27. Who's the killer

29 2 0
                                    

Selamat Membaca 😍
Iam sorry bab 27

***

Liona membulatkan bola matanya saat William memberikan cincin tunangan mereka. Dia menatap William dengan penuh tanya sekaligus kesal. Apa yang jadi penyebab cowok ini bertingkah begini?

"Gue rasa hubungan kita udah ga bisa dilanjut lagi," ujar William memberikan jawaban atas rasa penasaran Liona. "Kita tunangan karena bisnis orang tua, lo pikir kita akan bahagia?"

Liona melempar cincin yang baru saja diberikan William. "Selama ini lo buat gue seolah-oleh dicintai, apa itu ga cukup jadi alasan buat kita bisa bahagia?"

"Gue suka sama Salwa."

Tidak terkejut, Liona sudah menebaknya dari lama bahkan dari sejak kematian Herman bagaimana William menunjukkan rasa kagumnya dan mulai membantu cewek itu. "Dia lagi. Dia emang anak ga tahu malu."

"Tapi suka sama Salwa aja ga cukup jadi alasan kenapa gue ingin kita mengakhiri hubungan ini," jeda William sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. "Gue ga bisa bersama sama anak seorang pelaku kekerasan seksual dan pembunuh."

Liona menganga. "Maksud lo apa?!"
"Lo bisa buka isi flashdisk ini, disana lo bisa tahu. Gue balik dulu." William menepuk pundak Liona. "Sampaikan salam gue buat tante, cepat sehat."

Liona kesal bukan main, William benar-benar kurang ajar. Dia begitu ahli memainkan perasaannya, bahkan perasaaan orang lain. "William ... Bastard!"

***

"Kami sudah melaporkan ini pada jaksa, mereka juga sudah meninjau ini semua dan kasus kita diterima, Leo akan dibawa ke pengadilan." Johan melaporkan apa yang sudah dia lakukan.

"Terima kasih, pak. Terima kasih banyak." Sania mengucapkan dengan penuh syukur. Dia menggenggam tangan Naina dengan mata berlinangan air mata karena terharu.

"Apa Leo akan dapat hukuman yang setimpal?" tanya Yuri penasaran.

Johan mengedikkan bahu. "Saya tidak begitu tahu,tapi setidaknya nama baik Herman bisa kembali bersih."

Salwa yang dari tadi diam menoleh pada Gian, mahasiswa ayahnya yang ikut membantu sejak awal. Membuat Gian mengerutkan dahi dan mengangkat alisnya bertanya ada apa.

"Lo udah berapa hari ga mandi?" tanyanya.

"What? Bisa-bisanya lo nanya itu sama gue?" Cowok itu terkejut, dia pikir apa.

"Tampang lo kusut banget, wajar Wawa nanya," sahut Angga membela sahabatnya.

"Iya ... kaya panci cendol!" tambah Sania.

"Tante ... ini anaknya ga bisa lebih sopan lagi?" Gian mengeluh pada Naina dan Yuri. Dia merasa malu, benar dia memang berantakan karena selain mencari bukti, membantu penyelidikan dia juga mengerjakan skripsi.

"Mereka memang saudara," komentar Naina dan dijawab dengan tawa oleh Yuri.

***

Saat tengah hari dimana mahasiswa sedang ramai-ramainya, jaksa bersama tim kepolisian mendatangi Leo ke ruangannya.

"Ada apa ini?" tanya Leo.

"Pak Leonardi, saya membawa surat perintah penahanan karena anda didakwa telah melakukan pelecehan seksual, pemfitnahan dan juga percobaan pembunuhan." Jaksa Anisa datang menunjukkan surat yang dimaksud.

Tidak bisa beranjak, Leo terpaksa menyerahkan diri dengan tangannya yang sudah diborgol dan dibawa keluar. Disaksikan oleh banyak mahasiswa dan tentunya juga banyak awak media yang datang meliput. Apalagi dia juga seorang rector.

Iam Sorry [selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang