(17+)
(WARNING!!! CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, AGE GAP, CHILD GROOMING, MANIPULASI, KATA-KATA KASAR DAN SEBAGAINYA. JIKA KALIAN MERASA CERITA SEMACAM INI TIDAK BERBOBOT, TIDAK USAH DIBACA)
***
Dia pikir dia bisa lepas dariku?
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Luciano's House - Las Vegas
Jarum jam sudah menunjuk pada angka delapan. Tapi kedua mata Aely masih terpejam, gadis itu seolah tak merasa terganggu sedikit pun saat Luciano menggendongnya menuju mobil.
Bahkan saat Luciano membawa gadis itu masuk ke dalam rumahnya untuk yang pertama kali, netra hitam itu tetap fokus menatap gadis yang sedang terlelap dalam mimpi.
Luciano sengaja membawa Aely masuk ke dalam rumahnya, lagi pula mereka sekarang bertetangga jadi siapa pun tak akan curiga dengan hal itu.
Tangan besar Luciano terus mengelus rambut Aely dan memainkannya, setiap helai rambut gadis yang dia pegang terasa sangat halus terlebih lagi rambut gadis itu sangat harum.
Dia seakan tak pernah bosan dengan apa yang ada pada tubuh Aely, "Cantik, sangat cantik." gumam Luciano.
Melihat sedikit pergerakan dari Aely membuat Luciano mau tak mau harus menjauhkan wajahnya dari gadis itu, perlahan dapat Luciano lihat mata itu terbuka. Luciano berdiri di samping tempat tidurnya, meski hasrat untuk menjadikan Aely sebagai miliknya sangat kuat tapi Luciano berusaha menahannya.
"Sir? Where i am?"
Sial, suara khas bangun tidur gadis itu memorak-porandakan pikirannya. Mendengar suara halus nan serak khas bangun tidur Aely membuat Luciano tak kuasa menahan seringainya, bukan seringai kejam seperti biasa yang dia tujukan pada musuh.
Aely mengubah posisinya menjadi duduk, melihat Luciano yang masih bergeming didepannya membuat Aely bingung harus melakukan apa.
"Sir?" panggil Aely lagi
Dia sedikit canggung dengan suasana saat ini. Gadis itu merutuki dirinya sendiri dalam hati, bagaimana bisa dia menangis dan berakhir tertidur, lalu dibawa pulang oleh wali kelasnya sendiri.
Di dalam rumah itu hanya ada keheningan, Luciano yang masih sibuk dengan segala fantasi liarnya dan Aely yang canggung dengan gurunya. Keheningan itu akhirnya sirna ketika suara perut Aely memenuhi ruangan, Luciano yang semula bergeming pun mendengar suara itu terkekeh geli.
"Astaga, maafkan saya Aely. Mari ke dapur, saya akan membuatkan makanan untukmu." ucap Luciano.
Demi apa pun yang ada di dunia ini Aely sangat malu!
Pipi gadis itu memerah hingga telinga, gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan kuat menyalurkan rasa malu yang tak terbendung itu. Sekali lagi Aely merutuki dirinya sendiri dengan berbagai macam kata.
Mendengar suara langkah kaki Luciano membuat Aely bergegas mengekor di belakang laki-laki itu. Aely tak tahu jika di depannya Luciano sedang tersenyum lebar, dari belakang Aely bisa melihat punggung kokoh milik laki-laki itu.
Tubuh Luciano terlalu bagus untuk dilewatkan begitu saja, terlebih lagi saat ini Luciano hanya mengenakan kaos polos berwarna hijau tua.
"Punggungku bisa berlubang jika kamu terus menatapnya, Aely." celetuk Luciano.