"Balder! Tintaku sudah hampir habis! Cepat siapkan yang baru! Kerjaanku harus selesai hari ini." perintah Duke Aquila pada ajudan yang satu ruangan dengannya.
"Baik Yang Mulia" jawab Balder sang ajudan sambil memerhatikan tuannya yang sedang fokus mengurus berkas wilayah Aquila.
Sudah seminggu ini Duke Aquila sangat rajin mengerjakan pekerjaan administrasi tanpa Balder memohon padanya. Biasanya Duke akan kabur tanpa sepengetahuannya. Setelah kembali dari perang Balder mengetahui salah satu tujuan Duke saat kabur yaitu hotel tempat tinggal Evelyn Gaarder.
Perubahan Duke memang membuat Balder senang karena pekerjaannya berkurang. Akan tetapi ada perasaan mengganjal yang menyelimutinya.
"Silahkan Yang Mulia." Balder telah membawakan tinta baru dan meletakkannya di meja kerja Duke.
"Hm... Kembali bekerja." perintah Duke sambil mengayunkan tangan menyuruhnya kembali.
Balder sedikit kesal dengan perintah tuannya itu. Orang yang sebelumnya malas memegang kertas, sekarang menyuruhnya untuk bekerja. Jika tidak mengingat jumlah gaji pegawai Duke yang tinggi, dia mungkin sudah mengajukan surat pengunduran diri. Dia kembali ke mejanya dengan ekspresi menahan marah.
"BRAK!"
Suara gebrakan meja membuat Balder hampir melompat karena terkejut. Dia berbalik untuk melihat sumber suara itu.
"Yang Mulia Duke, bisakah Anda mengatakan keluhan Anda dengan tenang. Hm?" Balder mencoba bertanya dengan senyum untuk menyembunyikan amarahnya.
"Aku tidak bisa Balder! Aku rasa Evelyn terus memenuhi pikiranku." Duke meletakkan penanya dan memegang dahi seperti orang yang sakit kepala.
Balder tidak habis pikir dengan kelakuan Tuannya itu. Mungkin sudah dekat waktunya untuk menulis surat pengunduran diri.
"Kalau begitu kenapa Anda tidak mengunjungi Lady Gaader seperti biasanya?"
"Ha! Kau yang tidak memiliki kekasih mana tahu strategi tarik ulur percintaan." jawab Duke sambil tersenyum. "Ada masanya sepasang kekasih untuk berpisah agar hubungan mereka tetap mendebarkan." jelas Duke dengan semangat.
Balder memasang wajah datar dia sudah muak dengan omong kosong pemuda yang sedang dimabuk cinta itu.
"Bukankah besok Anda ke istana bersama Lady Gaarder untuk menemui Kaisar?" tanya Balder.
"Benar, besok aku akhirnya akan bertemu dengan Evelyn. Pekerjaan ini harus cepat kuselesaikan. Balder kembali ke tempat!"
Kini balder telah berdamai dengan amarahnya dan kembali ke meja kerjanya dengan tenang. Saat memegang berkas dari wilayah Aquila, dia teringat satu hal yang belum sempat ditanyakan pada Duke.
"Yang Mulia, kapan Anda akan kembali ke Aquila. Apakah setelah jamuan pesta ulang tahun Putra Mahkota?"
"Hmm... tidak, kita akan kembali satu tahun lagi." jawab Duke singkat.
"Apa?! Yang Mulia, bagaimana dengan operasi pengendalian monster tahun ini? Lalu bagaimana dengan pekerjaan yang menunggu di sana?" Balder mulai panik.
Duke beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri ajudannya. Kemudian Duke maletakkan tangannya di bahu Balder dan tersenyum.
"Aku mengandalkanmu Balder." ucap Duke dengan tersenyum manatap Balder penuh harapan.
Firasat Balder benar, masalah lain muncul dibalik rajinnya Duke menyelesaikan pekerjaannya tanpa kabur-kaburan. Padahal pekerjaan yang ada di Aquila tidak kalah banyaknya dengan yang ada di ibu kota.
Amarah Balder kembali memuncak. Balder mengumpat dalam hati "Nanti malam aku akan menulis surat pengunduran diri. Persetan dengan gaji tinggi." Atasan seperti Duke Aquila mungkin akan mengurangi sisa umur para bawahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Gangster
FantasyTidak dapat dipercaya, padahal Baron Gaarder sudah menyiapkan hati untuk menerima teriakan dari putrinya yang selama ini selalu kekanakan. Kenapa dia menerima saja perintah pernikahan dari Kaisar? Dimana rengekannya? dan kenapa dia meminta dua syar...