21. Unusual

25 2 0
                                    

Selamat Membaca semoga suka

***


Karena perdebatan, juga karena William membela Liona, Salwa tidak mengizinkan cowok itu ikut bergabung belajar bersama mereka. Meski Sania terus mencoba membujuknya, tapi pendirian Salwa tetap kuat, dia bahkan memarahi Sania. Alhasil, sore ini yang belajar hanya mereka ditambah oleh Angga.

"Wa ... lo emang kurang mikir! Lo nyuruh bagi tugas, tapi soal yang gue dapat beneran susah!" omel Angga.

Salwa melirik, dia mengabaikan dan tetap focus pada soal yang menjadi bagiannya. "Itu aja protes, kalau gitu ga usah ikut belajar."

Angga mengarahkan tinju ke kepala Salwa karena terlampau gemas, tapi masalahnya mengapa dia tidak bisa marah dengan gadis yang satu.

Tingkah Angga dari tadi tidak luput dari perhatian Sania, melihat cowok itu yang panic karena tak kunjug mendapatkan hasil jawabannya akhirnya dia memutuskan untuk membantu.

"Apa sih masalahnya, Ngga?" tanya Sania mengambil kertas soal di tangan Angga. "Oh ini ... pas banget, semalam gue abis bahas ini." Sania mengambil pena lalu mengerjakan soal yang ada pada Angga.

Gadis yang dari tadi sibuk dengan dirinya sendiri merasa kesal, dia mendorong Angga hingga cowok itu tersungging. Dan malah menimbulkan tawa dari Sania yang melihat tingkah konyolnya. Tiba-tiba Salwa jadi badmood, dia menggeser duduknya menjauh dari mereka.

Tidak lama setelah itu dia kembali ke tempat semula karena mendengar gelak tawa Angga dan Sania yang tidak henti-hentinya. Seperti ada sesuatu yang menggelitik perut keduanya dan itu membuat Salwa penasaran.

"Sania ... lo bisa ngerjain soal ini?" Salwa sengaja mengalihkan focus cewek itu.

Tawanya berhenti, Sania mengambil kertas di tangan Salwa. "Gue bahas soal yang ini dulu, ya." Dia malah meminta izin pada Angga.

Sania tampak serius mengerjakannya, namun ditengah jalan dia malah tersendat karena hasil yang dia dapatkan tidak sesuai. Melihat hal itu Salwa tersenyum miring, dia memang sengaja melakukan hal itu agar dia tidak lagi tertawa dengan Angga.

"Wa ... yang ini coba kita lanjutin," ajaknya, gadis itu berpindah duduk ke samping Salwa.

Dari pada melihat Sania yang tertawa bersama Angga, dia lebih memilih membahas soal sulit bersama. Bagi Salwa ini juga cukup sulit, mereka juga tersendat pada rumus yang sama. Makanya dia sengaja memberikan soal itu pada Sania.

"Ada kemungkinan dua rumus yang bisa kita gunain, tapi kayanya jalannya bakalan panjang banget." Sania memberitahu. "Kita bagi dua, ya."

Salwa mengangguk, dia mengerjakan salah satu rumus, begitu juga dengan Sania sebaliknya. Keduanya sama-sama berkerja keras untuk mendapatkan jawaban yang benar. Sementara Angga duduk bersedekap dada melihat dua saudara ini.

"Wa ... gue dapat segini," kata Sania memperlihatkan kertas buramnya.

"Gue ini." Dan jawaban yang didapatkan Salwa ada pada salah satu pilihan jawabannya. "Benar kan, gue?" dia masih bersikap sombong.

Sania tampak senang, tanpa sadar dia memeluk Salwa. "Lo benar, Wa. Akhirnya kita dapat jawabannya." Dan pelukan itu cukup kuat.

Gadis yang menerima pelukan itu merasa canggung, karena ini pertama kalinya dia dipeluk oleh Sania, gadis yang selama ini dibencinya. Dan Angga tersenyum kecil melihat interaksi mereka. Entah mengapa tampak lucu.

Dan hal itu disadari oleh Salwa, dia segera melepas tangan Sania yang memeluknya.

"Maaf, reflex." Dan Sania masih sempat-sempatnya minta maaf. Seolah memeluk Salwa adalah sebuah kejahatan.

Iam Sorry [selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang