BAGIAN 28

1.3K 169 4
                                    

Tiga hari setelah kejadian mengenaskan itu, Marsha di pulangkan oleh Gracia bersama ketiga orang yang ikut bersamanya. yakni, Flora, Olla, dan Mira. dengan penjagaan yang ketat meninggalkan pulau itu, agar tak terjadi hal-hal tak diinginkan lagi.

Sementara Adel masih belum sadar, tetapi jantung dan aliran darahnya berfungsi dengan baik. menandakan bahwa ia akan segera sehat. hanya saja butuh waktu agar Adel bisa terjaga dari masa kiritisnya.

Di sisi lain, Shani terus menyudutkan Gracia atas apa yang terjadi kepada anaknya. ia mulai frustasi, melihat Adel yang tak kunjung sadar setelah tiga hari.

Namun, Gracia mengabaikan itu semua. ia memilih untuk memantau keadaan dari jauh. karena Anin juga berada di rumah sakit yang sama. karena sepengetahuannya dari beberapa mata-matanya di pulau itu, mengatakan bahwa Anin memiliki tiga orang yang menjadi bawahannya untuk membantai siapapun yang mengusik mereka.

Selama menjalani kehidupan yang penuh dengan cobaan. baru kali ini Gracia merasakan cobaan yang sangat berat untuk ia hadapi. semuanya-berkaitan dengan masa lalunya tanpa henti sedikit pun. hingga membahayakan dan menyeret orang-orang yang tak bersalah akan masa lalunya.

Ia tak punya pilihan lagi selain- merencanakan pembunuhan terhadap Anin sang mantan kekasih yang telah pulih dari luka-luka yang di beri oleh Adel.

Gracia berencana untuk melumpuhkan Anin, menggunakan jebakan yang bertujuan untuk menemui wanita itu, berbicara empat mata dengannya di tempat pertama kali mereka bertemu dan saling jatuh cinta. di perpustakaan sekolah SMA mereka masa itu, yang telah terbengkalai saat ini.

****

"Flo, jangan gila deh"

"Kita harus balik" Cegah Olla menahan Flora yang ingin tetap tinggal menunggu Adel hingga pulih.

"Ada yang harus gue selesaiin disini" Balas Flora menjelaskan.

"Flora-jangan gegabah, ingat kata tante Gracia"

"Tempat ini bahaya buat kita, karena berhubungan sama keluarga Adel" Ucap Mira mengingatkan Flora tentang ketidak pedulian masyarakat, jika mereka terbunuh oleh para pengikut Anin yang terus mengincar mereka karena berhubungan dengan Shani, maupun keluarganya.

"Gue mohon, kali ini aja"

"Kalian harus balik berdua, nemenin Marsha"

"Gue-"

"Harus ngebunuh, dia"

"Flo?" Saut Olla bingung, tak mengerti apa yang Flora ucapkan dengan ekspresi serius dan ketegangan di wajahnya.

"Lo ingat ibu-ibu yang duduk sendirian di bawah pohon kemaren?" Tanya Flora menatap serius Olla dam Mira yang langsung terdiam, mengingat wanita yang di maksud oleh Flora.

"Di bawah pohon?" Beo Mira heran, tak kunjung mengingat siapa yang berada di sekitar mereka tiga hari yang lalu.

"Gue inget!"

"Jangan bilang-ibu-ibu yang pake daster, megang golok di samping Vila" Tebak Olla, mengingat seorang wanita yang memperhatikan mereka mengangkat Adel pada hari itu.

"Dia-bakal bunuh Adel"

"Gue harus tetap disini"

"Urusannya sama lo apa Floraaa" Jengkel Mira, tak kunjung mendapat penjelasan yang belum dapat ia pahami sedari tadi.

"Dia ibu gue!" Bentak Olla.

Olla dan Mira terdiam, wajah Mira yang mulanya jengkel, sekarang menjadi khawatir. Karena teringat tentang kisah kelam kehidupan Flora, hingga membawanya hidup menjadi seorang pembunuh bayaran.

"Flo-"

"Maaf, harusnya, gue sadar tante Feni ada disitu" Ucap Mira menyesal. karena ia yang paling tau tentang seluk beluk serta mengetahui dan menghadapi permasalahan Flora dan ibunya, Feni.

Pasalnya selama ini Flora menganggap Feni telah tewas di buru oleh Polisi setelah membantai Ayahnya dan juga sanak saudaranya, perkara tak ingin memberikannya narkoba secara rutin. Flora merasa-bahwa ibunya tak pantas lagi hidup. bahkan ia tak pernah di urus sedikitpun sedari lahir. lantas, bagaimana ia harus menganggap Feni adalah sosok ibu untuknya?

"Dia ga akan inget gue, setelah berpuluh-puluh tahun hidup berdampingan sama barang haram itu"

"Jaga diri lo, jangan bikin gue sama Olla khawatir" Sambar Mira, menatap Flora cemas akan pilihannya.

"Mir, Flo..."

"Anterin Marsha selamat sampai di hadapan Chika, ya?" Pinta Flora, milirik Marsha yang sudah di dorong oleh Gracia dan di dampingi bodyguardnya memasuki kapal pribadi milik wanita itu, demi keselamatan dan keamanan mereka.

Setelah selesai dengan kalimatnya, Flora memeluk erat Mira dan Olla bergantian. membuat kedua gadis itu merasa jengkel, karena ini terlihat seperti hendak berpisah untuk selamanya.

"Gue pasti hidup, dan nemuin kalian berdua" Sambung Flora. setelahnya ia mendorong Mira dan Olla memasuki kapal itu, setelah menyadari bahwa Gracia telah keluar. dan ia tak mau Wanita itu mengetahui bahwa ia tak jadi pergi bersama teman-temannya.

****

Satu hari kemudian...

"Zee..." Panggil Gracia, melihat anak tirinya itu terus menatap Adel tanpa henti di atas ranjang yang telah di huni oleh gadis itu empat hari ini.

"Kita harus pulang hari ini-"

"Adel?" Saut Zee tak bersemangat, menanyakan bagaimana dengan saudaranya itu.

"Kondisinya sudah aman, kamu ga perlu khawatir"

"Para bodyguard sudah berada disini untuk mengawal" Terang Gracia, setelahnya ia melirik Shani yang tengah tertidur pulas di atas Sofa ruangan itu.

"Mungkin, saya akan menyusul besok" Tutur Gracia menambahkan.

"Kenapa?, katanya kita harus pulang" Heran Zee mendengar hal itu. ia sangat menginginkan untuk pulang bersama bagaimana pun situasinya, melihat keadaan Adel yang terpaksa harus di bawa pulang bersama peralatan medis yang membantu pemulihannya.

"Tolong perhatikan tante Shanju selama di perjalanan nanti, pastikan Shani mengingat bahwa ibunya harus di bantu untuk ke kamar mandi selama di kapal" Tambah Gracia menjelaskan dengan serius menatap Zee yang mulai memundurkan kepalanya, karena saking bingungnya kenapa Gracia berbicara seolah meninggalkan wasiat dalam bentuk kata-kata.

"Apa yang sebenarnya lebih mengancam dari wanita itu?" Tanya Zee, ingin tau apa yang Gracia sembunyikan dari mereka, perihal mantannya yang sudah di cap sebagai pembunuh berantai di pulau itu.

"Zee-" Gracia terdiam, melihat tangan Adel bergerak, mencoba meraih pergelangan tangan Zee.

Ia langsung berlari keluar, memanggil dokter untuk memeriksa perkembangaan Adel saat ini.

Mendengar suara langkah lari Gracia, membuat Shani terbangun. Setelahnya ia mengalihkan pandangannya kepada Zee yang tengah berdiri, menggenggam tangan Adel. karena gadis itu telah membuka matanya, memperhatikan langit-langit ruangan itu.








































TO BE CONTINUE...

𝐍𝐎𝐓𝐇𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐋𝐎𝐖𝐄𝐑 { 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃 } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang