[8]

2.6K 232 15
                                    

Cukup lama Junghwan mencoba menenangkan Giorgian karena bayi manis itu sangat rewel berbeda dengan Giorgino yang selalu tenang.

"Brengsek! Haruto bisakah bayi itu berhenti menangis, aku muak mendengar suara tangisannya" Gusar Ruby semakin marah karena sekian menit suara tangisan bayi dari kamar yang Junghwan masuki tidak kunjung berhenti, sampai akhirnya Nami ikut turun tangan tapi tetap saja bayi manis itu masih menangis hingga sesegukan.

"Jika dia tidak menghentikan tangisan bayi itu, usir dia dari sini!" Dari tadi Haruto memang hanya mendiamkan ocehan Ruby, tapi kali ini ucapan Ruby mengusik hati Haruto hingga ia tidak habis pikir kenapa calon istrinya berkata kasar seperti itu.

"Cukup Ruby tidakkah kau bosan mengoceh seperti ini. Itu hanya suara tangisan bayi" Bujuk Haruto masih mencoba sabar menghadapi kemarahan Ruby padahal Haruto saat ini sangat khawatir karena suara bayi di kamar itu tidak kunjung berhenti menangis.

"Hanya bayi katamu? Asal kau tahu Haruto, aku paling benci tangisan bayi apa lagi kehadiran seorang bayi aku tidak menyukainya. Dan kau harus tahu satu hal bahwa aku sudah melakukan operasi pengangkatan rahim karena aku tidak akan pernah mau hamil!" Haruto tertegun menatap Ruby saat menjelaskan semua kebenciannya.

"Kau serius dengan semua perkataanmu itu?" Ruby hanya menanggapi lirihan Haruto dengan cengiran licik lalu bangkit dari duduknya karena ia sudah tidak tahan mendengar tangisan bayi dari kamar itu.

"Ya aku serius, ingat itu baik-baik Haruto dan jangan pernah kau menuntut keturunan dariku" Sembari Ruby berjalan ke kamar Junghwan yang tidak jauh dari sana. Sementara Haruto masih berusaha mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya dan ia baru sadar seperti apa sifat asli dari calon istrinya itu.

Brak!

Ruby menggebrak pintu kamar Junghwan hingga terbanting paksa saat ia membukanya dari luar. Pemandangan pertama yang Ruby lihat di kamar itu bayi yang ada di gendongan Junghwan sedang menangis sejadi-jadinya dan satu bayi yang lain bersama Nami. Ruby menatap Junghwan marah karena prasangka di benaknya mulai menebak-nebak siapa bayi yang ada di gendongannya.

"Apa-apaan ini hah?!!" Bentak Ruby nyaring hingga Giorgian semakin menangis di gendongan Junghwan, padahal ia telah menenangkan bayinya dengan berbagai cara tapi tetap saja Giorgian tidak kunjung tenang.

"Ruby hentikan dan sekarang keluar dari kamar ini segera!"

Setelah Haruto ikut masuk ke kamar Junghwan dan menarik paksa Ruby dari sana karena calon istrinya itu semakin menambah takut bayi yang ada di gendongan Junghwan.

"Lepaskan aku Haruto!" Ruby menarik tangannya dari cengkeraman Haruto lalu menatap Junghwan sengit.

"Jangan katakan jika kau gay dan anak sialan ini bayimu!?" Tunjuk Ruby begitu kasar hingga Junghwan menatap Haruto yang menggeleng frustasi akibat ucapan Ruby.

"Cukup hentikan Ruby! Omong kosong apa itu hah!?" Ruby mendelik kesal ke Haruto.

"Hah sialan, berarti benar dia gay. Bagaimana bisa kau menyembunyikan si gay brengsek di rumah ini Haruto!" Kini Haruto yang mendapat sasaran kemarahan Ruby, Haruto tidak menyangka sifat asli Ruby terlihat saat ada Junghwan di rumahnya.

"Hentikan Ruby!" Ruby tersenyum sinis menatap Haruto dari atas sampai bawah.

"Apa jangan-jangan dia juga menggodamu Haruto?" Tuduh Ruby sengit.

"Maaf nona aku..." Ruby menatap Junghwan sinis hingga ucapannya tertahan begitu saja di tenggorokannya.

"Jangan sampai mulut kotormu itu mengeluarkan suara sedikitpun, kau tidak memiliki hak untuk ikut campur. Lebih baik kau keluar dari rumah calon suamiku sekarang!" Tunjuk Ruby kearah Junghwan. Wanita itu tidak main-main dan sudah sangat murka.

whoredom; haruhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang