan renggang. Susa payah ia membujuk Gala agar berbaikan.
"Lepas pak Tula." Taruna memaksa menarik tangannya yang masih ditahan Tula. Ia sangat tidak nyaman dan takut jika Gala salah paham.
"Jika kamu berjanji." Taruna benar-benar dongkol. Mau tidak mau ia harus berjanji pada pria ini. Janji yang tidak akan ia tepati.
"Iya janji, lepasin." Dengan cepat Taruna menarik tangannya setelah Tula mengendurkan genggamannya saat ia berjanji. Tula pikir ia akan mengikuti kemauannya? Salah besar, ia adalah Taruna si keras kepala. Masa bodoh jika pria itu menjadi gila karena darah tinggi dibuatnya.
Setelah merasa legah keluar dari mobil, Taruna lagi-lagi dibuat dongkol saat Tula ikut turun.
Mau apa pria gila ini? Taruna yakin sesuatu yang buruk akan terjadi. Jika seperti ini Gala akan kembali mendiami dan mencuekinya.
"Aku antar sampai ke atas sekalian mampir ya, ngantuk butuh kopi."
"Huh?!" Taruna memasang wajah jeleknya. Ia benar-benar dongkol setengah mati saat Tula berjalan terlebih dahulu tanpa menunggu persetujuannya.
Taruna ingin mengusir tapi bingung apa yang harus ia katakan. Matanya bersitatap dengan Gala yang terlihat memasang wajah dingin, dengan percaya dirinya Taruna menarik tangan Gala.
"Mati gue kalau bareng dia terus. Please."
Taruna memasang eyes smilenya berusaha membujuk Gala agar membantunya ikut ngopi bareng Tula, minimal ada Gala agar Tula tidak macam-macam padanya. Tidak disangka, Gala malah merangkul pundak Taruna lalu menatap penuh wajah Taruna."Sayang, kenapa gak angkat teleponnya? Selingkuh heh?!"
"Hah?!" Taruna makin merasa bingung. Tanpa diduga Tula menarik tangan Taruna ke pelukkan pria itu.
"Jangan sentuh cewek gue."
Lah, lah, Taruna menatap horor kedua pria ini. Ia berasa jadi barbie dadakan yang diperebutkan cogan.
"Cewek lo? Taruna itu cewek gue." Gala kembali menarik Taruna kepelukannya.
"Cewek lo?" Tula menarik Taruna kembali kepelukannya, lalu mengangkat jari tangan Taruna menunjukkan cincin emas berlian di jari manis Taruna. Seakan mengungkapkan jika Taruna telah menjadi milik seutuhnya.
"Taruna itu punya gue!" Seru Tula tidak ingin kalah.
Pusing Taruna langsung berteriak kesal. "Gue punya mak-bapak gue, apaan sih lo berdua."
Kesal tentu saja, ia merasa kesal karena dijadikan bola oleh kedua pria ini. Berasa jadi bola yang dioper kemana-mana. Kepalanya bahkan sudah sakit saking menahan kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT)
RomanceTaruna merasa dongkol karena Bos di kantornya begitu semena-mena mengatainya jelek karena satu insiden. Bukan hanya di kantor, tetangga sebelah kamarnya juga bikin ia naik darah karena insiden salah angkat pakaian dalam. "Menjauh, dasar jelek." It...