4. Why Her?

38 3 5
                                    

Iam Sorry

A Family Story by

Dwinda Darapati

••••

Selamat membaca

***


Dari banyaknya orang di dunia ini mengapa harus Sania yang menjadi saudara tirinya? Mengapa harus gadis itu yang memiliki ayah yang sama dengannya? Dari banyaknya gadis cantik di sekolah ini, mengapa harus Sania yang menjadi teman akrab William? Mengapa, mengapa, mengapa?

Berkali-kali Salwa menarik napas dan membuangnya mencoba untuk menenangkan pikiran, tapi tetap saja pikirannya malah semakin kacau apalagi bayang-bayang wajah Sania selalu ada dibenaknya.

“Ternyata disini,” ujar seseorang yang menemukan Salwa berada di atap sekolah. Dia duduk bersandar pada dinding dengan kaki yang dinaikkan.

Begitu jam pelajaran berakhir, Angga segera mencari Salwa ke seluruh ruangan di sekolah. Dan siapa sangka dia akan menemukan gadis itu di atap seperti sekarang. Angga tahu betul Salwa sebenarnya tidak suka atap, karena dari sana dia bisa melihat semua orang di sekolah ini. Salwa sering kali melihat orang yang diam-diam pacaran di sudut sekolah, orang yang saling membully dan dia tidak suka itu. Tapi kini dia malah datang ke atap, tempat yang tidak dia sukai.

“Gue pertama kalinya lihat lo separah ini, Wa. Selama ini kalau pun nilai lo turun, lo bakalan diam di dalam kelas belajar bahkan sampai lupa waktu. Tapi sekarang lo malah keluar di jam pelajaran dan ke atap? What’s wrong with you?”

Angga mengitari atap, dia melihat ke bawah dan mendapati sebuah pamandangan yang cukup mengejutkan. “Wa … lo harus lihat ini!” Dia menarik tangan Salwa agar ikut dengannya. “Gila … semenjak di peringkat satu dia jadi terang-terangan begitu,” komentarnya.

Napas Salwa memburu melihat itu, Sania yang dengan lancang menggandeng tangan cowok yang dia sukai itu kesana-kemari di lapangan. Kecemburuan serta kebencian semakin membesar dalam dirinya. Sejenak Salwa berpikir, jika Salwa tidak ada, mungkinkah semuanya tidak akan seburuk ini? Mungkinkah dia tidak akan menderita karena kebencian ini?

“Sania Hermawan … I’ll kill you!” Dia membuat tinju dengan tangannya, bersiap seakan-akan membunuh Sania sekarang juga.


***

Sesampainya di rumah, gadis berambut panjang itu segera menuju kamar meski dia tahu sekarang di rumahnya ayahnya kembali. Herman datang sesuai jadwal pada setiap bulannya. Pria yang menjadi ayahnya itu sedang sibuk bercanda ria dengan Yuri.

“Salwa … sudah pulang, nak?” tanya Yuri yang melihat kedatangan anaknya.

“Salwa putri ayah, kesini dulu,” panggil Herman namun diabaikan.

Merasa diabaikan, pria itu bertanya, “Kenapa dia? Moodnya tampak buruk.”

“Nilainya turun, sekarang dia di posisi kedua,” jawab Yuri.

“Dia benar-benar menuruni sifat aku, aku bahkan tidak mau makan waktu nilai turun,” kata Herman. Tiba-tiba dia penasaran.  “Siapa di posisi pertama?”

“Kamu sungguh tidak tahu?”
Herman mengangguk. “Emangnya siapa? Angga?”

“Sania.” Yuri mengatakannya. “Emang Sania ga ngasih tahu kalau dia di posisi pertama?” tanya Yuri penasaran.

“Aku bahkan baru tahu sekarang.” Herman mengangguk pelan. “Aku mau lihat putri cantikku dulu,” izinnya pamit meninggalkan Yuri lalu menuju kamar Salwa.

Iam Sorry [selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang