57-Meninggal

175 10 0
                                    


Dokter keluar dari ruangan UGD, membuat semua orng segera menghampirinya.

"bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Dewa dengan wajah khawatir dan juga jantung yang sendari tadi deg degan.

Dokter Andi menghela napas kasar, "maaf kan kami, kami sedah berusaha semaksimal mungkin, tpi tuhan berkehendak lain anak tuan dan nyonya tidak bisa di selamatkan akibat lukanya yang sangat parah dan sel darah nya pecah" ucap nya dengan rasa bersalah karna tidak bisa menyelamatkan pasien nya.

"g-gak mungkin dok" ucap Nichol tak percaya.

Bryan menarik kerah kemeja yang di pakai oleh dokter Andi, "anda jangan bercanda!" bentak ya tak terima orang yang di cintainya pergi meninggalkan nya untuk selama lamanya.

Andi menyentakkan tangan Bryan yang mencengkeram kerah nya, "Saya tidak bercanda" ucapnya datar.

Mereka semua segera masuk kedalam,

"Na-nara anak mama, j-jangan tinggalin mama nak, m-mama minta maaf sama kamu, mama menyesal" isak Tari sambil memeluk tubuh Nara yang rerasa dingin.

"maafin papa nak, papa salah" sesal dewa sampai merintikkan air mata menatap sendu wajah Nara yang sangat pucat.

"dek" panggil Nichol tenggorokan nya terasa mencekat, ia berharap ini cuma mimpi.

"k-kenapa kamu ninggalin abang" lirih nya dengan tangan terkepal kuat menahan agar tetap tegar.

"Nara kenapa lo tinggalin kita semua?" isak Mysha dengan wajah sembab di pelukan Vano yang juga menatap sedih kearah Nara. Ia mengingat semua keributan yang ia buat dan selalu mendapat teguran dari gadis itu dan berakhir berantem, ia merindukan momen itu, sangat.

"kenapa lo sembunyin ini semua dari kita nar? Kenapa lo gak jujur" ucap pelan Alexa menatap Nara dengan tatapan sendu dan juga air mata yang tidak berhenti berderas.

"kenapa secepat ini lo ninggalin kita nara, kenapa? Katanya kita bakal happy happy tpi kenapa lo ninggalin kita duluan, lo curang Nara" isak Zelin sambil memeluk Bazla yang menenangkan nya.

"Nara, lo adalah cewek kuat cewek hebat gue salut sama lo, semoga lo tenang disana ya nara, maaf gue gak bisa bantu lo saat lo kesusahan, gue gagal buat lo bahagia, maaf" batin Jeje menatap langit langit tak kuasa dengan air mata yang berlomba lomba ingin keluar.

Bryan, cowok itu menatap jasad Nara dengan pandangan kosong,ia berdiri di pojok ruangan, "kenapa lo malah pergi disaat gue mau minta maaf dan balikin hubungan kita, kenapa lo tega ninggalin gue, gue minta maaf sama lo nara, gue sayang sama lo, gue mohon kembali" gumamnya dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Nara jangan tinggalin mama nak, jangan" teriak frustasi Tari hingga akhirnya tak sadarkan diri sambil memeluk tubuh putrinya.

Dewa yang melihatnya pun segera membawa Tari ke arah ruangan yang lain, hatinya teriris. Ia merutuki dirinya, dia ayah yang jahat, tak punya hati,ia benci dirinya sendiri.

Nichol menggenggam tangan Adiknya lembut, "hey, kapan sadar? Abang kangen loh sama Nara, Nara cepet bangun ya nanti Abang ajak Nara jalan jalan kemana pun yang Nara mau, nanti Abang juga peluk nara terus setiap hari kaya dulu, trus abang antar jemput kamu sekolah, cepet bangun Adek gak abang izinin pergi sebelum abng dulu yang pergi, bangun Nara, ayo bangun adeknya abang, Abang sayang banget sama Nara, nara pengen di peluk abang kan?" Nichol memeluk erat tubuh adiknya lalu mengecup dahinya berkali kali," Abang udah peluk Nara, sekarang Nara bangun ayo, jangan curang masa Abang udah peluk Nara, kamu malah gak bangun"ucapnya dengan air mata yang terus mengalir.

Teman teman nya yang melihat itu pun tak kuasa menahan tangis, mereka menatap kedua kakak beradik itu dengan prihatin..

"Bang nic, jangan kaya gini ikhlasin dia" ujar Arga dengan senyuman pedih mengingat kenangan nya bersama gadis itu.

Secret is Leader(End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang