Selamat Membaca 😍
30. Finally be over
***
Yuri terkejut dengan kedatangan Dahlia ke rumahnya, ini adalah kali pertamanya. Dia segera memanggil Salwa yang berada di dalam kamar untuk menyambut kedatangan neneknya.
"Ada apa, Bu?" tanya Yuri kaku. Dia membawa Dahlia duduk di kursi tamu.
Dahlia menggenggam tangan Yuri. "Saya minta maaf."
Baik Yuri ataupun Salwa mengernyitkan dahi, tingkah Dahlia seperti ini sangat diluar dugaan mereka.
"Saya tahu, masalah kita hanya masa lalu. Tapi saya malah membenci kamu, membuat hidup kamu susah meski Herman mencintai kamu. Kematian Herman membuat saya sadar dengan apa yang sudah saya lakukan. Yuri ... apa kamu mau memaafkan saya?"
Yuri tersentuh, perjalanan panjang, akhirnya mertuanya datang padanya.
"Saya telat menerima kamu sebagai menantu."
Yuri menangis haru dia langsung memeluk Dahlia. "Yuri juga minta maaf, Yuri juga ada salah sama ibu."
Dahlia melihat Salwa yang baru datang membawakan minum. "Cucu saya juga," ucapnya meraih tangan Salwa.
"Maafin nenek, maafin nenek."
Ada banyak hal yang terjadi setelah kematian Herman, keluarga mereka mulai bersatu, Dahlia sudah menerima Yuri dan Salwa. Begitu juga dengan Salwa dan Sania yang sudah berdamai meski Salwa gengsi untuk mengakuinya.
Di sekolah, Salwa dan Sania sudah mulai bekerja sama. Tidak ada lagi pertengkaran setiap kali mereka di satukan dalam sebuah kelompok. Keduanya saling membantu untuk menjadi kelompok terbaik pada setiap presentasi.
Sekarang tinggal urusannya dengan William, Salwa dan William masih saling diam sejak kejadian diatas atap. Sudah hampir satu bulan, mereka tiada bersapa membuat William tidak tahan lagi.
"Gue ke kantin, Lo ikut ga?" tanya Angga pada Salwa. Salwa menggeleng, dia masih sibuk mengerjakan soal matematika yang masih belum bisa dipecahkan.
"Gue ikut!" Malah Sania yang ikut dengan Angga.
Salwa tersenyum kecil, kini malah Sania yang lebih akrab dengan sahabatnya itu. Mengabaikan, Salwa kembali mengerjakan soal.
Dia terkejut begitu ada seseorang yang meraih tangannya dan menarik keluar kelas. Salwa risih, dia berusaha melepaskan namun cengkraman tangan cowok itu cukup keras.
"Lepas, Liam!"
William kelap mata, dia menarik Salwa sampai mereka tiba di atap.
"Lo tau gue benci atap!" Salwa menghentak tangannya hingga cengkraman tangan William terlepas.
"Wa ... Lo masih marah sama gue?" tanyanya.
Salwa mengalihkan pandanganya, dia tidak kuat jika berhadapan begini dengan William. Jantungnya masih belum bisa bersahabat.
"Wawa ... iam sorry," ujar William meraih tangan Salwa.
"G-gue ga marah lagi, kok. Gue cuma menghindar."
"Kenapa? Kenapa Lo harus menghindar dari gue?" tanya William dengan napas memburu.
"Ga ada apa-apa." Salwa menjawab cepat, dia berusaha mengalihkan pandangannya karena William berusaha mempertemukan mata mereka.
"Wa..."
Pertahanan Salwa runtuh, napasnya memburu kala mata mereka saling menatap. "Gue selalu deg-degan kalau dekat sama Lo," akunya.
"I like you, Wa."
Dan kalimat itu malah membuat Salwa semakin salah tingkah.
Perlahan William mendekat, dia mendekatkan wajahnya pada Salwa namun gadis itu tidak menghindar. William dengan pelan mengecup bibir Salwa hingga kedua bola mata Salwa seakan keluar.
"Udah ... bola matanya nanti keluar!"
William dan Salwa terkejut mendengar celetuk seseorang. Mereka menoleh dan mendapati Sania dan Angga yang datang membawa makanan ke atap.
"Pantas ga mau diajak ke kantin, lagi anu rupanya." Angga meledek.
"Jangan kaget, kita udah liat dari tadi, kok." Sania ikut membenarkan Angga.
Salwa jadi malu, dia menyembunyikan wajahnya di dada William yang kini sudah memeluknya. William terkekeh, penampilan Salwa yang malu-malu seperti ini terlihat sangat lucu.
"Lo ga cemburu, San?" pancing Angga.
"Gue mau fokus belajar, biar dapat urutan pertama." Sania menjawab dengan cepat. "Say no to cinta-cintaan."
"Urutan pertama?" Salwa melepas pelukannya dari William. "Ga akan gue biarin!" Dia ingin sekali menarik rambut Sania. Sekalipun mereka sudah berdamai, posisi pertama tetap menjadi prioritasnya.
"Wawa..." William menahannya. "Sekali-kali Sania di urutan pertama ga papa, kali."
"Enak aja! Cuma Salwa yang boleh di urutan pertamanya!" Salwa berontak ingin mengejar Sania, namun William lagi-lagi menahannya. Dan dia malah mendapat juluran lidah ledekan dari Sania.
"Tapi kamu akan jadi nomor satu di hati, aku." Dan entah dari mana William bisa bicara lebai seperti ini membuat Salwa jijik.
"Nomor satu di sekolah lebih penting dari pada nomor satu di hati Liam!"
S E L E S A I
27/05/23
***
Terima kasih sudah bersama sejauh ini. Rada sedih karena kayaknya cerita ini kurang Peminat, wkwkw.
Oh iya, jangan tinggalkan saya begitu saya, ya.
Awal bulan nanti akan ada cerita baru yang siap menghibur teman teman semuanya.Sekali lagi terima kasih.
Yang ada ketinggalan ngasih vote, boleh lah di pencet 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Iam Sorry [selesai]✓
Mystery / Thriller"Gue anak yang lahir karena cinta, tapi lo ... you are just a child born from your parents' arranged marriage." Ketika dua saudara tiri yang saling membenci harus bekerja sama untuk mengungkapkan kejanggalan kematian ayah mereka. Dan saat itu merek...