Episode 11

622 78 2
                                    

Kediaman Duke Nils Aquila di Ibu Kota menjadi ramai setelah pemiliknya kembali dari medan perang. Para bawahan Duke bekerja dengan wajah bahagia. Sebelumnya kediaman itu dipenuhi hawa suram. Selama perang berlangsung para pekerja dipenuhi kekhawatiran dengan keselamatan satu-satunya tuan mereka.

Akan tetapi semangat itu tidak berlaku pada bawahanku yang juga ikut berperang. Balder, sang ajudan Duke. Dia merasa sangat kewalahan karena aku yang sebelum dari berperang rajin menyelesaikan pekerjaan berubah menjadi bangsawan yang suka menghilang.

"Pokoknya saya akan memastikan Anda menyelesaikan semua pekerjaan yang telah tertunda!" Balder bersikukuh menahanku di dalam ruang kerja. Tubuh Balder yang besar berdiri di depan pintu seperti penjaga gerbang perbatasan. Dia tidak memberikan celah sedikit pun.

"Baiklah aku minta maaf karena sering kabur meninggalkanmu. Sayang sekali aku tidak bisa mengunjungi tunanganku hari ini." keluhku terhadap ajudan yang sangat keras kepala.

"Saya tidak akan lengah seperti terakhir kali." Pria berambut coklat tua itu telah kapok karena menggantikanku saat memasuki ibu kota. Dia harus menggantikanku dan berpura-pura sebagai panglima pemimpin pasukan karena aku kabur dari rombongan dan sampai terlebih dahulu di ibu kota.

Melakukan perjalanan dengan ratusan ksatria membuatku sangat bosan. Mereka selalu mengoceh tentang rasa rindu pada orang-orang di kampungnya. Terutama para ksatria yang berjanji akan melamar kekasihnya jika sudah kembali dari medan perang. Mereka berdiskusi bagaimana cara yang paling romantis untuk meminang kekasihnya.

Apa mereka pikir hanya mereka yang bisa memamerkan kekasihnya? Aku memang laki-laki yang paling dihindari untuk dijadikan calon suami oleh para bangsawan ibu kota. Memang siapa yang ingin suaminya selalu menjadi garda terdepan setiap kekaisaran sedang berperang. Mereka tidak ingin anak gadisnya menjadi janda di usia muda dan membusuk di wilayah selatan yang berbatasan dengan hutan terlarang.

Walau demikian, aku masih seorang Duke yang menguasai wilayah selatan kekaisaran. Aku juga keponakan dari Permaisuri Sophie. Tiga tahun yang lalu Kaisar menjodohkanku dengan seorang gadis yang lebih muda lima tahun dari usiaku. Dia adalah putri dari Baron Jonathan Gaarder.

Entah takdir atau kebetulan, dia adalah gadis yang aku temui saat pengendalian monster di hutan terlarang. Aku sempat terkejut berjumpa dengannya yang sudah berpenampilan kacau. Gaun yang dia kenakan terbuat dari bahan kualitas tinggi. Namun ujungnya sudah compang-camping dan dipenuhi lumpur. Kakinya dipenuhi luka karena berlari tanpa sepatu. Dia seperti sedang dikejar oleh pembunuh.

Malam itu aku mengambil air untuk persediaan minumku. Saat akan kembali aku melihat seorang gadis yang sedang bersembunyi di balik pohon. Aku bertanya-tanya dalam hati bagaimana gadis itu bisa sampai ke tengah hutan terlarang.

"Lady?" aku mencoba untuk menghampirinya. Dia terkejut setelah mendengar suaraku.

Dia berusaha untuk lari dan menjauh dariku. Namun, dia langsung terjatuh sebelum bisa berdiri. Kakinya dipenuhi luka lecet. Dia ketakutan dan memohon agar tidak menyakitinya. Aku berasumsi dia adalah bangsawan korban penculikan atau percobaan pembunuhan.

Aku kebingungan menghadapi gadis berambut perak di hadapanku. Setelah melihat keadaan sekitar aku tidak menemukan tanda-tanda orang yang mengikutinya. Setelah membujuknya cukup lama, akhirnya dia mau mengikutiku. Aku memutuskan untuk membawa gadis itu ke perkemahan.

Pasukan kami selalu mendirikan perkemahan di setiap misi pengendalian jumlah monster untuk memastikan keamanan wilayah. Malam itu adalah bulan purnama dan tidak banyak monster yang kami jumpai. Jadi misi itu cukup mudah dilalui. Namun, kami mendapatkan masalah yang lain dengan kehadiran gadis itu.

Lady GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang