BAGIAN 2

2.9K 241 9
                                    

"del, gue bangga banget sama kerja lo ngurus cafe ini hampir empat tahun" mendengar hal itu membuat Adel merasa puas dan bangga kepada dirinya sendiri. ia sedikit menundukkan kepalanya, setelah itu tersenyum penuh arti menatap pria yang berusia kisaran dua puluh lima tahun itu, yakni si pemilik cafe tersebut.

"makasih bang" sautnya akan pujian itu.

"mungkin, tanpa bantuan lo sama kak chika waktu itu. gue gatau harus gimana lagi buat jalanin kehidupan yang udah berantakan ini" sambungnya dengan rasa syukur, menatap sang boss serta kekasihnya.

"sebenarnya,-tujuan kita berdua datang kesini buat bahas masalah pekerjaan, del." Ucap Alfin pelan. hal itu membuat Adel seketika bertanya-tanya dalam hatinya.

Apakah ia akan di pecat? atau bagaimana?

Melihat tatapan yang mengkhawatirkan itu membuat Chika selaku orang yang bisa mengerti, akhirnya ia menjelaskan kepada Adel apa yang sebenarnya terjadi.

Ia memberitahu bahwa Alfin ingin merenovasi Cafe ini menjadi lebih baik. mengganti beberapa fasilitas, serta konsep dan nuansa ruangan yang bisa menampung hingga seratus orang itu.

Setelah mendengar penjelasan dari Chika. membuat Adel sedikit lega.

Namun, ada satu hal yang ia pikirkan sekarang. jika dirinya disuruh beristirahat untuk bekerja. lantas, bagaimana? uang bulanan yang ia harapkan setiap akhir bulan untuk persiapan administrasi perawatan sang ibu.

Sedangkan, di jaman sekarang mencari pekerjaan begitu sulit. apalagi untuk orang kalangan bawah sepertinya.

"gausah khawatir del, abang udah cariin lowongan pekerjaan yang abang rasa cocok sama kamu" ucapan Alfin barusan benar-benar membuat adel merasa tidak enak.

"duh bang, maaf jadi ngerepotin" ujarnya menatap alfin.

"tanggung jawab alfin kok del. lagian, kalo kamu di suruh rehat dalam jangka panjang tiba - tiba gini, rasanya wajar kita bantuin kamu"

"kamu juga udah usaha keras selama hampir empat tahun disini" ucap chika menenangkan Adel yang masih terlihat kalangkabut akan nasibnya setelah ini.

"besok kak chika yang anter kamu ketempat pelamaran kerjanya, masih keluarga abang kok. jangan khawatir" sambung Alfin menambahi beberapa rasa pertanggung jawabannya kepada sang karyawan yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

Dengan rasa terimakasih yang besar Adel kembali sangat bersyukur, telah bertemu mereka yang mau membantunya, tanpa banyak tuntutan sedari dulu.

Yang ia lakukan hanyalah terus menjaga kepercayaan pekerjaan, tanpa menghianati.

Ini adalah balasan yang setimpal bukan?



***



Keesokan harinya....

"kak chika, mau kemana?"

"ada urusan sama karyawan alfin, kenapa?" jawab chika menanggapi pertanyaan sang adik, yang telah berdiri di ambang pintu kamarnya, sembari memainkan jari menggulung rambut cokelatnya disana.

"ikut dong" pintanya.

"kenapa mau ikut terus sih dek? dari kemarin kemarin-setiap mau pergi malahan" Ucapnya pelan.

"ajak temen kamu lah, pacar atau apa gitu. jangan lengket ke kakak terus ih" kesalnya, mengeluh melihat satu - satunya adik yang ia miliki itu selalu ingin mengekor kemana - mana.

"boro-boro. temen aja ga ada, apalagi pacar!"

"makanya cari marsha, cari. ada yang mau malah di tolak-hadeh"

𝐍𝐎𝐓𝐇𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐋𝐎𝐖𝐄𝐑 { 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃 } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang