Anggota keluarga kekaisaran menempati istana yang berbeda. Kaisar menempati istana utama bersama Permaisuri. Putra Mahkota menempati istana khusus penerus sedangkan Putri Rafaella dan Pangeran Richard menempati istana yang lain.
Suasana istana Putri dan Pangeran berbeda dengan istana lain. Tidak banyak pejabat tinggi dan bangsawan yang berlalu lalang. Hanya ada beberapa ksatria penjaga dan pelayan yang sering terlihat untuk melayani Pangeran dan Putri.
Pangeran dan Putri belum terlalu mencampuri urusan negara karena usianya yang masih dibawah umur. Keseharian mereka hanya diisi dengan belajar dan bermain. Hubungan mereka sangat erat karena tinggal di istana yang sama.
Hari itu pun tidak jauh berbeda. Richard yang telah selesai dari kelas bahasa kekaisaran mencoba kabur dari jadwal kelas selanjutnya. Hal biasa yang terkadang dilakukan oleh murid pada umumnya.
Richard berpikir betapa lelahnya jika harus menghadiri kelas berpedang di siang hari yang terik. Kenapa pula kelas itu harus dijadwalkan saat orang-orang bahkan malas untuk keluar ruangan. Sesekali membolos tidak akan memberi pengaruh yang besar. Lagi pula dia sudah menerima pengumuman seleksi untuk memasuki akademi kekaisaran. Pikir anak laki-laki yang berusia 12 tahun itu.
Tekad Richard untuk kabur dari kelas berpedang memberinya jalan menuju tempat lain. Dia berpikir untuk mendatangi kakak perempuannya. Terkadang dia iri dengan kakak perempuannya yang memiliki jadwal belajar lebih sedikit. Putri Rafaella yang belum lama lulus dari akademi hanya memiliki kelas etika untuk mempersiapkan debutnya. Pendidikan putri juga lebih sedikit karena putri keluarga kekaisaran tidak terbatas untuk ikut serta dalam kegiatan berpolitik.
Tidak butuh waktu lama Ricard sampai di kamar kakaknya. Sayangnya kedatangan Richard kurang tepat. Pengawal di depan pintu kamar kakaknya memberi tahu jika sang pemilik kamar sedang tidak di tempat. Baru saja Putri pergi menuju istana utama.
Richard berpikir sejenak. Saat ini tidak ada jadwal mengunjungi kaisar dan permaisuri. Dan jika Rafaella pergi ke istana utama, biasanya selalu bersama dengannya.
Richard berlari menuju istana utama. Sepertinya dia tidak terlambat menyusul sang kakak. Dia melihat kakaknya yang berjalan bersama beberapa penjaganya di depan taman mawar yang merupakan penghubung antara istana mereka dengan istana utama.
"Kak!" teriak Ricard.
Mendengar teriakan adiknya, Rafaella terkejut dan berbalik.
"Richard! Kenapa kamu disini?" tanya Rafaella sambil melihat sekeliling.
"Kakak juga kenapa ke istana utama sendiri? Hari ini kan nggak ada kunjungan ke Ayah sama Ibu." bukannya menjawab, Ricard justru bertanya balik.
"Bukan urusan kamu. Sana balik ke tempat latihan. Mentang-mentang udah lolos seleksi akademi jadi berani bolos kelas hm?!"
Richard terdiam. Rafaella mengatakan sesuai kenyataan yang dilakukan Richard. Rafaella seakan membaca pikiran sang adik.
"Aku nggak bolos kok! Aku udah izin sama Sir Deon." Richard berdalih.
Sebenarnya tidak salah juga yang dikatakan Ricard. Ricard meninggalkan sebuah pesan yang ditulisnya di tanah lapangan yang bertulis "Sir, beri aku kemurahan hatimu". Sir Deon yang baru datang ke tempat latihan hanya bisa menghela napas membaca pesan itu.
"Terserah deh. Mau kamu bolos atau nggak. Itu mudah untuk mengadukanmu pada Ibunda. Sekarang kamu balik aja ke kamar sana!"
Rafaella berbalik dan melanjutkan perjalanannya menuju istana utama.
"Aku ikut ya kak." Ricard enggan menuruti perintah kakaknya. Dia terus membuntuti.
"Nggak boleh!"
Larangan Rafaella tidak dihiraukan oleh Ricard. Dia tetap berjalan mengikuti Rafaella dengan jarak yang cukup untuk menghindari amukan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Gangster
FantasyTidak dapat dipercaya, padahal Baron Gaarder sudah menyiapkan hati untuk menerima teriakan dari putrinya yang selama ini selalu kekanakan. Kenapa dia menerima saja perintah pernikahan dari Kaisar? Dimana rengekannya? dan kenapa dia meminta dua syar...