[5]

3.5K 271 6
                                    

Junghwan masih menggeliat menahan sakit pada perutnya karena kedua bayinya bergolak tidak menentu.

"Huh... ugh... tenang, jangan seperti ini" Junghwan mengusap lembut perutnya sembari mengatur nafas berkali-kali agar rasa sakit yang ia rasakan sedikit berkurang.

Cukup lama rasa sakit pada perut Junghwan tetap terasa tapi tidak separah tadi, Junghwan hanya membersihkan diri sekedarnya saja dengan tisu lalu beranjak dari sana menemui germo tempat ia bekerja, Junghwan menghempaskan dua lembar uang yang ia dapat dan tanpa kata-kata ia keluar dari sana karena sakit perutnya kembali terasa.

Junghwan sedikit terbungkuk saat sakit yang ia rasakan kembali menyerang perutnya ketika ia berjalan ingin pulang. Cukup jauh Junghwan sampai ke perempatan jalan, ia kembali membungkuk saat sakit yang ia rasakan semakin parah dari sebelumnya.

"Ya Tuhan...." Junghwan meremas pangkal perutnya saat ia terbungkuk karena bayi-bayinya bergerak memutar di dalam sana. Junghwan menatap lampu penyeberangan tidak kunjung berganti sedangkan keram perut yang ia rasakan tidak bisa lagi ditolerir rasa sakitnya hingga Junghwan terpaksa menyeberang begitu saja karena memang jalan sedang kosong.

Tapi hanya pertengahan jalan Junghwan mampu melangkah tiba-tiba kaki Junghwan lemas saat merasakan sesuatu pecah dan air merembes keluar, membuat Junghwan terduduk bersimpuh di tengah jalan sembari membungkuk menahan sakit perutnya semakin menyiksa.

"Hhh.... Sakit!" Rintih Junghwan merasakan sakit yang luar biasa saat cairan keruh itu keluar dari bawahnya.

Junghwan semakin membeku di tempat saat sebuah mobil ingin melintas dari ujung sana menuju ke arahnya yang tengah terduduk lemas. Junghwan merintih pasrah sembari menatap ke arah lain karena mobil tersebut semakin mendekat membuatnya benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa selain diam menunggu tubuhnya akan terlindas.

Akan tetapi sekian detik Junghwan heran, mobil tersebut tidak kunjung menabrak atau melindasnya hingga sakit perut yang ia rasakan kembali menyeruak semakin gila.

"Hei, kau kenapa?" Junghwan yang masih terganggu dengan sakit perutnya tidak sadar jika si pengemudi mobil tersebut telah turun dan kini berdiri di sampingnya.

"Heii, lihat aku?" Junghwan yang gemetaran menahan sakit dengan pelan menoleh kearah pria tersebut membuat Junghwan tersentak saat tahu siapa orang itu.

"Tuan?" Junghwan perkejut tidak percaya karena yang kini ada di hadapannya adalah Haruto.

"Junghwan, kau kenapa?" Haruto panik setelah mengetahui seseorang yang berada di tengah jalan dan sempat ia umpati adalah Junghwan, teman sex favoritnya.

"Aku tidak apa-apa tuan" Junghwan menggeleng kecil sembari berusaha bangkit, meski saat ini ia berusaha terlihat baik-baik saja padahal sakit yang ia rasakan lebih parah dari sebelumnya.

"Junghwan, ya Tuhan kau kenapa?" Haruto tersentak saat melihat genangan air di bawah Junghwan setelah ia mampu berdiri.

"Aku baik-baik saja tuan, terima kasih" Junghwan beranjak dengan susah payah berjalan meninggalkan Haruto yang masih tertegun di tempat sembari terus memperhatikan Junghwan kian menjauh darinya, karena Haruto tidak memiliki hak mencegah Junghwan, sebab memang itu bukan urusannya, tapi di sisi lain ada rasa khawatir saat melihat genangan air keruh di tengah jalan itu.

"Kau kenapa Junghwan?" Sembari Haruto terus memperhatikan Junghwan karena jaraknya semakin jauh. Sementara Junghwan semakin menggigil setiap ia melangkah karena rasa mendesak ingin keluar dari bawahnya sangat menyiksa memaksakan Junghwan terbungkuk sesaat.

Tapi kaki Junghwan tidak mampu lagi menahan berat badannya karena tekanan dari dalam semakin ingin keluar, Junghwan terduduk di pinggir trotoar sepi sembari meremas perutnya karena ia tidak mampu lagi menahannya.

whoredom; haruhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang