Chapter 2

16.1K 640 17
                                    

Las Vegas, Nevada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Las Vegas, Nevada

Netra hijau itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk sebelum melihat arah jarum jam. Setelah berhasil mengumpulkan niat untuk mandi, dengan cepat gadis itu beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Sudah siap dengan seragam sekolah berwarna cokelatnya, Aely langsung melangkahkan kakinya turun ke lantai bawah dan bergabung dengan orang tuanya untuk sarapan bersama.

"Morning," sapa Aely meskipun tahu jika orang tuanya itu tidak akan membalas sapaannya.

Melihat suasana dapur dan meja makan yang hening, membuat Aely kembali teringat pada kejadian beberapa hari yang lalu di mana dia bertatap wajah secara langsung dengan penguntitnya. Rasanya Aely ingin mengatakan semua hal yang dia alami pada orang tuanya, tapi Aely takut jika orang tuanya tidak akan percaya.

"Jangan melamun Aely, cepat habiskan sarapanmu." tegur Metvey pada putrinya itu.

Mendengar teguran dari sang ayah membuat Aely mau tak mau menghabiskan sarapannya, meskipun sedikit enggan dan tidak bersemangat. Lehernya terasa sakit dan tubuhnya juga sangat lelah, padahal semalam dia tidur dengan sangat nyenyak sampai tak merasakan kehadiran sang penguntit sialan itu seperti biasanya.

"Aku sudah selesai makan," ucap Aely sambil mendorong piring bekas makanannya.

Melihat sang putri yang sudah siap menuju sekolah, Metvey langsung beranjak dari tempat duduknya dan memberi kecupan singkat pada Geny lalu keluar dari rumah begitu saja. Aely langsung mengekori ayahnya setelah berpamitan pada Geny, gadis itu langsung masuk ke dalam mobil yang sama dengan Metvey.

Meskipun Metvey terkesan dingin dan tidak peduli padanya, tapi Aely yakin jika ayahnya itu sangat sayang padanya. "Ayah, mari berangkat." ujar Aely pada Metvey setelah memasang seatbelt.

Mobil yang Metvey kendarai melaju dengan kecepatan sedang, tidak ada perbincangan di antara ayah dan anak itu. Entah karena Aely yang sedikit takut pada ayahnya, atau Metvey yang justru enggan merespon putrinya.

Setelah lima belas menit, Aely dan Metvey sampai pada gerbang Opulence School, tempat di mana Aely menimba ilmu. Aely turun begitu saja dari mobil ayahnya seperti biasa, meskipun interaksi dengan ayahnya cenderung sangat sedikit tapi Aely tetap bersyukur karena dia memiliki sosok ayah.

"AELY!" Mendengar seseorang meneriakkan namanya Aely langsung mencari sang pelaku dan menatap nyalang padanya.

Kedua bola mata Aely berputar malas melihat dua gadis di depanya, "Hei!" sapa Aely pada kedua sahabatnya.

"Hehe, ini masih pagi Aely, tidak baik memasang wajah muram di pagi hari." ledek Amery, Zephyr Amery.

"Itu benar Aely, di saat pagi seperti ini kita harus bersemangat!" timpal Shacydengan membara, Shacy Evgenia.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang