[11] [1/2]

3.3K 253 19
                                    

Junghwan menyusuri jalan tanpa tahu arah tujuannya hingga hari semakin sore, ia bersyukur bayi kembarnya hari ini tidak rewel meski mereka terpapar panas setelah keluar dari rumah itu.

"Maafkan mama lagi-lagi tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kalian..." Junghwan menghentikan langkahnya sesaat di sana sembari memperhatikan Giorgino dan Giorgian masih nyaman di dalam gendongannya meski rasa lelah mendera lengan dan punggung Junghwan, ia berusaha terus bertahan agar bisa memeluk kedua bayinya.

Junghwan menatap langit temaram, lampu-lampu jalan mulai menyala sedangkan siang bergantikan malam disertai langit gelap menandakan alam sebentar lagi menunjukan kuasanya.

Langkah kaki Junghwan semakin lemas saat menyusuri jalan legang karena kakinya telah lelah melangkah sepanjang hari ini ditambah lagi ia tidak tahu harus kemana. Junghwan sengaja berjalan di sana agar kedua bayinya tidak terkena debu dan polusi berlebihan.

Sementara rintik hujan mulai turun membasahi bumi saat hari semakin gelap. Junghwan tidak mampu lagi menahan ketegaran yang dari tadi ia pertahankan hingga akhirnya air matanya kini mengalir saat menatap kedua bayinya bergantian lalu menatap langit malam seolah-olah mengadukan nasibnya.

"Kenapa kau tidak pernah adil padaku Tuhan. Aku selalu yakin kau ada, tapi kenapa kau selalu mempermainkan aku selama ini. Apa ini balasan dari kesalahan serta dosa yang telah kuperbuat?" Adu Junghwan ke langit senja sembari badan gemetar memeluk kedua bayinya. Tetesan air mata terus mengalir membasahi pipinya bersama rintik hujan semakin deras.

Junghwan tidak bisa berpikir jauh selain keselamatan kedua bayinya, ia mulai melangkah terburu-buru meski rasa lelah semakin terasa menguras tenaga tanpa peduli kondisiпуа.

Akhirnya pandangan buram Junghwan tertuju pada sebuah Halte bus berjarak cukup jauh darinya saat ini ia berdiri, dengan langkah cepat Junghwan menyusuri jalan sepi itu menuju ke halte tersebut agar bisa berlindung dari hujan yang semakin deras. Basah tidak bisa terhindarkan setelah Junghwan berada di halte tersebut, bajunya telah kuyup karena melindungi kedua bayi yang masih tertidur di pelukannya.

"Tidak apa-apa ya nak, kita istirahat sebentar di sini..." Sembari Junghwan mendudukkan dirinya di kursi halte itu. Junghwan sedikit memilih tempat agar terhindar dari tempisan dan tetesan hujan, karena kondisi halte tersebut sangat memperhatikan bocor di mana-mana dan kotor karena telah lama tidak digunakan.

Junghwan berusaha melindungi bayinya agar terus hangat dengan mendekap bersamaan Giorgino dan Giorgian ke dalam bajunya agar bayi kembarnya tidak kedinginan karena hujan dan angin semakin deras hingga bayi-bayi mungil itu mulai menggeliat tidak nyaman karena lembab pada baju mereka, Junghwan tidak bisa berbuat banyak selain mengharapkan setitik keajaiban saat itu agar penderitaan bayi-bayinya segera berakhir.

Junghwan berusaha melindungi bayinya agar terus hangat dengan mendekap bersamaan Giorgino dan Giorgian ke dalam bajunya agar bayi kembarnya tidak kedinginan karena hujan dan angin semakin deras hingga bayi-bayi mungil itu mulai menggeliat tidak ny...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruto mengeraskan rahangnya saat menatap mobil Ruby terparkir tepat di depan rumahnya, tanpa peduli ia menerobos hujan dan masuk ke dalam rumahnya lalu berjalan melalui Ruby yang tengah santai di ruang tengah sembari tersenyum memerhatikan kedatangannya.

whoredom; haruhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang