28. What Actually Happened

25 3 0
                                    

28. What Actually Happened

***

Wildan merasa dadanya sesak, dia sungguh terkejut dengan usulan Leo untuk memfitnah Herman melakukan pelecehan. Dan lebih terkejut lagi dengan Leo yang mengaku terang-terangan bahwa dia telah mencabuli beberapa mahasiswanya. Oleh karena itu, dia memilih ke rooftop agar bisa menghirup udara segar.

Namun saat sampai, Wildan dikejutkan dengan adanya seorang dosen dan mahasiswa yang seolah tengah bertengkar. Wildan mengenalnya, dia adalah Herman dan gadis itu adalah ... Monica. Dia tahu Monica karena Leo pernah memperlihatkan fotonya, selain itu Monica juga salah satu penerima beasiswa dari yayasan milik Leo dan Wildan. Karena penasaran, Wildan bersembunyi untuk mendengarkan apa yang terjadi.

"Bapak tahu ... saya jauh-jauh di kuliahkan orang tua saya untuk jadi sarjana, untuk membanggakan beliau ... tapi yang saya dapati perlakuan seperti ini." Monica menangis, matanya sudah memerah begitu juga dengan pipinya.

"Bapak janji akan menyelesaikan masalah saya, tapi sampai sekarang ...."

Herman mendekat. "Tapi tidak dengan bunuh diri Monica. Kamu tahu, orang tua kamu bahkan akan lebih kecewa begitu tahu kamu bunuh diri, mereka akan lebih sedih."

"Minggir!"

Monica terus berjalan ke ujung sedangkan Herman berusaha menghalanginya.

"Saya lebih baik mati dari pada harus melihat orang tua saya menderita. Awas pak!"

"Tidak! Kamu ga boleh mati sekarang sebelum menghukum Leo." Herman masih merentangkan tangannya.

Monica kelap mata, dia tidak mendengarkan apa kata Herman dan tanpa sadar mendorong Herman. Gadis itu tidak menyadari akibat dari dorongan barusan. Dia yang berniat bunuh diri dengan melompat malah menjadi pembunuh karena mendorong dosennya.

Wildan keluar dari persembunyiannya, dia bahkan tidak berani melihat bagaimana jatuhnya Herman karena jika dia melakukannya maka orang-orang pasti akan menjadikannya tersangka utama.

Wildan menarik tangan Monica dibawanya gadis itu segera dari rooftop untuk menghindari jadi tersangka. Mereka berlari hingga sampai di depan lift dan masuk ke dalam sana.

"Dengar, Monica. Walau kamu ga berniat membunuh Herman, tapi sekarang kamu pembunhnya." Wildan berkata dengan suara bergetar.

Monica menunduk, dia sangat gemetar sekarang. Ini adalah kali pertamanya dia membunuh dan itu sama sekali tidak disengaja.

"Kalau saya buka mulut, kamu akan jadi tersangka. Kamu akan mendekam di penjara selama dua puluh tahun." Wildan masih terus bicara namun sama sekali tidak didengarkan oleh Monica karena sekarang yang ada dalam pikirannya hanya ketakutan.

"Kamu pasti sangat sayang orang tua kamu, saya mengerti itu. Pura-pura tidak tahu saja, anggap saja Herman bunuh diri." Wildan mengasungnya.
"Kamu mengerti Monica?!"

Monica mengangkat kepalanya. "I-iya pak."

***

Leo yang baru saja melihat berita tentang pertengkaran anak Herman tersenyum licik, dia senang karena jika orang itu bermasalah maka yang akan menjadi pemuncak adalah anaknya. Dan dia juga baru saja dikabari anaknya bahwa dia dipilih menjadi pemimpin acara pada ulang tahun sekolah.

Tidak lama setelah itu dia mendapati berita bahwa Herman  meninggal dunia, dia tersenyum lebar saingannya untuk menjadi rector sudah berkurang.

"Herman sepertinya jatuh," ucap Leo mendatangi Wildan yang sibuk mengerjakan pekerjaannya.

Wildan merasa was-was, dia merasa takut akan hal ini, dia bisa menebak jika Herman sasarannya untuk menjadikan kambing hitam atas pelecehan yang telah dia lakukan sudah meninggal mungkin saja Leo menjadikan dirinya kambing hitam berikutnya.

"S-saya mundur dari pencalonan rektor ini."

Leo menganga, dia tidak percaya. Sekarang dia menjadi kandidat tunggal dan dia yang akan memenangkan pertarungan ini.
Karena Wildan mundur, Leo itu tidak mungkin menjadikannya kambing hitam atas kejahatannya yang telah dituntut oleh para mahasiswa. Tidak ada cara lain, dia membuat rencana mendadak lainnya.

***

Monica di hantui rasa bersalah sepanjang hari, dia terus terbayang bagaimana Herman jatuh karena dirinya. Berita pun sudah tersebar semakin luas, dan ada satu yang mengganjal. Dosennya yang meninggal karena dirinya malah menjadi pelaku kasusnya malah Herman sendiri.

Monica tidak tahu apa yang telah terjadi, jika dia melawan dan mengatakan bahwa pelaku pelecehan itu bukan Herman, tapi dialah yang membunuh dosennya itu. Mahasiswa yang dibiayai oleh beasiswa yayasan Leo dan Wildan itu frustrasi.

Dia mengambil pisau di dapur, dengan tangan bergetar dia menyayat urat nadi pada tangannya.

***

Terima kasih sudah membaca
Berikan bintangnya dong
Sedih banget 😭😭

Iam Sorry [selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang