"SEMUANYA SALAH KAMU. AYAHNYA DIA MENINGGAL JUGA GARA-GARA KAMU. PEKERJAAN PAPIH SEMAKIN SEPI GARA-GARA SIAPA? GARA-GARA KAMU JUGA SEMENJAK KASUS ITU, JARANG SEKALI ADA ORANG YANG MEMPERCAYAKAN PAPIH SEBAGAI PENGACARANYA.bDASAR ANAK TAK TAHU DIRI!"
"Sekarang kamu berontak minta kasus itu dibuka lagi? Memangnya kamu siapa? Kalo bukan karena ibu kamu, Papih ngga sudi bantu selamatkan kamu kala itu. Biarlah kamu juga tewas di tempat, biarlah tragedi itu menjadi kecelakaan dua pihak. Tolong tahu diri, Vania. Jangan minta aneh-aneh, cukup diam atau kamu Papih tendang dari rumah."
PRANGG!!!
Vania melemparkan gelas yang dipegangnya ke arah cermin yang membuat kaca itu pecah berkeping-keping, beberapa bagian kecil dari benda itu mengenai kaki Vania dan menimbulkan luka. Wajahnya terlihat sangat marah, matanya menajam, tangannya mengepal, napasnya memburu, ia dibuat kesal juga kecewa karna ucapan ayahnya tadi. Ia marah, sedih, merasa tak percaya. Cewek itu kini masih menatao dirinya yang berantakan di depan cermin yang pecah, matanya tak bisa bohong, sebentar lagi air matanya akan luruh.
Vania mengacak-acak rambutnya sambil berteriak beberapa kali. Ia meraung-raung sendiri dalam bilik mewahnya. Dia tak takut ada yang protes, karna pasti tak ada yang peduli. Ayahnya keluar setelah berdebat hebat dengannya. Kini, ia sendirian di ruangan luas berlantai tiga itu. Hidup bergelimpangan harta ternyata tak membuat dirinya bahagia. Vania rasanya belum menemukan kebahagiaannya lagi setelah Zahra menjauhi dirinya. Dia tak punya tempat pulang sekarang. Bahkan dari awal memang tak ada. Hanya Zahra satu-satunya, tak ada lagi. Usaha Vania sampai merubah kelas rupanya tak cukup untuk membuat hubungan mereka kembali dekat. Vania gagal mengajak sahabatnya untuk merekat. Yang ada, malah rasa benci yang membesar dari Zahra.
"Salah lo itu, ya elo enggak tau letak salahnya dimana Vaniaaaa! Lo itu ga intropeksi diri. Lo itu gak bakal paham kenapa gue kayak gini. Lo itu memang sumber masalah, Van. Gue muak sama lo!"
Kalimat Zahra tadi pagi terus menerus terlintas dan semakin jelas hingga membuat Vania frustasi. Cewek itu meremas kepalanya disertai tangis yang pecah.
"Zahra, maafin aku Ra. A-aku baru tau itu. Aku emang sumber masalah Ra. Aku emang gak tau diri hiks. Ak-aku jahat hiks banget ya?" lirihnya sendiri sambil terisak. Tubuhnya perlahan jatuh bersama dengan air matanya.
Vania berusaha mengingat kembali kejadian itu, saat dirinya sedang di jalan dalam keadaan mabuk. Sedikit demi sedikit ingatan mulai tayang di kepalanya, bunyi klakson dan teriakan itu kini terputar jelas di kepalanya. Riuh, berisik, ramai, itu yang saat ini Vania rasakan.
"ARGH!" ringisnya temporer.
"Ra, ternyata aku memang pembunuh. Maaf Ra aku enggak tau soal itu, maaf aku telat untuk tau fakta penting ini. Tapi Ra asal kamu tahu, ternyata papih ngga sayang sama aku, papih nyesel punya anak kayak aku. Aku ngga layak hidup, ya? Aku semengerikan itu, ya? Sampai-sampai kamu ikut lengap di hidup aku."
Vania masih sibuk berbicara seolah-olah ada seseorang yang menanggapinya. Hanya ditemani angin yang menusuk kulitnya, juga lantai yang dingin.
"Ra, kayaknya aku memang ngga layak hidup. Aku mau nebus kesalahan aku, biar kamu tenang, biar kamu ngga terusik sama aku. Makasih untuk semuanya Ra."
Mata Vania menyisir semua sudut dan menemukan gunting di atas nakasnya. Ia bangkit dan mendekat ke arah benda itu. Gunting itu ia dekatkan ke area pergelangan tangannya. Tangisannya semakin pecah, ia benar-benar rusak. Ia tak tahan, ia tak bisa menerima fakta jika dirinya telah merenggut orang terkasih dari sahabatnya itu.
Group chat kelas sedang ramai membicarakan Vania. Pasalnya, tindakan ia yang membuat semua kelas dirombak akhirnya ketahuan. Iya, salah seorang mengirim pesan di obrolan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/302545257-288-k630325.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Baru ✅
Teen FictionAkibat ulah salah seorang siswi yang meminta pihak sekolah agar dirinya dipindah kelaskan bersama teman lamanya, membuat sosok Aksa Dyo Arion terpaksa ikut terjerat dalam perpindahan kelas baru. Alhasil semua siswa-siswi mendapat bangku baru dan men...