Chapter 14

10.3K 399 6
                                    

Oppulence School - Las Vegas, Nevada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oppulence School - Las Vegas, Nevada

Suasana pagi yang menyejukkan membuat Aely semakin enggan untuk bangun, gadis itu masih bergelung di bawah selimutnya. Dan pada saat alarm miliknya kembali berbunyi barulah Aely bangun dengan malas, gadis itu hendak berjalan menuju kamar mandi tapi baru menapakkan kaki pada lantai, Aely merasa sakit pada area inti-nya.

Dalam sekejap seluruh kejadian kemarin berputar dalam otaknya, saat menyadari jika dia sudah kehilangan sesuatu yang sangat berharga karena penguntit sialan itu Aely kembali menangis. Air matanya seakan tak ingin berhenti keluar, gadis itu terus menangisi nasib malangnya.

Padahal dia sudah bertekad untuk tidak berhubungan badan dengan siapa pun selain suaminya nanti, tapi penguntit sialan itu justru merusak semua rencana hidupnya.

Amarah dan benci seakan sudah tak dapat Aely bendung lagi, dia ingin tahu kenapa penguntit itu sangat terobsesi padanya bahkan merebut sesuatu yang berharga darinya.

"Penguntit sialan!" teriak Aely dalam kamarnya.

Setelah puas menangis dan menunggu hingga rasa sakit itu berkurang barulah Aely bersiap menuju sekolah, bagaimanapun keadaannya saat ini dia harus tetap berangkat ke sekolah demi masa depannya. Dia bertekad untuk mengungkap siapa penguntit yang mengganggu hidupnya itu.

"Morning mom, morning dad." sapa Aely dengan ceria seolah tak terjadi apa pun padanya.

Metvey yang melihat raut wajah cerah dari putrinya itu justru merasa bersalah pada Aely. Jika saja dia tidak menyetujui persyaratan gila yang Luciano ajukan, mungkin Aely dapat hidup sesuai dengan kemauan gadis itu sendiri tanpa campur tangan Luciano.

Tapi seperti kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Metvey hanya bisa berdiam diri dan menyaksikan putrinya perlahan-lahan dijerat oleh Luciano dengan cara yang tak akan pernah terlintas di benak manusia, bagi Metvey Luciano adalah iblis yang mengambil putri semata wayangnya.

"Cepat makan, Aely. Hari ini saya yang akan mengantarmu," ucap Metvey.

Aely mengangguk pelan lalu duduk tak jauh dari Metvey, netra hijau gadis itu menatap Geny yang sedang menyiapkan sarapan. Dia berharap ibunya menyapanya balik, tapi sepertinya Geny tidak dalam keadaan baik.

Lihat saja bagian bawah mata wanita itu yang sedikit menghitam, siapa pun pasti akan tahu jika Geny kurang tidur.

"I want chocolate spread!" ujar Aely saat melihat selai kesukaannya.

Bibirnya tersenyum cerah, meski tadi dia menangis bak orang gila, tapi di depan orang lain dia harus terlihat baik-baik saja.

"Ambil sendiri, Aely. Saya sedang membuatkan sarapan untuk ayahmu," kata Geny tanpa menatap Aely.

Gadis yang semula tersenyum cerah itu mendadak murung, Aely beranjak dari kursinya dan menyiapkan sendiri sarapannya pagi ini.

Padahal Aely hanya ingin diperhatikan oleh ibunya tapi Geny justru terlihat tidak ingin memperhatikannya.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang