Suara seorang guru dari arah lapangan membuat siswa-siswi menghentikan sejenak aktivitasnya. Pasalnya, guru tersebut memanggil seluruh siswa kelas 11 dari mulai jurusan IPA hingga Bahasa. Padahal ini waktunya istirahat, waktunya bersenang-senang dan melepas penat sesaat sebelum otak didekatkan lagi dengan materi-materi pelajaran. Tetapi karena ini perintah guru, semua kelas 11 terpaksa pergi ke lapangan.
Mereka berbaris sesuai kelasnya masing-masing. Ada yang salah berdiri, bukan di tempat kelasnya. Ada yang dengan santainya berjalan sambil menikmati makanannya sebelum sampai di lapangan. Hadeh ... pokoknya berbagai macam karakter terlihat sekarang.
Baik, semuanya sudah berbaris rapi dan terdiam. Di barisan paling depan dan paling kanan diisi oleh Aksa Dyo sebagai penjuru atau acuan barisan. Sedangkan di barisan paling belakang dan paling kiri diisi oleh Sisie, anak IPS yang gayanya sok banget.
Tak mau berlama-lama, sang guru yang sekarang sedang memegang mic di podium menyampaikan tujuannya.
"Baik anak-anak, mohon maaf Ibu mengganggu istirahat kalian sebentar, ada hal penting yang perlu Ibu sampaikan, sudah siap mendengarkan?" tanya guru itu.
Bu Risa, guru cantik yang masih muda dan terkenal ramah di sekolah itu mengode-ngode para siswa untuk menebak isi pikiran dirinya. Senyum yang ia tampilkan membuat para siswa terdiam seketika.
"Oke oke, langsung saja, ya. Sekolah tatap muka menyenangkan bukan?"
"Iya, Bu." Para siswa dengan antusias mereka meneriakkan dengan kompak jawaban yang sama. Guru pengajar mata pelajaran kimia itu melanjutkan bicaranya, "Nah, seru 'kan ya kalo sekolah gini. Semoga seterusnya, ya, kita bisa seperti ini. Tapi Ibu di sini mau memberitahu kabar kurang mengenakkan. Suka tidak suka, mau tak mau, kalian tetap harus menerimanya, oke?"
Setelah mengucapkan itu, Bu Risa menghentikan bicaranya, menatap semua siswa dengan tatapan agak ragu. Tentu saja, semua siswa saling melirik dan bertanya-tanya.
"Kalian, 'kan sekolah tatap muka baru berjalan dua pekan, ya? Jadi gak apa-apa dong kalo dirombak lagi kelasnya?" Begitu kata Bu Risa.
Aksa Dyo yang tadinya bersikap santai dan diam tiba-tiba mendongakkan kepalanya, matanya sedikit membulat, berusaha mencerna kalimat yang barusan dilontarkan Bu Risa. "Ha? Kelas dirubah lagi? Apa-apaan!" batin Aksa.
Bukan hanya Aksa saja yang merasa tidak terima, semua siswa pun begitu, mereka langsung bertanya-tanya dan beropini satu sama lain.
Bu Risa mengalihkan perhatian semua siswa dengan bertepuk tangan. "Tolong tenang dulu, semuanya tolong dengarkan Ibu dulu."
"Jadi, mulai hari senin, kelas kalian akan berubah lagi. Mau tidak mau, suka tidak suka, kalian harus menerima keputusan itu. Nanti pihak kesiswaan akan mengirimkan file yang berisi nama kalian ke grup kelas. Kalian lihat nanti, nama kalian ada di kelas mana, dan itulah akhirnya. Gapapa, ya? Ikhlas ya?" Kalimat terakhir yang Bu Risa ucapkan membuat para siswa kecewa. Mereka sekarang sedang mengeluh dan membujuk guru cantik tersebut agar merubah keputusannya. Termasuk salah seorang cowok di belakang Aksa, dirinya dari tadi uring-uringan seperti cacing kepanasan dan terus mengumpat.
"Apa-apaan coba, ngapain sih dirubah lagi. Ah gamau sekolah gue kalo dirubah lagi. Entar kalo gak sekelas sama ayank, gimana coba, ARGH YAMETEH!" pekik Sano dengan ekspresi kesal. Aksa yang berada didepannya menoleh ke belakang, ia hanya menggelengkan kepalanya.
Merasa diperhatikan, Sano menepuk pundak Aksa, " bro, kalo kita pisah kelas, gimana?" tanya cowok yang memiliki tinggi 167 cm itu.
"Ya, gak apa-apa. Toh bukan pisah negara." Aksa menjawab santai, dan Sano mendecak sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Baru ✅
Novela JuvenilAkibat ulah salah seorang siswi yang meminta pihak sekolah agar dirinya dipindah kelaskan bersama teman lamanya, membuat sosok Aksa Dyo Arion terpaksa ikut terjerat dalam perpindahan kelas baru. Alhasil semua siswa-siswi mendapat bangku baru dan men...