Episode 12

578 73 2
                                    

"Nils, kau tidak kabur dari pekerjaanmu kan?" Evelyn membuyarkan lamunan Duke Aquila.

"Oh Eve, kau tidak perlu khawatir tentang itu. Haha..." Jawab Duke sambil memalingkan wajahnya.

"Ha..." Evelyn menghela napas.

Terakhir kali Duke Aquila datang ke kantor guild, ajudannya memohon-mohon agar dia kembali ke kediaman untuk menyelesaikan pekerjaannya. Evelyn merasa iba kepada ajudan Duke Aquila. Dia mengingat kehidupan sebagai pekerja kantoran sebelum menjadi Evelyn. Dia sangat benci dengan atasan yang berlebihan melimpahkan pekerjaan pada bawahannya.

"Tolong pastikan pekerjaan Anda telah selesai sebelum menemui saya. Jangan sampai Ajudan Anda memohon-mohon seperti terakhir kali." Evelyn berkata pada Duke dengan nada datar.

"Apa sekarang kau sedang mengkhawatirkan laki-laki lain di hadapan tunanganmu?" Nils menggerutu kesal. Sebenarnya ini adalah salah satu trik yang dia lakukan untuk menghentikan omelan Evelyn.

"A-apa? Kenapa dia jadi berpikiran seperti itu?" Batin Evelyn. Evelyn tidak habis pikir melihat tunangannya yang menyalahartikan ucapannya.

Evelyn memasang wajah tak percaya. Dia tidak tahu bagaimana menanggapi perkataan Duke yang mengatakan bahwa dirinya mengkhawatirkan laki-laki lain. Percakapan mereka mungkin akan mengarah ke topik yang lain.

"Ha... Sudahlah" lagi-lagi Evelyn kehabisan kata-kata di hadapan Duke.

Kereta kuda berhenti di depan butik terbesar di Ibu Kota. Duke yang menjemput Evelyn dari pesta teh milik Countess Jane mengajaknya untuk membeli gaun. Agenda berbelanja gaun sebenarnya tidak terlalu mendesak bagi Evelyn karena dia bisa dengan mudah memesan tanpa harus mendatangi butik. Namun, Duke beralasan bahwa pasangan yang bertunangan harus memakai pakaian yang serasi di acara formal. Jadi mereka perlu mencocokkan pakaian dengan mendatangi butik langsung.

"Duke warna apa yang akan Anda gunakan untuk pesta perayaan ulang tahun Putra Mahkota Raynand?" tanya Evelyn sambil melihat-lihat gaun yang telah di siapkan oleh pemilik butik.

"Hm... biasanya aku akan menggunakan setelan warna putih atau hitam dengan ornamen biru yang melambangkan keluarga Aquila. Namun kali ini mungkin aku akan menggunakan warna kesukaanmu. Warna apa yang kau sukai?"

"Hijau" jawab Evelyn singkat lalu menatap wajah Duke.

Duke terdiam setelah mendengar jawaban Evelyn. Sekarang giliran Duke yang memasang raut wajah heran.

"Kenapa?" tanya Evelyn.

"Hmm.. Tidak, aku tidak menyangka bahwa warna kesukaanmu hijau. Selama ini aku mengira warna kesukaanmu perak atau violet. Jadi aku selalu mengirimkan benda yang berwarna perak atau violet. Ternyata pikiranku terlalu sempit." Duke menjelaskan dengan nada murung.

"Tolong jangan berkecil hati. Saya menyukai semua hadiah yang Anda kirimkan. Hanya saja memang warna kesukaan saya itu hijau. Bukankah jika kita memandang pepohonan hijau membuat mata sejuk?" Evelyn berpikir jika kata-katanya sangat bijak.

Duke tertegun mendengar jawaban Evelyn. Bukan karena penjelasan akan kesukaan warna Evelyn. Dia terkejut dengan kenyataan bahwa semua hadiah yang dia kirimkan disukai oleh Evelyn. Duke tersenyum.

Setelah selesai mengukur tubuh dan memilih bahan Evelyn dan Nils menentukan desain yang pakaian yang akan mereka kenakan di pesta perayaan ulang tahun Putra Mahkota.

Ada rumor yang beredar jika di perayaan ulang tahun kali ini Kaisar akan memilih Putri Mahkota. Rumor itu adalah topik yang sedang hangat di kalangan bangsawan. Mereka menebak-nebak nona dari keluarga mana yang akan dipilih oleh Kaisar Theodor.

Lady GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang