18. Another Fact

24 2 0
                                    


Salwa tertawa tidak henti-hentinya dari tadi, Angga dan Sania yang baru bergabung pun tidak mengerti apa yang sedang ditertawakan oleh gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salwa tertawa tidak henti-hentinya dari tadi, Angga dan Sania yang baru bergabung pun tidak mengerti apa yang sedang ditertawakan oleh gadis itu. Yuri yang membawa makanan juga heran, gadis itu membawa tiga orang temanya ke rumah tapi tanpa membahas apapun dia malah tertawa dan parahnya dia tertawa sendirian.

"Bunda penasaran ... yang kamu ketawain dari tadi apa, sih?" tanya Yuri ikut duduk di kursi mereka.

"Ga tahu, bun. Emang dianya aja aneh," jawab Angga.

William melirik Angga yang memanggil Yuri dengan sebutan itu, jika memang dia memanggil Yuri dengan bunda juga, itu artinya mereka cukup dekat. Sedangkan Sania tersenyum pada Yuri.

"Kamu udah izin sama nenek kamu datang kesini?" tanya Yuri pada Sania.

Sania mengangguk. "Sama Ibu izin, tapi nenek ... engga," jawabnya.

"Kenapa? Nenek kamu harus tahu kalau kamu juga ikut kesini," kata Yuri khawatir. "Bunda takutnya nanti kamu dimarahin."

"Tante tenang, aja ... nenek ga tahu, kok. Kalaupun tahu apa salahnya Sania datang kesini? Toh tante juga ibunya Sania." Gadis berambut pendek itu menjawab dengan baik. Yuri cukup kagum, Sania memiliki sifat baik yang sangat berbanding balik dengan Salwa anaknya.

Dan lagi, Salwa tergelak lepas.

"Wa ... lo kenapa sih?" Angga jadi rishi.

"Kamu ga lagi ngetawain Sania, kan?" tanya Yuri.

Salwa berdecih. "Liona duta anti kekerasan di sekolah, arrogant girl yang bilang ayah memalukan." Dia tertawa lagi. "Ternyata ayahnya sendiri pelaku pelecehan itu," sambungnya.

"Ayah Liona? Pak Leo?" tanya Sania.

"Siapa lagi?" tanya Salwa. "Andai aja dia tahu kelakuan ayahnya ..."

William angkat bicara. "Kita perlu rahasiain ini dulu --"

Salwa segera menyela. "Kenapa? Isn't we have received information from the victim?"

William menggelenng. "Is not enough! Lo harus dapatkan bukti lainnya. Ini aja ga buat pak Leo langsung tertangkap."

Sania membenarkan. "Lagian kita bukan sekedar nyari siapa pelaku sebenarnya, tapi juga siapa yang udah buat ayah seolah bunuh diri." Sania menatpnya. "Isn't that the goal, right?"

Salwa membuang napasnya, keduanya ada benarnya.

Angga berceletuk. "Katanya jenius ... itu aja ga tahu." Dan cowok itu malah mendapatkan pukulan keras di bahunya. "Jadi sekarang ... apa yang kita lakuin?" tanya Angga setelehanya.

"Kita serahkan ke pak Johan, beliau detektif yang gue bilang kemarin," jawab Sania.

Yuri tertarik perhatiannya. "Johan? Bukannya dia udah berhenti?"

Iam Sorry [selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang