Episode 17

175 15 5
                                    

"Salam pada Yang Mulia Kekaisaran Arslan!"

Evelyn dan Duke Aquila menundukkan badan dan memberikan salam penghormatan pada pria paruh baya di hadapan mereka. Pria yang memakai mahkota berhias permata dan menduduki singgasana berlapis emas. Kaisar Theodor Altan Arslan.

Suasana hening menyelimuti ruangan singgasana Kaisar. Salam Evelyn dan Duke Aquila tak juga mendapat jawaban. Mereka masih pada posisi menunduk.

Evelyn yang menggunakan korset di dalam gaun berat mulai merasakan sesak. Keringatnya mulai menetes. Walau Evelyn memiliki stamina tinggi saat melakukan kegiatan fisik, tetapi dia cukup kewalahan jika pakaian yang dikenakan adalah gaun formal dengan korset ketat.

"Cukup, angkatlah kepala kalian." Kaisar membuka mulutnya setelah beberapa menit berlalu.

Mereka melakukan perintah Kaisar. Aba-aba itulah yang menandakan jika Kaisar telah mengizinkan mereka untuk menatapnya. Pria di singgasana itu tersenyum pada pasangan muda di hadapannya.

Tatapan Kaisar tertuju pada Evelyn. Evelyn merasakan tatapan yang begitu mengintimidasi di balik senyumannya yang ramah. Evelyn merasakan aura yang sama kuat dengan Ayahnya, namun dengan tipe yang berbeda.

Baron Jonathan Gaarder, Ayah Evelyn merupakan pria dengan aura menakutkan yang menyeruak dari ekspresi wajah datar. Berbeda dengan Kaisar. Ekspresi Kaisar selalu cerah dengan dihiasi senyuman ramah, tetapi dibaliknya terasa aura menakutkan. Aura yang memperingatkan semua orang untuk tunduk.

"Apa kalian sekarang sudah ingat memiliki seorang Kaisar? Tidak, setidaknya, apakah kalian ingat memiliki kerabat di sini?"

Kaisar bertanya pada Evelyn dan Duke. Mereka terdiam sejenak karena menyadari kesalahan yang telah dilakukan. Sudah menjadi tradisi bangsawan Arslan untuk melakukan kunjungan setelah pertunangan untuk mengenalkan calon pasangannya pada kerabat masing-masing. Terutama kerabat yang dianggap sebagai tetua dan bergelar bangsawan lebih tinggi di sebuah keluarga.

"Haha... maaf Yang Mulia, Anda sendiri paling mengetahui jika saya belum lama ini kembali dari medan perang." Duke menjawab pertanyaan Kaisar dengan senyuman santai.

"Kau? Hmm... Sepertinya panglima yang aku temui saat pesta kemenangan itu orang lain." tatapan dingin Kaisar tertuju pada Duke Aquila.

Saat pesta kemenangan, Duke yang entah kemana, terpaksa digantikan oleh ajudannya yang menyamar. Walau tinggi Duke dan Balder, Sang Ajudan tidak terpaut jauh, namun Kaisar tetap bisa mengenalinya.

Duke sejak kecil dikenal tidak suka jika kepalanya tertutup rapat. Apalagi harus bertahan lama menggunakan helm zirah di tengah penyambutan dari Kaisar.

Duke yang mengingat acara itu terdiam karena mengakui kesalahannya.

"Mohon maafkan saya Paman." ucap Duke Aquila.

"Ha! Kau memanggilku Paman saat seperti ini saja." jawab Kaisar.

Evelyn yang sedari tadi mendengarkan percakapan dua laki-laki itu hanya diam tanpa ikut campur. Dia juga tidak terlalu peduli dengan basa-basi yang mereka lemparkan. Sepertinya Evelyn mengetahui dari mana sifat Duke yang sepeti belut itu.

"Hohoho... maafkan aku karena telah mengabaikan lady cantik yang terkenal di kekaisaran. Lady Evelyn Gaarder, Putri Baron Jonathan Gaarder." Kaisar beralih pada Evelyn yang berada di samping Duke.

Evelyn memasang senyum ramah dan menganggukkan kepala setelah namanya disebut.

"Bagaimana kabar Baron?" Tanya Kaisar.

"Berkat Kebijaksanaan Yang Mulia memimpin kekaisaran, Baron bisa menempati wilayah yang makmur dan hidup dengan sehat," jawab Evelyn.

"Pastinya Jonathan selalu mengkhawatirkanmu yang tinggal sendiri di tengah kehidupan ibu kota yang keras. Apalagi sekarang putrinya sedang menjadi perbincangan paling hangat di kalangan para bangsawan." Kaisar menurunkan ujung alisnya.

Lady GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang