Hari minggu pagi seperti biasa Taruna membersihkan kamar, lalu mencuci pakaian kotornya. Baju satu minggunya benar-benar menumpuk, duduk di kamar mandi sambil merendam baju. Taruna mulai bernyanyi kecil sambil memilah kaos dan celana.
Satu persatu baju mulai ia masukkan ke dalam baskom berisi busa rinso. Taruna menghentikan nyanyian dan matanya menatap kesal ke arah kaos hitam milik Tula. Harusnya ia buang saja baju ini, tapi setelah dipikir-pikir lagi, akan jadi masalah jika pria itu meminta kembali. Bukankah ia harus mengganti baju ini dengan uangnya? Daripada hal itu terjadi dan uangnya terbuang sia-sia.Satu jam sibuk mencuci hingga menjemur, Taruna bisa bernafas legah setelah menjemur pakaiannya yang banyak di depan halaman gedung. Menyeka keringat, Taruna menatap bangunan yang ia tinggali. Bangunan ini semacam apartemen kecil, hanya saja balkon kamar milik mereka sangat kecil. Dibanding dengan kamarnya, kamar Gala lebih besar.
Bisa Taruna lihat Gala baru saja pulang sambil menenteng kantong kresek berwarna putih. Tak ada sapaan sama sekali, Gala melewatinya begitu saja. Taruna benar-benar kesal, Gala seakan tak mengenalinya sama sekali. keduanya seperti orang asing.
Tak ingin ambil pusing Taruna mengikuti langkah kaki Gala menuju lantai 2 tempat mereka tinggal.
Taruna mengerutkan dahinya saat melihat Gala berhenti di depan pintu kamar lalu berbalik menatapnya."Kamu masih berdekatan dengan mereka?!"
Taruna menelan ludahnya susah payah. Apa mungkin Gala tahu sesuatu?
"Maksudnya?!"
Kali ini Gala tersenyum sinis. Ia menatap Taruna dari ujung kaki sampai kepala."Gue kira gadis kecil kayak lo perempuan baik-baik."
Taruna mengerutkan kening bingung, tapi ia benar-benar kesal sekarang.
"Maksud lo apa Gal? Jangan asal ngomong ya."
Taruna sudah habis kesabaran, ia ingin melempar Gala dengan ember di tangannya sekarang.
"Lo tidur sama Tula!"
Deg deg deg.
Jantung Taruna berdetak tak beraturan.
Ember di tangan Taruna jatuh ke lantai. Bagaimana bisa Gala tahu kejadian semalam? Bukan itu, siapa yang memberi tahu?"Gue bisa jelasin."
Gala menatap Taruna penuh, lalu menarik sudut bibir tersenyum sinis. Tidak mendengarkan penjelasan Taruna Gala langsung masuk ke kamarnya. Ini lebih memusingkan bagi Taruna.
.
.
.Seharian duduk merenung di atas tempat tidur, Taruna melangkah ke luar ke arah balkon kamarnya. Langit malam tampaknya sangat cerah, lihat saja bintang-bintang berhamburan. Memalingkan wajahnya ke sebelah balkon kamar Gala, bisa ia dapati Gala sedang duduk di atas kursi sambil bermain handphone. Wajah Taruna begitu murung, ia ingin menjelaskan kebenaran. Tapi rasanya begitu kesal saat Gala menatapnya begitu jijik, menganggapnya seperti wanita pelacur. Mungkin merasa diperhatikan Gala mengangkat wajahnya menatap Taruna.
"Gue mau jelasin yang sebenarnya. Gue mabuk semalam, gak ingat apapun. Tapi, gue gak tidur sama Tula."
Masa bodoh jika suaranya begitu keras dan akan didengar orang-orang di luar. Begitu sifatnya, ia tak bisa tahan jika orang menuduhnya sembarangan. Ini menyangkut nama baiknya. Cukup ia dicap maling, kali ini jangan lagi dicap sebagai perempuan tidak benar.
"Gue pergi ke ulang tahunnya kak Devan, terus gue diajak main truth or dare yang kalah harus minum alkohol, jadi gue sama Bayu mabuk berat dan gak ingat yang terjadi."
Panjang kali lebar ia menjelaskan berharap Gala mempercayainya.
"Gue gak nanya."
Nyebelin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT)
RomanceTaruna merasa dongkol karena Bos di kantornya begitu semena-mena mengatainya jelek karena satu insiden. Bukan hanya di kantor, tetangga sebelah kamarnya juga bikin ia naik darah karena insiden salah angkat pakaian dalam. "Menjauh, dasar jelek." It...