6. •| prinsip yang Memudar |•

110 35 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tersimpul sebuah senyum bahagia pada wajah pucat Aksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tersimpul sebuah senyum bahagia pada wajah pucat Aksa. Bubble chat dari Sisie cukup menghibur dirinya. Sepertinya ada perasaan lain yang berbeda, yang bisa merubah prinsip bahwa dia yak menyukai cewek juga anti dekat-dekat dengan makhluk berisik itu menjadi cowok bucin.

Masih setengah satu siang, Aksa memutuskan menutup matanya sejenak, sambil menunggu sore dan bertemu dengan teman-temannya.

***

Ponsel milik mahasiswa tingkat akhir yang berada di ruangan seni itu berbunyi dan bergetar disaat pemiliknya sedang fokus melukis pada sebuah kanvas. Beberapa kali benda pipih itu berdering namun tak ia hiraukan. Menurutnya, membuat lukisan secantik mungkin lebih penting daripada mengangkat telepon.

"Angkat dulu, siapa tau penting banget," kata Hadid, teman akrab Arka.

Arka menatap Hadid beberapa detik, kemudian mengambil ponselnya untuk memeriksa panggilan tadi.

"Dari Bunda, ternyata. Ada apa ya tumben banget nelpon gue. Biasanya juga ke Aksa doang."

"Telpon lagi, siapa tau ada hal penting." Setelah Hadid menyarankan itu, dengan cepat Arka menelepon balik bundanya. Detik ke sepuluh panggilan terangkat dan terdengar suara khas milik wanita itu.

"Kenapa Bunda? Tumben banget nelpon aku?"

"Adek mu di rumah gimana? Makannya gimana? Hari ini sekolah ga?" jawab dari seberang.

"Aksa? Gatau Bun, aku belum sempet pulang karna sibuk banget di kampus."

"Jangan biarin dia telat makan. Tau sendiri kan adek kamu tuh bandel banget kalo soal makan. Ingetin. Maaf Bunda baru ngabarin, baru sempet juga buka hp di sini."

"Iya Bunda, hari ini Arka juga balik kok. Tenang aja."

Arka tampak diam beberapa detik. Sedikit merasa iri dengan sang adik. Setiap menghubungi, selalu saja prioritasnya Aksa. Padahal ia dengan sang adik tak beda jauh dari segi umur. Hhh sudahlah, tak seharusnya ia mempermasalahkan itu. Masih banyak hal yang perlu ia urus, termasuk lukisannya saat ini yang harus ia selesaikan. Setelahnya, ia akan pulang dan mengecek keadaan Aksa di rumah.

Kelas Baru ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang