Chapter 4

16.5K 744 14
                                    

Aely's bedroom - Las Vegas 12:00 AM

Malam hari yang sunyi membuat Aely meringkuk ketakutan, gadis itu tak bisa tidur dan hal yang dia lakukan sejak tadi hanya diam di tempat tidurnya sambil menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Dia takut kembali bertemu dengan sang penguntit, kejadian terakhir saat dia bertemu dengan laki-laki itu cukup membuatnya trauma. Terlebih lagi laki-laki itu sangat berbahaya, Aely takut jika dia akan dibunuh jika tak menurut.

Suara pintu yang terbuka membuat Aely semakin merapatkan selimutnya, memejamkan matanya erat-erat agar laki-laki itu mengira jika dirinya tidur. Suara langkah kaki semakin mendekat, membuat tubuh Aely bergetar ketakutan.

Aely ingin berteriak memanggil ayah dan ibunya, tapi dia takut jika orang tuanya akan menjadi sasaran empuk sang penguntit sialan itu. Aely tidak mau kehilangan ayah dan ibunya, demi ayah dan ibunya Aely rela menahan semua rasa takutnya.

Dia dapat merasakan usapan pelan pada kakinya, perlahan usapan itu semakin naik hingga bahunya. Pria itu membuka selimut yang menutupi Aely dengan pelan sambil bersenandung ringan. Tanpa melihat pun dapat Aely tebak jika laki-laki itu sedang tersenyum lebar, sambil membawa bunga lily yang akan laki-laki itu pajang di jendela.

Sebelumnya dia selalu membuang bunga yang laki-laki itu bawakan, namun setiap kali Aely membuang bunga itu maka Aely akan bangun dengan tubuh yang penuh kemerahan serta bibirnya yang bengkak.

Aely tidak tahu apa yang laki-laki itu lakukan padanya selama dia tertidur, tapi Aely yakin jika laki-laki itu melakukan sesuatu yang buruk padanya.

"Open your eyes my Aely, i know you're awake." bisiknya.

Perlahan Aely membuka kelopak matanya, hal pertama yang dia lihat adalah laki-laki yang menggunakan topeng yang menutup setengah wajah. Dia bisa melihat dengan jelas bibir dan juga manik mata laki-laki itu yang berwarna abu-abu.

Laki-laki itu menyunggingkan senyum ketika melihat Aely yang begitu patuh padanya, andai saja jika Aely sudah berusia dua puluh tahun, mungkin dia akan membawa Aely menuju mansion-nya.

"Smile, i want to see your smile." ucapnya menuntut, namun melihat Aely yang tak menggubris perkataannya membuatnya geram. "look at me," ucapnya lagi.

Mendengar itu Aely mau tak mau bertatapan langsung dengan manik mata abu-abu itu, jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Tapi Aely tahu jika dia sedang takut dan gugup, maka dari itu jantungnya berdetak lebih cepat.

Tidak mungkin dia menyukai laki-laki itu, Aely takut jika laki-laki itu merupakan buronan polisi karena tidak pernah menunjukkan wajah padanya dan selalu menggunakan topeng ketika datang.

"Smile, Aely!" ucap laki-laki itu setengah berteriak karena Aely tak kunjung tersenyum padanya.

Senyum Aely yang sangat dia nantikan akhirnya muncul, meskipun terpaksa tapi senyum Aely tetap menawan dimatanya. Tanpa sadar diau mendekatkan wajahnya pada Aely, menggigit hidung gadis itu pelan sebelum mengecup bibir Aely dengan cepat.

Aely sangat terkejut dengan apa yang laki-laki itu lakukan padanya, tapi dia tidak bisa melawan karena itu terjadi begitu cepat.

"Hari ini aku akan memberikanmu sedikit hukuman, beberapa hari yang lalu kamu berani makan malam bersama pria lain. Itu sangat menyakiti hatiku," ujarnya lirih.

Tubuh Aely bergetar ketakutan saat laki-laki itu mengeluarkan sebilah pisau dari saku jaket berwarna hitamnya. Dia naik ke atas tempat tidur Aely, menindih kaki Aely yang terbalut celana panjang agar gadis itu tidak dapat melarikan diri ke mana pun itu.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang