[11] [2/2]

3K 234 19
                                    

"Junghwan, aku mencintaimu... sangat amat mencintaimu"

Junghwan tertegun membalas tatapan mata Haruto yang menyiratkan berjuta ketulusan di sana.

"Jangan katakan itu, jika tuan hanya ingin menghiburku..." Haruto semakin putus asa saat Junghwan menganggapnya bercanda dengan perasaannya.

"Aku serius Junghwan..." Junghwan menatap Haruto lekat seolah-olah berusaha mengingatkan kembali Haruto akan kodratnya meski saat ini hati Junghwan menghangat karena jawaban Haruto benar-benar tulus.

"Kita berbeda tuan"

"Apa yang berbeda Junghwan?"

"Aku pelacur tuan. Jangan pernah lupakan itu..." Haruto tertunduk semakin terpuruk setiap mendengar tolakan halus Junghwan.

"Aku tidak pernah memandangmu seperti itu... aku mohon jangan pernah pergi Junghwan. Aku mencintaimu... aku tulus mencintaimu..." Haruto kehabisan kata-kata hingga ia hanya bisa berulang kali mengutarakan isi hatinya agar Junghwan bertahan, tapi tidak ada jawaban dari remaja itu.

"Ayolah kumohon Junghwan kita pulang sekarang, kasihan si kembar. Mereka kedinginan..." Junghwan melirik kedua bayinya yang sesekali menggeliat tidak nyaman karena baju mereka juga basah.

Lagi-lagi Junghwan tidak bisa menolak setiap mata teduh Haruto bertemu tatap dengannya hingga ia hanya bisa mengangguk kecil, Haruto tidak ingin banyak berbicara ia dengan sigap menggendong Junghwan, sementara Junghwan tidak menolak karena ia memang sangat kedinginan, saat Haruto menggendongnya Junghwan hanya mampu diam sembari meringkuk mencari kehangatan.

Sampai di dalam mobil Haruto tetap membiarkan Junghwan di pangkuannya agar ia selalu hangat bersama dua bayinya. Sepanjang jalan Haruto mendekap dengan satu tangannya agar Junghwan semakin merasa hangat di pangkuannya sampai mereka sampai di rumah.

"Euh aku bisa sendiri tuan..." Tolak Junghwan saat Haruto kembali ingin menggendongnya keluar dari mobil.

"Kau yakin?" Junghwan hanya mengangguk kecil sembari menatap mobil Ruby yang masih terparkir di depan rumah itu.

"Jangan khawatir, aku akan menyelesaikan semuanya..." Karena dari raut wajah Junghwan terlihat jelas rasa takut. Ia takut akan perdebatan kembali terjadi.

"Tuan janji?"

"Tentu manis aku janji, ayo kasihan si kembar mereka pasti lelah seperti ini terus..." Junghwan menurut lalu turun dari pangkuan Haruto dan keluar dari mobil, Haruto mendekap hangat bahu Junghwan dari samping saat mereka mulai memasuki rumah, sesampainya di dalam kedatangan mereka di sambut wajah marah Ruby saat Haruto kembali membawa Junghwan pulang ke rumah itu.

"Jalang sialan, kenapa kau kembali! Tempatmu bukan di sini tapi di jalanan!" Tunjuk Ruby sengit menghampiri Haruto yang masih mendekap bahu Junghwan seraya menatap kesal ucapan Ruby.

"Junghwan kau naik ke kamarku sekarang, bawa si kembar ke sana" Junghwan mengangguk singkat tanpa ingin menatap Ruby yang menampakkan wajah murkanya.

"Brengsek! Kembali ke sini kau pelacur!" Haruto menarik kasar tangan Ruby saat hendak mencengkeram lengan Junghwan hingga ia terseok lalu jatuh ke lantai, Junghwan tidak peduli dengan kejadian itu ia sudah cukup lelah hari ini. Sampai ia kemudian hilang ke balik pintu kamar Haruto.

"Haruto, kenapa kau membawanya kembali! Kau tahu dia itu pelacur murahan!" Teriak Ruby sangat marah lalu bangkit mencengkeram lengan Haruto kuat menumpahkan rasa kesalnya. Tapi Haruto tidak ingin mempedulikan ocehan Ruby karena menurut Haruto percuma saja membalasnya karena tidak akan kunjung selesai.

"Bibi siapkan baju si kembar dan bawakan makan malam untuk Junghwan. Antar ke kamarku, pastikan Junghwan istirahat..." Titah Haruto pada Nami yang tadinya penasaran mendengar keributan itu.

"Baik tuan..." Nami langsung menyiapkan apa yang Haruto perintahkan sedangkan pertengkaran antara majikannya semakin menjadi saat ia melintas di sana.

"Kau lupa aku siapa Haruto!?" Tunjuk Ruby semakin kesal karena Haruto hanya diam tidak menjawab semua ocehannya hingga semua pelampiasan kemarahannya tidak tersalurkan.

"Aku calon istrimu dan dia hanya jalang murahan yang menjajakan tubuhnya di jalan!" Haruto seketika naik pitam saat Ruby berucap begitu kasar tentang Junghwan hingga ia tidak sadar mencengkeram kuat rahang Ruby.

"Calon istri apa bangsat! Bukankah kau yang mengakhiri semuanya? Kenapa kau tetap menganggap statusmu sama saat ini denganku. Dengar perempuan sialan, aku sama sekali tidak menganggapmu ada sekarang, apa lagi menganggapmu calon istriku. Kau sudah seperti sampah tidak berharga bagiku!" Ruby meronta saat Haruto semakin kuat menekan rahangnya hingga terasa sakit, terlebih mendengar kata-kata penolakan Haruto padanya.

"Ugh! Lepas brengsek! Tapi tetap saja aku lebih baik darinya Haruto. Dia itu jalang dia kotor bahkan lebih rendah dari pecundang!" Haruto tersenyum sinis menatap Ruby yang semakin tercekat bahkan sempat-sempatnya ia membanggakan diri, padahal di mata Haruto ia sama rendahnya seperti apa yang ia hinakan pada Junghwan.

"Di mataku dia lebih baik darimu. Sehina-hinanya dia di mata mu tapi bagiku dia lebih berarti darimu. Kau harus tahu perempuan sialan, dia orang yang aku cintai dan jangan pernah mengganggunya, jika kau berani menyentuhnya seujung kuku pun, aku pastikan tanganmu akan remuk, bangsat!" Sembari Haruto melepaskan cengkramannya dari Ruby hingga

Ruby terhuyung karena lemas akibat cengkraman Haruto barusan.

"Dia gay haruto! Dia gigolo! Dia pelacur!! Bagaimana bisa kau mencintainya, bahkan bayi-bayi itu anak haram!" Ocehan Ruby membuat Haruto semakin geram.

Plak!

Wajah Ruby terhempas hebat saat satu tamparan mendarat di pipinya setelah tangan Haruto mendarat di sana secepat kilat.

"Kau.... menamparku... hanya karena jalang itu?" Haruto tersenyum bengis lalu menarik kasar tangan Ruby.

"Ini peringatan untukmu dan jangan pernah ikut campur urusanku, siapapun pilihanku kau tidak memiliki hak apapun..." Haruto meraih tas Ruby yang ada di sofa lalu menarik kasar wanita itu agar keluar dari dalam rumahnya tanpa peduli wanita itu menolak dan terus meronta.

Bruk!

"Pergi dan jangan pernah kembali lagi perempuan jalang" Haruto menghempaskan Ruby ke lantai teras rumahnya tanpa rasa kasihan saat wanita itu meringis.

"Kau memperlakukan aku seperti ini hanya karena dia hah? Kau benar-benar sakit!"Haruto hanya tersenyum mencemooh.

"Jangan banyak bicara sekarang pergi, jangan sampai aku memperlakukan kau lebih kasar dari ini..." Haruto bersiap ingin masuk tapi Ruby menahan cepat langkahnya dengan mencengkram lengan Haruto kuat.

"Haruto aku mencintaimu. Kenapa hanya karena ini kau menganggap ucapanku serius..." Ruby mulai memelas sembari memohon pada Haruto.

Haruto tersenyum kecil sembari melepaskan cengkraman tangan Ruby dari tangannya.

"Aku jelaskan padamu jadi dengar baik-baik, dari awal aku memang tidak mencintaimu Ruby. Aku sengaja hanya ingin menutupi semuanya" Ruby mengerutkan keningnya tidak paham.

"Aku seorang gay, aku sama sekali tidak tertarik denganmu. Apalagi menyentuhmu, selama 8 bulan kita berhubungan aku sama sekali tidak pernah menyentuhmu..."Ruby kehabisan kata saat Haruto menjelaskan semuanya.

"J-jadi aku hanya tameng?"

"Kuanggap kau sudah paham, sekarang pergi!" Ruby menggeram tidak terima karena ia benar-benar mencintai Haruto selama ini.

"Haruto brengsek, kau akan menyesal!" Haruto tidak peduli dengan ancaman Ruby ia masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintu tanpa peduli teriakan Ruby semakin menggila di luar sana.

"Wanita gila sialan!" Rutuk Haruto sembari meraih ponselnya lalu menelpon orang kepercayaannya selama ini untuk mengurus satu-dua hal.

Setelah panggilan terputus Haruto buru-buru naik kekamarnya ingin menemani Junghwan.

whoredom; haruhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang