[6]

3.9K 279 3
                                    

Perjalanan tidak terlalu lama sampai mobil tersebut memasuki kawasan rumah cukup mewah. Junghwan tertegun di kursinya setelah mobil berhenti dan Haruto membukakan pintu mobil untuknya.

"Ayo Junghwan, kita sudah sampai" Junghwan menatap Haruto singkat lalu memperhatikan rumah tidak terlalu besar tapi sangat megah, menandakan pria yang bersamanya ini bukan orang sembarangan, tepat seperti terkaannya selama ini.

"Tapi tuan...." Haruto menggeleng kecil lalu menggendong Junghwan dengan mudah seperti tadi.

"Tuan bagaimana jika orang-orang di rumahmu tidak menyukai kami?" Khawatir Junghwan, tapi Haruto menyunggingkan senyum kecil dari sudut bibirnya hingga membuat Haruto semakin tampan.

"Aku hanya tinggal berdua dengan maid-ku, kau jangan khawatir. Dia sangat baik...." Seraya Haruto masuk setelah dibukakan pintu oleh seorang wanita paruh baya.

Haruto membawa Junghwan ke sebuah kamar tamu yang berhadapan langsung dengan ruang tengah dan dapur, lalu mendudukkan Junghwan dengan hati-hati di sana.

"Bibi tolong siapkan makanan dan bawa kemari ya" Perintah Haruto sangat sopan saat maid tersebut mengiringinya kekamar tamu tersebut.

"Baik tuan..." Maid tersebut beranjak dari sana, sementara Haruto menatap Junghwan yang masih diam tidak berbicara sepatah katapun setelah meletakkan dua bayinya agar tidur dengan nyaman di kasur empuk tersebut, bahkan ini untuk pertama kali untuk Junghwan merasakan duduk di ranjang selembut ini karena keluarganya terbilang sangat sederhana dan selalu kekurangan dalam bidang ekonomi.

"Kenapa diam saja?" Haruto menatap Junghwan yang hanya memperhatikan dirinya dari tadi tanpa henti.

"Jangan membuatku merasa bersalah karena memaksamu Junghwan" Junghwan tidak bisa berucap selain menatap wajah tegas bermata teduh itu dengan lekat.

"Katakan sesuatu, jika kau tetap diam seperti ini aku tidak tau apa yang kau pikirkan Junghwan" Sembari Haruto mengusap lembut pipi Junghwan.

"Tuan terlalu baik, bahkan hari ini membantuku berulang kali. Aku berjanji pada tuan suatu saat jika aku telah sembuh, aku akan membayar semuanya, semua kebaikanmu..." Haruto tidak habis pikir kenapa Junghwan selalu

memikirkan masalah itu padahal ia sama sekali tidak menganggap Junghwan berhutang padanya.

"Dengarkan aku Junghwan, aku tidak pernah menganggap pertolonganku ini adalah sebuah hutang untukmu apa lagi beban, sama sekali tidak. Demi Tuhan aku menolongmu tulus tanpa ingin imbalan apa lagi balasan..." Junghwan sama sekali tidak ingin membenarkan ucapan pria baik tersebut meski sangat jelas dari suara dan tatapan mata Haruto sangat serius dan tulus, tapi di sisi lain Junghwan tidak mau merepotkan orang lain seperti saat ini.

"Tapi tuan aku sudah bertekad, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih banyak untuk saat ini" Keduanya hening dan hanya menatap mata satu sama lain sampai tanpa sadar Junghwan kembali berbicara lirih.

"Entahlah kau seperti malaikat bagi kami..." Haruto hanya bisa tertawa kecil, apa Junghwan tidak sadar bahwa dia terlihat sangat menggemaskan saat ini.

Kini Nami telah kembali dari dapur sembari membawa satu piring nasi dan lauk-pauk serta segelas susu hangat untuk Junghwan.

"Bibi kenalkan ini Junghwan, dia akan tinggal di sini bersama kita dan juga bayi-bayinya, nama mereka Giorgino dan Giorgian..." Nami tersenyum ramah menatap Junghwan yang masih canggung padanya.

"Salam kenal Junghwan, nama bibi Nami, bibi sudah lama bekerja pada tuan Haruto..." Sapa Nami agar Junghwan tidak kaku saat bertemu dengannya.

"Bibi maaf jika aku merepotkanmu..." Nami hanya tersenyum ramah sembari memperhatikan dua bayi yang tertidur di sana.

whoredom; haruhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang