BAGIAN 21

1.3K 162 15
                                    

"Marhsa-" Panggil Zee, melihat gadis itu keluar dari kelasnya.

Ia rela menyusul dari rumah, ke kampus. dan tak sengaja menjumpai Marsha yang sedang berkuliah. dengan semangat dan ceria, ia menghampiri gadis itu penuh dengan senyuman manisnya.

"Lo kenapa?" Heran Marsha, pasalnya terakhir kali mereka bertemu, ia memaki Zee habis-habisan ketika meminta maaf kepadanya.

"Adel udah keluar kelas belum?" Tanyanya seraya melirik-lirik kelas yang berada di samping kelas Marsha.

"Kalo mau ribut, jangan disini, dan jangan bawa-bawa gue"

"Ngerti lo!" Ucap Marsha menekankan setiap kalimatnya, memperingati Zee.

Spontan gadis itu melirik, menghentikan senyumnya yang sumrigah itu. ia lupa bahwa Marsha tak mengetahui bahwa Adel dan Shani telah tinggal bersamanya di rumah dan lingkungan tempat tinggal yang baru.

"Gue kesini jemput dia"

"Biar apa?"

"Gausah pura-pura baik deh" Sinis Marsha. sementara Zee langsung terdiam, menatap Marsha serius.

"Gue-se biadap itu di mata lo sha?" Tanya nya dengan nada rendah. pasalnya, gadis itu benar-benar menganggap nya hina hingga saat ini.

"Hahaha!"

"Santai aja sha, gue gabakal jahatin Adel lagi"

"Itu kali pertama dan terakhirnya, serius" Sambungnya semangat dan kembali tersenyum menatap Marsha, menatapnya heran seraya menaikkan alis kirinya. melihat Zee tiba-tiba merubah sikap dan gaya bicaranya.

===

"Gue serumah sama Adel, tante Shani juga" Spontan Marsha memutar badannya melirik Zee yang tengah memandangi poster festival musik yang terletak di samping kanannya.

"Biar apa?" Tanya Marsha curiga.

"Stop, ngeintimidasi gue" Decak Zee

"Zee..." Zee langsung mengalihkan pandangannya yang di tutupi oleh badan Marsha.

Setelah menyadari bahwa yang memanggilnya adalah Adel, ia langsung berlari kecil menghampiri gadis itu dengan semangat.

"Dapat juara berapa?" Tanya Zee seraya memajukan dagunya singkat.

"Ckk, lo kira gue lomba kesini" Balas Adel kesal dengan tatapan serius. pasalnya saudaranya itu terus bertanya hal aneh yang tak ada kaitan dengan dirinya.

Di sisi lain, Marsha terdiam, melihat Adel yang sama sekali tak menyadari keberadaannya yang tengah mandangi mereka berdua.

Ia-benar-benar terkejut, melihat gadis itu tak jadi meninggalkan kota ini. Sedari tadi,ia selalu menafsirkan semua yang di katakan oleh Zee, hanyalah kebohongan.

"Serius amat idup lo del" Decak Zee seraya menepuk bahunya.

"Nih kunci, anterin Marsha balik" Sambungnya, meletakkan kunci mobil yang ia simpan, ke dalam genggaman tangan Adel. setelah itu berlalu pergi seraya mengacungkan kedua jempolnya.

Adel mengedarkan pandangannya ke samping dan belakang mencari keberadaan Marsha. padahal, gadis itu ada di hadapannya, dan hanya berjarak enam meter.

"Gue, disini" Ucap Marsha membuka suara.

Adel memutar lehernya ke belakang, melihat Marsha menatapnya sendu.

"Sejak kapan pindah berdiri kesitu?" Tanya Adel seraya melangkahkan kakinya mendekat ke Marsha.

Sementara, Marsha mulai merasakan jantungnya kembali berdebar, seperti saat pertama melihat pesona gadis itu.

"E-engga, emang disini" Balas Marsha gelagapan. Dirinya benar-benar terkesima oleh senyum Adel yang sangat indah itu menyambut kehadirannya.

"Ayo balik" Ajak Adel, meraih tangan Marsha ke genggamannya.

Sejenak Marsha terdiam, setelah itu ia tersenyum lebar menatap Adel. setelahnya menggenggam erat jari jemari gadis itu.

****

"Kamu, tinggal sama Zee?" Tanya Marsha, ingin meringankan sedikit pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di otaknya, karena mengingat semua ucapan Zee siang tadi.

"Sama ibu juga" Balas Adel, menambahkan.

"Aku nolak mentah-mentah ajakan dia ke aku"

"Tapi-pas dia ngajak ibu dengan alasan kesepian, ga ada siapa-siapa, kehilangan arah, dan mau bangun keluarga kami dengan baik, tanpa Gio" Jelas Adel.

Pasalnya Zee benar-benar antusias dan tak main-main dengan ucapannya saat itu. di sisi lain, Adel memang tak ingin mencampuri hidup saudaranya itu. Namun, ia juga prihatin, serta iba melihat Zee yang tak tau tujuan hidupnya lagi, dengan kesendirian.

"Gausah khawatir, semuanya aman kok" Tutur Adel tersenyum. mengelus lembut kepala Marsha.

"Aku-takut kamu kenapa-napa" Cemasnya, teringat bahwa di hari kejadian itu, Zee sempat menyembunyikan pistol di kantong belakangnya sebagai ancaman, karena tau Adel pasti akan datang.

"Hey, it's okay" Balas Adel menarik Marsha ke dalam dekapannya.

"Del-"

"Iya sayang, kenapa?"

"Ayo nikah" Adel langsung menegakkan badannya, yang semula sedikit membungkuk memeluk Marsha yang duduk di sampingnya.

"Aku-belum siap dari segala sisi" Tuai Adel, ia tak tau harus merespon apa.

"Siapin diri kamu" Ucap Marsha menyemangatinya. Spontan, ia langsung tersenyum lebar, setelahnya terkekeh menyadari bahwa dua kata itu sekarang berputar-putar di pikirannya.

"Makasih, udah nerima aku lagi" Ucap Adel, setelah menghentikan tawanya. Menatap Marsha serius.

"Aku selalu nerima kamu dalam keadaan apapun, dan sampai kapan pun"

"And maybe, in another life i still be your wife..." Bisik Marsha di pucuk telinganya.

Adel langsung menunduk, berusaha menahan senyumnya setelah mendengar kata-kata yang di ucapkan Marsha, membuat kebahagiaannya bertambah dua kali lipat.

"Kita belum sah, tapi-boleh ga?" Pinta Adel dengan mata berbinar, mendongak menatap Marsha yang tengah menaikkan alis kirinya karena tak mengerti apa yang Adel maksud.

Namun-

====

"do as you like"

"My cat..." Lirih Marsha menahan suaranya. tanpa sadar, ia meremas sprei kasurnya, Menikmati pergerakan tangan Adel menyentuh pinggang, hingga merambat ke dadanya dengan elusan yang sangat lembut di kulitnya.



























TO BE CONTINUE...

𝐍𝐎𝐓𝐇𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐋𝐎𝐖𝐄𝐑 { 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃 } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang