5. Best Student but Have A Bad Character

33 3 5
                                    

Iam Sorry

A Family Story by

Dwinda Darapati

••••

SELAMAT MEMBACA 😍

***


Meski tidak bisa menerima semua kenyataan, Salwa terpaksa harus menerimanya. Sudah lewat satu minggu ayahnya berada di rumah ini memenuhi keinginannya. Herman bahkan mengabaikan telpon dari Naina ataupun Dahlia ibunya sendiri. Namun untuk sekarang, pria itu harus pergi karena dia akan menghadiri acara penting. Biasanya dalam acara ini dia akan didampingi oleh istrinya yang diketahui, Naina.

Salwa belajar menerimanya, dia tidak mungkin membenci ayahnya yang juga sama tersiksanya dengan dia karena tekanan. Sungguh, jika suatu saat dia bertemu dengan Dahlia, gadis itu ingin sekali menceramahi wanita tua itu.

“Kapan ayah balik kesini lagi?” tanya Salwa saat melepas kepergian ayahnya di malam hari ini. Saat keadaan luar tidak begitu ramai.

“Ayah akan lebih sering datang, nak.” Herman mengusap kepala anak tersayangnya itu. “Ayah pamit, ya…” lalu melambai meninggalkan rumah mereka.

Salwa kembali masuk ke dalam rumah, dia ingin kembali melanjutkan kegiatan belajarnya yang tertunda barusan. Kembali menyalakan laptop dan membuka buku untuk mencatat poin-poin penting dari video yang dia tonton.

Dalam diri Salwa, gejolak belajar begitu membara, dia bahkan tidak bermain game, tidak berhubungan dengan tetangga luar karena yang ada dalam pikirannya hanya belajr, belajar, belajar.

Namun kerja kerasnya kali ini tidak membuahkan hasil, Sania yang mendapatkan posisi pertama lagi-lagi menghantui pikirannya. Salwa yang selama ini selalu focus dalam belajar, kini malah terganggu dengan bayang-bayang Sania. Posisi pertama, menggoda William dan kini kenyataan bahwa dia adalah anak dari ayahnya.

Teringat bahwa ayahnya membawakan sebuah buku referensi, Salwa keluar dari kamar untuk mengambil buku yang disimpan di dalam totebag di ruang tengah. Berharap dengan berganti kegiatan dia dapat menghilangkan Sania dari dalam benaknya.

Begitu Salwa mendapatkan totebag itu, dia kembali ke kamar. Namun suara Angga terdengar memanggil membuat Salwa terpaksa menunda niatnya tadi.

Salwa sampai diluar, dia terpaksa ikut dengan Angga yang mengajaknya membeli obat untuk neneknya. Karena tahu Angga sangat menyayangi neneknya, Salwa bermurah hati ikut dengan cowok itu.

“Ayah lo udah pergi?” tanya Angga.

“Lo lihat tadi kan kepergian ayah gue,” jawab Salwa acuh. Semua orang di tempat tinggalnya ini tahu bahwa Herman jarang pulang.

“Kapan-kapan ajak ayah lo ronda malam. Walaupun jarang pulang ‘kan dia juga tetap warga sini,” kata Angga. Keduanya terus berjalan sambil mengayunkan tangan.

Salwa yang focus pada jalannya menoleh pada cowok itu. “Ayah gue sibuk.”

Angga tersenyum masam, tidak heran lagi karena jawaban Salwa akan selalu itu kala dia bertanya. Cowok itu memilih mengganti topic. “Katanya waktu ulang tahun sekolah bakalan ada sosialisasi dari kampus-kampus ternama. Lo pasti senang kan?”

I’m not the best student anymore.”

“Lah,bukan? Peringkat dua udah terbaik kali, Wa. Ini gue yang di nomor delapan puluh tiga, diam.” Angga tidak percaya dengan kalimat barusan. “Meski lo ga di nomor satu, univ hebat tetap bakalan nerima lo, kok. You are smart, but one failure makes you think you’re stupid!”

Iam Sorry [selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang