4. •| kontak fisik|•

139 42 9
                                    

Ini pukul 17.00. Mentari senja akan segera berpamitan dan bulan pun akan menggantikan. Rakyat kota kecil itu sebentar lagi akan menyambut kehidupan malam. Cahaya oranye sudah terlihat dan mulai melukis langit sore. Seperti biasa, Dyo tidak akan berlalu dari bangunan tempat ia menimba ilmu tersebut sebelum menatap cahaya matahari sore.

Padahal sudah sore begini, tapi tubuhnya itu memelihara malas untuk sekedar melewati perbatasan lantai dalam dan luar kelas. Iya, dia masih terdiam dibangkunya sambil menonton serial anime yang berjudul 'Jujutsu Klakson'. Eh ralat, maksudnya, 'Jujutsu Kaisen'.

(dulu dibentak salah ngetik, padahal becanda😭)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(dulu dibentak salah ngetik, padahal becanda😭)

Matanya beralih dari layar ponsel ke luar jendela, netra cokelatnya melirik ke seluruh sudut luar kelas. Dirinya hanya menemukan ruangan yang kosong dan suara air dari keran yang tidak sepenuhnya tertutup. Indra pendengarannya juga menangkap suara burung, mungkin masih ada beberapa orang di sekolah, yang ikut ekstrakurikuler semisal.

"Udah sore ternyata, duh males banget pulang," kata Aksa sambil mengangkat kedua tangannya untuk peregangan.

Ia mulai membereskan semua barang yang ada di meja untuk dimasukkan ke dalam tas. Laki-laki itu juga menyisir kolong meja, mengambil bukunya yang disimpan di sana. Sebuah benda kecil berbentuk kotak tak sengaja bersentuhan dengan jari jemari Aksa. Susu kotak Milo, iya, pemberian Sisie itu ternyata baru diketahui olehnya. Bisa diprediksi, ia tidak tahu jika susu itu dari Sisie.

"Weh, ada milo. Punya siapa ini, perasaan saya gak beli milo hari ini," gumamnya pada diri sendiri.

"Sek sek saya inget-inget dulu. Mmm ... dari Sisie? Tapi mana mungkin tuh cewe ngasih ginian ke saya. Ah bodo amat bawa aja. Lumayan buat diminum sambil jalan." Aksa mengaitkan tas hitam pada punggung tangannya, seraya bersiap-siap ke atap untuk melihat sunset.

Setelah dirasa puas dengan eloknya pemandangan sunset, ia memutuskan untuk segera pulang. Ketika menuju parkiran untuk mengambil motor, ia melihat Vania sedang mondar-mandir dengan raut wajah gelisah. Tidak peduli, Aksa membiarkan teman sekelasnya itu melanjutkan aktivitasnya dan berlalu pergi.

***

"Assalamualaikum, Bunda, aku pulang." Laki-laki bermata empat itu melepas sepatunya dan membuka pintu rumah. Sudah biasa, kedatangannya tak pernah disambut hangat oleh ibunya, Haura hanya sibuk dengan urusannya sendiri.

Aksa menghampiri bundanya yang sedang berkutik dengan laptop, tujuannya ingin menyalami tangan sang bunda.

"Bun, aku dateng, salim dulu," ucap Aksa sambil terduduk di sebelah Haura. Wanita yang mengenakan hijab hitam dan baju gamis abu-abu itu menerima tangan anaknya, kemudian menatap si bungsu. "Sore banget pulangnya, ngapain aja?" tanya Haura. "Bunda udah masak, kamu makan bareng kakak kamu, ya," tutur sang bunda.

Kelas Baru ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang