Akibat ulah salah seorang siswi yang meminta pihak sekolah agar dirinya dipindah kelaskan bersama teman lamanya, membuat sosok Aksa Dyo Arion terpaksa ikut terjerat dalam perpindahan kelas baru. Alhasil semua siswa-siswi mendapat bangku baru dan men...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KELAS BARU : :
•••°°°•••
Pagi ini kediaman Aksa tampak hangat setelah perang dingin lima hari dengan bundanya. Itu semua berkat Arka yang selalu membujuk Haura agar tak terlalu menekan Aksa. Walaupun pagi ini Haura banyak diam tapi tetap menjalani kewajibannya sebagai seorang ibu, itu sudah membuat mereka lega.
Haura menyodorkan sepiring nasi goreng pada Aksa, kemudian piring kedua diterima oleh Arka, meskipun gelagatnya seperti tak peduli. Akhirnya mereka sarapan dengan hening, semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, sampai Aksa memutuskan untuk memulai topik.
"Bunda, maafin sikap Aksa beberapa hari lalu." Haura mendongak dan dia berhenti mengunyah. "Aksa tau harusnya gak ngelawan Bunda dan bentak-bentak Bunda."
"Hukum aku aja Bunda, aku siap." Haura masih belum menjawab, dan Arka sibuk menghabiskan sarapannya.
"Besok turnamennya dimulai, dan sampe sekarang Aksa belum dapet izin Bunda, kalo Aksa maksain pergi, Aksa takut durhaka, Aksa takut kenapa-napa. Jadi ... gimana? B-boleh ga Aksa tetep ikut?"
Sang bunda kemudian membuang wajahnya dan lanjut memakan nasi goreng itu. Aksa langsung muram dan tertunduk lemas. Sepertinya bujukan Arka tak ada yang mempan. Adik kakak itu saling menatap dan memberi kode jika usaha mereka sia-sia.
Tiba-tiba Haura melayangkan sendok yang berisi itu pada Aksa, menyuapinya. Aksa yang kebingungan tampak nurut dan menerima suapan Haura. Wanita itu kemudian tersenyum.
"Boleh, Dek. Ikut aja sana, tapi kamu harus jaga diri, ya?" kata Haura. Refleks Arka dan Aksa kembali saling menatap dan membolakan matanya.
"YEAH! AKHIRNYA HAHAHA. MAKASIH YA BUNDA, AKH GAK SIA-SIA PERJUANGAN KITA BANG, HAHAHA."
"Ayo cepet abisin terus siap-siap berangkat."
"Iya Bunda."
***
Aksa memasuki kelas dan melihat Revan sudah duduk di sebelah Sisie. Cewek itu hanya menunduk dan seperti ketakutan. Aksa mempercepat langkahnya.
"Bisa pindah? Ini bangku saya," perintah Aksa pada Revan. Revan tak bergerak, suara Aksa seperti angin lalu baginya. Menunggu beberapa detik tak ada perubahan, Aksa mendengus kesal. "Woy, denger ga? Tolong minggir, gue mau duduk." Akhirnya suara Aksa yang meninggi itu bisa membuat Revan bangkit, cowok itu menatap dendam pada Aksa, terlihat dari sorot matanya yang dingin.