"Pelan-pelan turunnya sayang."
Queen menerima uluran tangan Bari.
Uhhg, sosweetnya. Taruna benar-benar iri, keduanya benar-benar sangat romantis dan sempurnah. Kapan ia mendapatkan super hero kayak Bari? Duh ngayal mulu. Sekelas mereka mana mau dengan perempuan mungil dan jelek kayaknya. Ia masih ingat jika Tula pernah menghinanya bilang jelek dan Karen juga mengeluarkan hinaan itu walaupun di belakangnya.
Taruna menghentikan gerakkan melangkahnya saat tangan Devan, dan Tula sama-sama mengarah ke arahnya. Ia merasa jadi princess dadakan. Taruna sudah percaya diri jika kedua pria ini ingin membantunya turun, tapi kenyataan seakan-akan menghempas ke dasar jurang, Karen di sebelahnya memilih uluran tangan Tula.
"Hati-hati Ren, bisa jatuh."
Mendengar suara lembut itu, Taruna ingin sekali muntah. Karen jatuh ke pelukkan Tula karena tergelincir.
"Run kamu gak mau turun?" Taruna pikir Devan akan meninggalkannya, ternyata Devan masih punya hati. Ia menerima uluran tangan Devan dan turun dengan hati-hati agar tak ada drama tergelincir.
"Kamu lincah juga turun lereng." Devan membuka suara di belakang Taruna. Keduanya yang paling terakhir turun.
"Uhm, dulu waktu masih SMP, ke sekolah naik bukit sih."
Taruna turun dengan hati-hati, sambil mengingat masa-masa sekolahnya dulu.
"Oh ya, emang gak ada kendaraan?" Taruna terkekeh pelan mendengar nada terkejut Devan."Ada sih tukang ojek, tapi mungkin karena jalannya ramai-ramai jadi senang aja ikut jalan pintas."
Sepanjang jalan Devan dan Taruna bertukar cerita masa-masa SMP Taruna. Dari cerita Devan sesekali tertawa. Taruna pernah bolos bersama semua teman kelasnya untuk pergi makan kusambi di hutan. Alhasil esoknya sekelas berlutut di depan tiang bendera.
"Lama banget sih?" Omel Tula kesal.
Tawa bahagia keduanya berhenti saat tiba di bawa pos jaga.Taruna mengerutkan kening dalam, perasaan hanya terlambat lima menit. Tapi, Tula sudah mencak-mencak tak jelas kayak orang kesurupan.
"Ya elah La, cuman beberapa menit. Lagian turunnya mesti pelan-pelan."
Jelas Devan agar Tula mengerti. Lagian mereka lewat jalan potong untuk turun.
Dengerin tuh tukang ramah-ramah, eh kebalik marah-marah. Omel Taruna dalam hati. Kalau langsung bisa berabe.
Devan melihat Karen sedang berdiri di sebelah Tula, bukan hanya berdua, tapi juga bersama dengan yang lainnya yang masih beristirahat.
"Kalau lo sayang gue, kali ini aja biarin gue bahagia. Biarin gue kejar bahagia gue. Please Dev, gue cuman mau sama Tula. Gue cuman pengen kembaliin semuanya seperti dulu."
Devan menutup matanya sebentar. Lalu kembali menormalkan ekspresi.
"Gue sama Taruna semotor ya. Tula, lo sama Karen."
Taruna sontak membulatkan matanya dan menatap tangan Devan yang sudah bertengger manis di bahunya.
Duh, berasa jadi barbie.
Lalu Taruna kembali tersadar, kenapa juga ia yang selalu dimanfaatkan? Taruna diam saja, biarkan Devan melakukan sesuka hati. Hitung-hitung menghibur orang yang sedang patah hati.
Mendengar penuturan Devan sontak saja, Queen, Cintia, Dali, Bari, Bala dan Kara terkejut. Sedangkan Karen, biasa saja mungkin suda tahu. Sedangkan Tula, dia tak memberikan ekspresi apapun. Dia memilih memakai helm dan naik motornya lalu di susul Karen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT)
RomanceTaruna merasa dongkol karena Bos di kantornya begitu semena-mena mengatainya jelek karena satu insiden. Bukan hanya di kantor, tetangga sebelah kamarnya juga bikin ia naik darah karena insiden salah angkat pakaian dalam. "Menjauh, dasar jelek." It...