[14]

2.9K 206 7
                                    

Semua barang-barang telah dimasukan ke dalam mobil boks yang sengaja Haruto siapkan setelah mereka kembali dari rumah sakit, dan semuanya telah siap bersama Nami yang telah menunggu kedatangan mereka.

"Kita akan berangkat sekarang" Junghwan hanya diam tidak protes meski mereka tidak turun dari mobil, mereka ke rumah itu hanya menjemput Nami sedangkan mobil barang mereka telah lebih dulu menuju bandara.

Junghwan semakin tertegun di tempatnya saat ia berdiri di tengah-tengah keramaian Bandara. Sementara Nami mendorong kereta bayi kembar mereka lebih dulu.

"Ayo sayang" Haruto menggandeng pinggang ramping Junghwan agar berjalan berdampingan dengannya.

"Kita akan pergi kemana tuan?" Junghwan menatap takjub karena ini untuk pertama kali ia masuk ke dalam Bandara Internasional kota itu.

"Kita akan pulang ke rumah baru"

"Rumah baru? Tapi rumah tuan kan ada di kota ini?" Haruto terkekeh kecil sembari menarik Junghwan lembut karena penerbangan mereka sebentar lagi akan lepas landas.

"Kita akan pindah ke tempat yang lebih aman sayang. Ayo, kau tidak ingin ketinggalan pesawat kan?" Junghwan semakin terkejut saat Haruto menyebutkan kendaraan yang akan mereka naiki nanti.

"Tunggu, tuan bilang pesawat!?" Seketika langkah Junghwan tertahan padahal mereka sedikit lagi sampai di mana pesawat pribadi Haruto yang telah siap dari tadi.

"Iya sayang pesawat, kita kan di bandara bukannya terminal" Junghwan semakin dibuat takut saat membayangkan pesawat yang akan mereka naiki.

Rasa gugup dan takut membuat tangan Junghwan berkeringat dingin sesampai mereka berada di dalam pesawat. Rasa takut Junghwan semakin menjadi saat pesawat mulai lepas landas, bahkan ia tidak bersuara sama sekali setelah berada di dalam pesawat membuat Nami yang bertugas menjaga si kembar tertawa kecil menatap ekspresi tegangnya.

"Junghwan ini hanya pesawat sayang, kita tidak sedang pergi berperang" Goda Haruto merangkul Junghwan mesra di sampingnya, tapi tetap saja raut khawatir Junghwan tetap terlihat saat ia harus membayangkan pesawat itu jatuh atau kemungkinan lain yang akan terjadi saat mereka terbang seperti itu.

"Mungkin ini pengalaman pertama nak Junghwan tuan, karena itu dia takut" Tebak Nami memperhatikan waiah pucat Junghwan semakin pasi tanpa suara sama sekali.

Haruto tersenyum kecil sembari menggenggam tangan Junghwan erat dan mengecup punggungnya lembut hingga kekhawatiran Junghwan teralihkan karena perbuatan Haruto barusan padanya.

"A-apa yang tuan lakukan?" Gugup Junghwan, ia malu karena di sana tidak hanya ada mereka tapi seorang pramugari dan Nami.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan hmm?" Junghwan bingung dengan pertanyaan Haruto yang tidak dipahaminya, masih dengan wajah pucatnya.

"Maksud tuan apa?" Nami tertawa kecil melihat wajah polos Junghwan kian tegang saat getaran pesawat terasa saat melewati beberapa gumpalan awan.

"Menikahlah denganku Junghwan?" Nami dan pramugari yang ada di sana membekap mulut mereka kaget dan tidak percaya saat mendengar Haruto tiba-tiba saja melamar remaja itu, sementara Junghwan membeku di tempatnya tanpa bergerak dan menatap Haruto.

"Jawab sayang, mau kah kau menikah denganku?"

Ulang Haruto lagi, tapi Junghwan hanya mengerjapkan matanya beberapa kali hingga Haruto harus bersabar sembari menarik nafas dalam.

"Sayang, apa kau baik-baik saja?" Sembari Haruto mengusap pipi Junghwan lembut agar ia sadar dari lamunan dan keterkejutannya.

"Aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku ingin kau benar-benar terikat denganku Junghwan..." Kini Junghwan telah sadar dari lamunannya, tangannya mendekap tangan Haruto yang menangkup pipinya sayang dengan hangat.

whoredom; haruhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang