Las Vegas, Nevada
Robert, sudah kukatakan sebelumnya untuk membawa Carlos hidup-hidup." desis Luciano saat melihat mayat Carlos yang berada di depannya.
Bukannya takut Robert justru tetap berdiri tegap dengan wajah datarnya, sebagai bawahan Luciano tentunya hal semacam ini sudah biasa. Tapi bagaimana pun apa yang dia lakukan memang salah karena sudah menentang titah Luciano untuk membawa musuh mereka hidup-hidup.
Luciano yang duduk di kursi kebesarannya itu menatap tajam pada Robert, hawa dingin seketika menyeruak dalam ruangan itu mendukung suasana mencekam yang Luciano ciptakan.
Dia benci dibantah, terlebih jika itu menyangkut gembong mafianya, karena kesalahan sekecil apa pun dapat memberi celah pada musuh mereka untuk menyerang balik.
"Morgan, beri Robert hukuman. Pastikan kali ini dia menjalankan hukumannya dengan benar," ucap Luciano.
Morgan mengangguk patuh lalu membawa Robert keluar, kini hanya ada Luciano, Austin dan juga mayat Carlos yang mengenaskan.
"Austin, sampaikan pada Jeffrey untuk kembali sekarang. Ada hal lain yang harus dia lakukan." titah Luciano tanpa menatap Austin.
Meski sangat ingin tahu apa sebenarnya tugas yang Luciano berikan pada Jeffrey, hingga rekan kerjanya itu selalu tak berada di tempat, tapi itu melanggar kode etiknya sebagai tangan kanan bos mafia itu. Austin segera menghubungi Jeffrey, memberi tahu pria itu untuk kembali ke markas mereka.
Austin melangkah mendekat pada Luciano, "Jeffrey dalam perjalanan kemari tuan." Setelah melaporkannya pada Luciano dengan cepat Austin kembali pada posisinya.
Raut wajah Luciano sedikit mengganggu Austin, dia tahu jika suasana hati pemimpinnya itu sangat buruk sejak beberapa hari yang lalu, tanpa bertanya pun Austin tahu siapa penyebab perubahan suasana hati Luciano itu.
Netra Luciano melirik pada mayat Carlos yang masih berada di depannya. Sial, padahal seharusnya dia saat ini mengancam Cosa Verta melalui Carlos, tapi Robert justru membunuh salah satu calon pion yang akan dia gunakan itu. Dia mendengus kesal lalu kembali mengerjakan dokumennya, ada beberapa penyelundupan senjata yang harus dia ulang karena para polisi mulai memperketat keamanan.
Jujur saja sebenarnya itu tak terlalu berpengaruh karena Luciano yakin jika dia tak akan tertangkap, di kota penuh dosa ini polisi pun bisa menjadi seorang kriminal. Yang harus dia khawatirkan bukanlah para polisi itu, melainkan para musuh dalam selimutnya. Tunggu saja hingga waktunya tiba, dia akan membalas perbuatan sampah dengan kejam.
"Austin, singkirkan mayat itu." ucap Luciano.
Saat akan melanjutkan perkataannya, suara ketukan pintu membuat Luciano mengurungkan niatnya dan mempersilahkan orang dibalik pintu itu untuk masuk. Netranya menatap tajam pada pria yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Romansa(17+) [PRE-ORDER 26 FEBRUARI - 17 MARET] (WARNING!!! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, AGE GAP, CHILD GROOMING, MANIPULASI, KATA-KATA KASAR DAN SEBAGAINYA. JIKA KALIAN MERASA CERITA SEMACAM INI TIDAK BERBOBOT, TIDAK USAH DIBACA) ***...