"Gak mungkin salah taruh. Gue taruh di atas meja." Queen memijat pelipisnya pusing sudah sejak kemarin hilang. Masalahnya kalung itu adalah pemberian berharga dari Bari saat lamaran. Ia tak ingin Bari marah. Kalung berliontin itu memiliki harga yang fantasi. Mereka sudah mencari kemana-mana, tapi tak ada.
"Siapa yang berani ngambil? Gak ada kan, kecuali-"
Dali menghentikan kalimatnya, matanya menatap Karen penuh.
"Kecuali apa?" Tanya Cintia pada Dali.
"Gue bukan mau nuduh, tapi lo tahukan kita semua mampu beli, kecuali satu orang."
Queen sontak bangkit dari duduknya. Ia harus memastikan sendiri.
**
Taruna berjalan bersama Devan. Keduanya baru pulang dari super market. Jarak dari Vila ke sana sekitar 20 menit.
"Gak baik loh makan ice cream malam-malam."
Taruna masa bodoh dengan teguran Devan. Ia malah lanjut mengemut ice cream yang sisa sedikit. Mereka sampai di depan teras.
"Enaak." Devan mengacak rambut Taruna gemas mendengar jawaban Taruna.
Menghabiskan ice cream di tangannya, segera Taruna berlari kecil masuk ke dalam Vila. Banyak yang telah menitip pesanan.
"Queen, ini makanan ringan titi-"
Plaak, plaak.
Taruna menjatuhkan kantong putih di tangannya. Pipihnya memerah, ia baru saja ditampar dengan keras sebanyak dua kali.
"Dasar maling." Tubuh kecil Taruna jatuh begitu saja karena tak seimbang didorong Queen.
"Quee, lo bisa bunuh dia." Tegur Devan mencoba mambantu Taruna berdiri.
"Diam Devan. Dia maling kalung berlian gue."
Taruna bangkit dari posisinya di bantu Devan. Ia merasa tak pernah mencuri apapun dari siapapun.
"Gue bukan maling-"
"Bukan maling?!" Lalu di koper lo ini apa?"
Taruna menatap koper kuningnya yang terbuka lebar dan pakaian-pakaiannya berhamburan. Ia merasa kesal karena dituduh sembarangan.
"Gue gak nyuri." Taruna berjongkok memungut pakaiannya yang berhamburan di lantai, tapi tangannya berhenti di udara saat Queen menendang bajunya jauh ke sana dan menarik Taruna berdiri dengan paksa.
"Kita semua saksinya, cewek jelek, miskin kayak lo berharap bisa berteman dengan kita? Gue paling benci cewek maling. Mati lo."
Tubuh Taruna terjatuh kembali dan Queen mencekikik leher dan menamparnya dua kali. Taruna mencoba melawan. Wajahnya benar-benar akan babak belur, Queen bisa membunuhnya, jika saja Devan tidak melerai.
"Biarin Dev. Kita semua nemuin kalung itu di koper Taruna." Devan yang mulanya memegang tangan Queen sontak saja menatap Taruna dengan kecewa. Bari tidak mungkin berbohong.
"Kak gue gak nyuri. Demi Tuhan, Ren lo tahukan gue bukan maling."
Taruna berlari kecil menuju Karen Hanya Karen yang bisa membantunya.Queen terkekeh sinis. Sedangkan Karen masih menatap Taruna dengan wajah kecewa.
"Gue benar-benar nyesal ngajak lo ke sini. Malu-maluin."
Taruna menghapus sisa air matanya. Ia benar-benar kesal tak ada yang percaya padanya. Tula juga hanya menatapnya dengan dingin. Jujur saja ia sangat malu sekarang.
"Ren, harusnya lo percaya sama gue."
"Gimana gue harus percaya? Di sini kita semua punya duit. Cuman lo yang dicurigai. Lihatkan, faktanya lo nyuri kalung berlian milik Queen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT)
RomanceTaruna merasa dongkol karena Bos di kantornya begitu semena-mena mengatainya jelek karena satu insiden. Bukan hanya di kantor, tetangga sebelah kamarnya juga bikin ia naik darah karena insiden salah angkat pakaian dalam. "Menjauh, dasar jelek." It...