BAGIAN 31

1.5K 157 17
                                    

"Saya bisa membunuh kamu dengan ringan tangan" Ucap pria yang berstatus sebagai ayah Marsha itu, kepada Adel yang tengah memohon seraya berlutut di hadapannya.

"Jaga ucapan anda,—Alexander" Potong Shani, keluar dari kamar mandi ruang kontrol dokter yang di butuhkan oleh kedua anak mereka.

Alexander terdiam, melihat Shani menatapnya tajam. Sejenak iya teringat tentang kebersamaan mereka sebagai rekan kerja yang sangat memuncak karirnya, antara model dan pemilik produk kecantikan terbaik di dua puluh dua tahun silam.

"Harusnya anda tau diri, karena anak saya hampir mati demi menyelamatkan putri anda" Sinis Shani, mendekat menghadapnya. menatap jijik pria yang ada di hadapannya itu.

"Jadi, jangan, lancang mengatakan hal itu..." Sambung Shani, menekankan kalimat yang ia ucapkan.

Alexander bungkam, ia mengalihkan pandangannya kepada Marsha yang telah selesai dengan konsultasi hariannya.

"Harusnya anda mengerti, bahwa cinta anak saya tidak main-main"

"Sekalipun dia terbunuh di tangan anda, Alexander..." Setelah selesai dengan kalimatnya, Shani menarik tangan Adel agar berdiri dari posisi permohonan itu. Setelahnya ia mengarahkan anaknya itu untuk melakukan cek selanjutnya setelah Marsha. Adel pun tak bisa menolak, walaupun ia ingin mengatakan sesuatu kepada Marsha yang tak menatapnya sama sekali.

"Mari berbincang, setelah ini—Dira." Shani menghentikan langkahnya menuntun Adel memasuki ruangan pemeriksaan itu. Ia mengalihkan pandangannya kepada Alexander yang akhirnya membuka suara. Sejenak ia  menatap pria itu, melihat keseriusan yang ada di raut wajahnya.

Di sisi lain, Marsha menaruh ke khawatirkan atas kalimat ajakan yang di sampaikan oleh ayah tirinya itu. ia—terkejut mengetahui bahwa sosok Dira yang pernah ia dengar sebagai sosok model yang sangat berpengaruh untuk awal karir kedua orang tuanya. Ternyata, Adalah Shani Indira, ibu sang kekasih.

****

"Terimakasih telah datang" Ucap Alexander sedikit menundukkan kepalanya menghadap Shani dan Gracia yang telah bersedia menerima undangan untuk berbincang di apartemennya.

"Jangan perlakukan saya seperti itu" Balas Shani, heran melihat gerak-gerik Alexander terlihat sangat menyeganinya.

"Anda begitu berjasa atas karir saya"

"Bagaimana saya bisa, tak memberi rasa hormat sedikit pun"

"Jangan mengulur pembahasan" Sambar Gracia, jengkel melihat Alexander yang ingin bernostalgia. sementara ia mengharapkan bahwa pembahasan saat ini adalah antara Adel dan Marsha yang harus di selesaikan.

Alexander tersenyum, mengalihkan pandangannya kepada Gracia. setelah itu ia kembali menatap Shani yang tepat ada di hadapannya.

"Maaf, telah membuat kekesalan dan sakit hati atas apa yang saya ucapkan tadi siang kepada anak anda, dira"

"Saya tau, bahwa Marsha memang memiliki hubungan dengan dia" Ucap Alexander serius menatap Shani yang memperhatikannya dengan tatapan dingin dan ekspresi datarnya.

"Selesai?" Balas Shani, memperhatikan Alexander yang hanya diam, tetapi terlihat seperti ingin menyampaikan sesuatu yang sedang di tahan olehnya.

"Hanya ingin memastikan bahwa, Anda masih hidup" Spontan Gracia berdiri dari duduknya, menatap sinis Alexander yang sedari tadi mengabaikan keberadaannya.

"Ayo pulang, sayang" Ajak Gracia menarik tangan Shani.  Sementara Shani tak memutuskan tatapan antara ia dan Alexander.

"Sungguh cara yang kotor—Alexander"

𝐍𝐎𝐓𝐇𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐋𝐎𝐖𝐄𝐑 { 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃 } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang