[9]

2.5K 241 4
                                    

Jam 9 pagi Junghwan telah rapi, ia telah mandi bersama dengan dua bayi kembarnya karena memang hanya itu rutinitas mereka tentu dengan bantuan Nami sebab Junghwan belum berani memandikan bayi-bayinya sendiri terlebih lagi Giorgian, bayi manis itu sangat mudah terkejut dan menangis saat terkena air membuat Junghwan ketakutan terlebih dahulu sebelum melakukannya.

Tapi Nami mengerti meski pekerjaannya bertambah tapi ia menikmati hari-harinya, ia merasa menjadi seorang nenek baru secara tidak langsung.

Brak!

Brak!

Brak!

Ketenangan mereka seketika terganggu saat pintu utama di gedor dari luar dengan teriakan yang sudah pasti terdengar tidak bersahabat.

"YA! Buka sialan!" Bahkan teriakan dari luar semakin menggila agar Nami cepat membukakan pintu untuknya.

"Bibi?" Junghwan semakin khawatir karena ia tahu benar suara tersebut berasal dari Ruby.

"Kau tetap di kamar Junghwan. Jaga si kembar biar bibi saja yang keluar" Nami keluar dari kamar Junghwan setelah remaja itu mengangguk lalu menggendong kedua bayinya bersamaan.

"Dasat tua bangka! Lama sekali apa yang kau lakukan hah?!" Umpat Ruby marah-marah setelah Nami membukakan pintu untuknya.

"Maaf nona saya tadi dari ruang belakang jadi tidak mendengar nona datang..."

"Halah banyak alasan, mana Haruto?!" Ruby berjalan masuk ke dalam padahal Nami sudah mencoba menghalanginya.

"Tuan sedang di kamarnya nona. Belum turun..." Ruby hanya tersenyum kecil karena memang itu tujuannya.

"Bagus lalu mana si gay itu!" Ruby berjalan menuju kamar Junghwan tapi Nami berusaha untuk mencegah dan menahannya dengan berbagai macam cara tapi gagal hingga akhirnya ia membuka pintu kamar Junghwan dengan membantingnya kasar hingga berbunyi nyaring.

"Kau gay sialan! Sekarang keluar dari rumah calon suamiku!" Sembari Ruby menarik paksa lengan Junghwan agar mengikuti langkahnya.

"Nona cukup jangan seperti ini, Junghwan tidak salah apa-apa nona" Nami mencoba menahan Ruby saat menarik tangan Junghwan karena ia takut si kembar akan menangis atau terjatuh.

"Hentikan tua bangka! Jangan pernah menghalangiku, dia tidak pantas tinggal di sini!" Teriak Ruby menepis Nami yang menahan tangannya sembari ia kembali menarik Junghwan agar keluar dari rumah itu.

"Cukup!" Teriak Junghwan.

"Kau tidak perlu mengusirku seperti ini, aku bisa pergi sendiri..." Ruby melepaskan cengkeramannya dari lengan Junghwan setelah remaja itu buka suara.

"Bagus seharusnya kau melakukannya dari kemarin sial! Bawa anak-anak berisikmu itu, kalian hanya bisa mendatangkan kekacauan di rumah ini!" Junghwan tidak ingin terlalu banyak mendengar ucapan menyakitkan itu, ia mulai melangkah meski Nami mencoba menahannya.

"Nak jangan, bagaimana dengan si kembar nanti..."

Junghwan hanya menatap Nami tanpa berucap apapun karena ia juga tidak tahu akan kemana jika keluar dari sana.

"Ruby, bisakah kau berhenti membuat masalah!" Suara bariton memenuhi ruangan legang yang kini bersitegang, dari arah tangga dimana Haruto berada ia melangkah turun menuju kearah Junghwan yang hendak beranjak pergi, karena suara teriakan Ruby membuat tidur Haruto terganggu terlebih lagi teriakan serta ucapannya sangat keterlaluan membuat Haruto khawatir pada Junghwan.

"Kenapa kau selalu membelanya Haruto? Aku calon istrimu apa kau lupa?" Kemarahan Ruby kembali terpancing saat Haruto menahan langkah Junghwan.

"Aku tahu dan aku tidak lupa, tidak perlu juga kau mengingatkan semua itu!" Sembari Haruto menatap Junghwan yang masih diam di sana sembari memeluk si kembar.

"Sekarang kau masuk ke kamar Junghwan..." Tegas Haruto membuat Ruby semakin geram.

''Haruto! Biarkan dia pergi dari sini, dia tidak pantas tinggal di rumah ini!" Teriak Ruby sangat marah karena sikap Haruto terus mempertahankan Junghwan agar tinggal di sana.

"Jangan pernah berani untuk mengaturku Ruby!" Tunjuk Haruto sengit tepat di depan wajah wanita itu.

"Bi, bawa Junghwan kekamar sekarang" Titah Haruto pada Nami.

"Tapi tuan..." Protes Junghwan tidak enak karenanya semua semakin runyam seperti ini.

"Kubilang masuk!!" Bentakan Haruto akhirnya membuat Junghwan diam dan mengikuti Nami yang menariknya lembut kembali kekamar.

"Bibi bagaimana ini..." Keluh Junghwan di kamar setelah menidurkan kedua bayinya di atas tempat tidur.

"Kau tenanglah dan jangan keluar. Tetap disini bersama bibi dan si kembar, biarkan mereka menyelesaikan permasalahan ini nak..." Junghwan khawatir karena perdebatan di luar sana semakin panas antara Haruto dan Ruby membuat Junghwan merasa sangat bersalah.

"Jika kau menahannya untuk tetap tinggal di sini jangan salahkan aku jika pernikahan kita batal Haruto!" Ancam Ruby sembari menatap Haruto murka.

"Hanya karena masalah ini kau ingin membatalkan semuanya!? Apa kau serius?" Haruto sama sekali tidak ingin kalah kali ini karena ia sudah cukup bersabar menghadapi keegoisan Ruby dari tadi hingga ia mulai hilang kesabaran.

"Tentu, kau lihat ini" Sembari Ruby mengeluarkan ponselnya lalu menelpon beberapa orang yang Haruto kenal bahkan kata-kata Ruby saat membatalkan semuanya dengan gamblang tanpa memikirkan apapun di kemudian hari.

"Kau dengar? aku sudah membatalkan semuanya Haruto..." Haruto hanya menggeleng sembari tersenyum sinis.

"Bagus sekarang kau benar-benar menunjukan semua tabiatmu di hadapanku Ruby dan sekarang tidak ada alasan untukku mempertahankan hubungan ini..." Sembari Haruto menyeret Ruby keluar dari rumahnya meski wanita itu meronta dan protes.

"Haruto apa yang kau lakukan! Seharusnya kau meminta maaf, bukan malah mengusirku!" Protes Ruby setelah Haruto menariknya paksa sampai ke teras rumah.

"Jangan pernah berharap Ruby. Asal kau tahu sesuatu yang telah aku buang tidak akan pernah aku pungut kembali, sekarang pergilah lakukan apa yang kau mau dan jangan pernah menggangguku atau Junghwan lagi!" Haruto bergegas masuk ke dalam rumah karena Ruby mencoba menahannya.

Haruto membanting pintu setelah ia sukses masuk dan menguncinya dari dalam, sesaat ia tertegun karena Junghwan berdiri tepat dihadapannya.

"Apa yang kau lakukan! Sekarang masuk ke kamarmu!" Tunjuk Haruto kearah kamar Junghwan. Tapi remaja itu hanya diam menatap wajah hancur Haruto pagi ini.

"Tuan aku tidak apa-apa jika memang harus keluar dari sini..." Haruto menggeram kesal terlebih lagi ponselnya berbunyi terus menerus dari tadi.

"Argh bangsat!!"

PRAKKK!!

Ponsel yang Haruto rogoh barusan dari saku celana berurai berhamburan setelah menghantam keramik, setelah ia banting dengan keras saat melihat panggilan masuk Ruby pada ponsel tersebut membuat Junghwan membeku di tempatnya.

"Sekarang masuk! Jangan pernah berpikir ingin pergi dari rumah ini Junghwan!" Tegas Haruto menekan suara dengan tatapan tajamnya. Tapi Junghwan masih diam tidak bisa bergerak setelah kejadian barusan karena baru kali ini ia melihat Haruto begitu marah.

"MASUK JUNGHWAN!!!" Teriak Haruto sembari menarik paksa Junghwan agar masuk kembali ke dalam kamar.

"Jaga dia jangan sampai kemana-mana bibi..." Setelah Haruto memerintahkan Nami ia bergegas kembali kekamarnya lalu bersiap karena siang ini ia ada sedikit urusan dengan beberapa koleganya.

whoredom; haruhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang