KG.32

1K 68 22
                                    

"Karena kamu!"

Taruna masih terdiam, telinganya baru saja menangkap jawaban yang tidak terduga dari bibir Tula.

"Jangan berpikir karena kamu. Ini masalah pribadi kami."

Taruna mengembangkan pipinya hingga terlihat lucuh di mata Tula, pria dingin itu bahkan menarik sudut bibirnya menyinggungkan senyum saat melihat Taruna kesal.

Taruna menggerakkan tubuhnya untuk turun dari pangkuan Tula. Wajah Taruna semakin kesal saat Tula malah menahan tubuhnya dengan kedua tangannya. Senyum menyeriangi di bibir Tula terbit, Taruna menyatuhkan rahangnya menahan kesal, jika begini terus ia yakin akan menjambak rambut Tula.

Atensi Taruna dan Tula beralih ke arah pintu yang kembali terbuka.

"Unggu, kita harus bicara!"
Pintu ruangan Tula kembali terbuka, bisa Taruna lihat sosok Karen berdiri dengan ekspresi dinginnya. Wajah putih itu terlihat memerah.

Merasa genggaman Tula mengendur, sontak saja Taruna cepat-cepat Turun. Ia merasa seperti wanita murahan yang sedang menggoda atasannya. Ia yakin Karen pasti akan beranggapan seperti itu.

"Taruna kamu boleh pergi!"

Taruna menatap Tula sebentar lalu pergi begitu saja. Pria ini bahkan mengusirnya. Ia seperti wanita-wanita yang habis dipakai lalu diusir.

**
Taruna masih menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Bahkan sejak tadi ia masih diam tidak bersuara menanggapi candaan Prisna dan Bayu. Kubikel Karen kosong, wanita itu sejak masuk ke ruangan Tula, sama sekali tidak kembali. Apa yang sebenarnya keduanya lakukan? Bahkan saat jam istirahat, ia tidak sengaja mendengar gosip jika Tula mengantar Karen pulang.

"Beb, ini udah jam pulang, jadi ikut ke tempat karokekan?"

Taruna tersadar dari lamunan saat Bayu menepuk pelan punggungnya. Benar juga ia telah berjanji untuk ke tempat karoke bersama Bayu, Prisna dan Lanta.
"Ikut kok beb!"
Menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 4 sore, Taruna lekas membereskan barang-barang di atas mejanya, lalu mereka berempat keluar bersama menuju parkiran.
Taruna diboncengi Bayu, sedangkan Prisna diboncengi Lanta. Angin sore berhembus pelan seiring dengan motor Bayu yang melaju pelan meninggalkan parkiran. Taruna menatap sejenak jendela besar paling atas gedung perusahaan ini. Senyum sinis tertarik dari sudut bibirnya. Ia tidak akan pernah percaya perasaan Tula. Pria itu bahkan pergi bersama Karena dan tidak kembali ke kantor.

*
Dunia akan tetap berjalan walau sesulit apapun masalah hari ini.

Benar saja, Taruna merasa masalahnya sedikit tertutupi dengan kegilaan mereka. Bahkan jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi keempatnya masih asik bernyanyi dan berjoget. Setelah asik bernyanyi keempatnya makan bersama di resto.

"Eh beb, itu bukannya pak Tula ya?!" tanya Bayu sambi menunjuk ke arah belakang dengan alisnya mengkodekan. Mendengar nama itu, Taruna sontak saja membalikkan tubuhnya menatap sosok yang baru saja duduk bersama seorang perempuan. Mengamati postur tubuh wanita itu, Taruna yakin dia adalah Karen. Keduanya diner.

"Biarin aja Bay, jangan cari masalah!"

Taruna memilih memasukkan udang yang susah payah ia lepas cangkangnya ke dalam mulut. Lebih bagus jika kedua orang itu kembali bersama, walaupun ia merasa dipermainkan, tetap saja ia merasa sadar akan posisinya.

"Lo gak cemburu?!" bisik Bayu lagi hingga membuat Taruna tersedak.

"Minum dulu. Bay, jangan gangguin Runa makan!" Tegur Lanta dengan nada halusnya.

Taruna meleletkan lidanya pada Bayu dan Lanta hanya terkekeh pelan melihat Taruna dan Bayu saling ejek.

"Lagian ngomong apa sih? Gosip gak ajak-ajak!"

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang