24. Answers archive

26 4 0
                                    

Selamat Membaca semoga suka
Jangan lupa follow akun ini juga🥰

***

Pukul lima pagi Salwa baru membuka mata, dia mengernyit karena terbangun bukan di kamarnya. Dia melihat sekeliling dan menyadari ini adalah sebuah rumah sakit. Seseorang terbangun begitu merasakan pergerakannya, dia mengangkat kepala dan bersyukur karena Salwa sudah sadar.

“Liam?” Gadis ini cukup terkejut karena ternyata yang menemaninya ialah William.

“Akhirnya lo sadar, Wa.” Dia membelai rambut Salwa dengan pelan. “Lo kecelakaan, kemarin.”

Dengan heran Salwa menatap William lamat-lamat. “Bunda mana?”

“Bunda lo gue suruh istirahat, gue yang nemani lo semalaman.” William memberitahu.

Gadis itu mengangguk, lalu meraba kepalanya yang terasa nyeri. William dengan sigap ikut memegang kepala Salwa, dia khawatir akan terjadi sesuatu dengannya. “Lo ga pa-pa, kan, Wa?”

Anggukan dari kepala Salwa membuat cowok itu lega, dia kembali duduk dan merai botol air minum dan menyerahkan pada Salwa. “Minum dulu, Wa.”

Salwa menerimanya, dia menatap William dengan canggung, ada yang aneh dengan William. Seharusnya cowok itu tidak perlu repot-repot menjaganya mengingat apa yang sudah dia lakukan padanya. Tapi entah mengapa, dengan murah hati cowok itu datang membantunya.

Iam sorry, Wa.” Dan William meraih tangan Salwa. “Iam sorry for everything.”

Tidak ada jawaban dari Salwa, dia masih terlalu bingung dengan apa yang terjadi. Ingin marah pun dia tak punya tenaga. Biarlah berlalu sebagaimana mestinya.

***

Kediaman Johan didatangi oleh Sania, Angga, Yuri dan Naina. Keempat orang itu ingin mengetahui perkembangan kasus selanjutnya. Ditambah lagi setelah mencari tahu, mobil yang menabrak Salwa adalah milik Leo.

Johan menghembuskan napas berat. “Kalau benar mobil itu milik Leo, berarti dia tahu apa yang sedang kita lakukan. Dia bukan orang sembarangan, banyak bawahannya yang siap sedia melindunginya dan menghancurkan siapa saja yang mengganggunya.” Johan memperlihatkan dokumen-dokumen yang berhasil dia kumpulkan.

“Apa Salwa datang menemuinya? Mustahil Leo tahu kalau Salwa adalah anaknya Herman.” Johan menambahkan.

Yuri tampak bingung, dia menatap Angga karena selama ini anaknya selalu bersama cowok itu. Angga awalnya menggeleng karena seingatnya dia sama sekali tidak ada menemani Salwa mendatangi Leo atau siapapun itu. Tapi dia teringat sesuatu.

“Liona. Salwa nyerang Liona dan ngasih tahu ke dia kalau ayahnya pelaku sebenarnya.” Angga berkata dengan napas memburu. “Apa mungkin cewek itu ngadu ke pak Leo dan karena itu Salwa …”

Sania mengangguk. “Ada kemungkinan. Tapi … kalau emang benar, berarti Liona ikut melindungi ayahnya.”

“Wildan, gimana dengan dia?” Naina tiba-tiba penasaran. “Dia juga ikut campur dengan ini, kan?”

Johan mengangguk. “Tapi belum bisa dipastikan, karena ketika Herman meninggal, Wildan sedang dalam perjalanan dinas, dia ga ada disini.”

“Apa mungkin semua ini hanya perbuatan Leo?” Yuri jadi bertanya-tanya.

“Oh iya … Sania jadi bingung dengan alasan kenapa pak Leo melakukan pelecehan sama mahasiswanya. Apa mungkin dia ada kelainan seksual?” tanya Sania. “Istrinya kan ada.” Sania berpikiran jika dia bisa mendapatkan pemenuhan kebutuhan biologis dari istrinya mengapa harus melakukan itu pada mahasiswanya?

Iam Sorry [selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang