KG. 2

1K 70 3
                                    

"Duh Tar, udah jangan nangis lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duh Tar, udah jangan nangis lagi."

Bujuk Prisna sambil memberikan tisu kepada Taruna. Karen, dan Bayu hanya diam, tenggelam dengan pikiran masing-masing.

"Hiks, gue tahu gue emang jelek. Tapi, Si Tulang itu gak perlu ngomong sejelas itukan?"

Taruna benar-benar kesal. Ia menangis sudah satu jam saking kesalnya dengan hinaan Tula. Sejak sore itu, Tula memutuskan untuk pulang. Dia pergi dengan mobilnya dan mereka tetap dengan bus perusahaan. Sekarang di sinilah mereka berada kamar kos milik Taruna.
"Pak Tula ganteng sih, tapi kalau lagi marah kayak gitu nyeremin."
Taruna makin kesal mendengar kalimat lanjutan Prisna. Buat apa tampan tapi mulut setajam mulut ibu mertua? Buktinya pria itu berhasil membuat ia menangis.

"Udah ya sayang. Kamu akan cantik di mata orang yang tepat. Gak usah peduliin kalimat pak Tula. Emang sih orang sekece dan sekeren pak Tula, nilai cewek cantik yah kayak Si Karen kita adindut."

"Bayu yang kece. Gak usah memanas-manasi suasana deh. Diam lo."

Melihat Karen yang marah Bayu hanya cemberut.

"Gue dipecat gak yah?!" Sejak tadi Taruna menangis bukan hanya karena kalimat kasar Tula, tapi juga takut pria itu memecatnya begitu saja.

"Banyakin doa say kita semua gak ada yang tahu."
Mendengar kalimat itu, Taruna makin menangis kencang. Seakan tak ada harapan untuk ia bertahan.

"Bayu!" Karen meninggikan suaranya, agar Bayu tidak lagi bicara yang aneh-aneh.

Malam minggu harusnya menjadi malam yang indah. Taruna merasa sangat kesal karena ia harus menghabiskan malam ini dengan menangis.

🌃🌃

Pagi harinya, hari minggu. Sepertinya bukan pagi lagi, tapi matahari sudah meninggi di luar sana, gorden jendela kamarnya masih tertutup dengan rapat. Taruna masih betah berbaring di ranjang kecilnya. Kamar bernuansa putih itu tak seputih hidupnya.

Merasa bosan hanya tiduran dengan mata sipit seperti orang cina karena efek menangis semalam, Taruna memilih melipat pakaiannya yang sudah menumpuk di atas kursi depan meja kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merasa bosan hanya tiduran dengan mata sipit seperti orang cina karena efek menangis semalam, Taruna memilih melipat pakaiannya yang sudah menumpuk di atas kursi depan meja kerjanya. Saking sibuknya ia bahkan tak punya waktu untuk melipat pakaian sudah hampir sebulan bertengker manis di atas kursi. Kesedihan semalam sudah berlalu, ia baru saja menceritakan masalahnya pada salah satu sepupunya Aprina Koya. Kata sepupu tercantiknya, tidak apa-apa itu adalah proses. Akan ada hal indah setelah kesedihan. Setidaknya kata-kata penguatan itu meyadarkan Taruna, jika esok pasti ada kebahagiaan.

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang