Malam ini, hujan turun sangat deras, membuat malam yang dingin semakin dingin. Makan sesuatu yang panas plus menonton drama adalah hal yang tepat ketika dalam kondisi begitu, lalu setelahnya tertidur. Namun, Sisie yang sedang malang itu kini masih sibuk mencoba melarikan diri. Tak bisa! Ikatannya terlalu kuat, sekuat apapun dirinya berusaha, tali tambang itu malah makin melukai tangan dan kakinya. Ah, jika lolos dari itu pun ia masih harus memutar otak untuk mendobrak pintu gudang yang terkunci. Sendirian.
Ponselnya masih menyala, namun jauh dari jangkauannya. Dari tadi, sederet panggilan masuk ke benda pipih itu, nahas, cewek itu tak bisa mengangkatnya.
Lapar, haus, dingin, takut, gelisah, pusing. Semuanya berpadu sempurna dengan gadis tak beruntung itu. Si penculik tak ada rasa kasihan sama sekali, minimal dikasih jatah makan, kek, atau setidaknya seteguk air.
"Tolong hhhhahh. T-tolongin akuu," gumamnya lemas. Ah, bahkan untuk berteriak saja ia tak mampu.
Dari bilik lantai dua terdapat Aksa yang tak henti-hentinya menelfon Sisie. Iya, pasalnya ia tadi mengantar makanan ke rumah cewek itu, disuruh bundanya, tapi ternyata rumahnya masih kosong. Aksa anggap ya Sisie memang belum kembali.
"Ni anak kebiasaan. Angkat Sie ya ampun, jangan bikin cemas," monolognya sendiri. Akhirnya ia memakai jaket kulit berwarna cokelat itu dan lantas turun.
"Bunda, izin keluar sebentar ya, ngecek Sisie ke rumahnya."
"Lho? Emangnya neng Sisie belum pulang juga ya?"
"Iya, makanya Aksa mau cek. Ditelfon juga ga diangkat."
"Kenapa ngga nanya temennya aja? Siapa tau kan ke temennya ngasih kabar."
"Iya juga ya Bun, kenapa baru kepikiran."
Akhirnya Aksa mencoba menghubungi Vina, menanyai keberadaan Sisie. Tak butuh waktu lama, Vina mengangkat dan memberi tahu apa yang ia tahu.
"Walah walah. Ternyata dia nginep di sodaranya, Bun."
"Tuh kan. Yaudah berati kamu gausah keluar," saran Haura.
"Tapi kenapa ya kok ke Aksa gamau bales," katanya, sambil berbalik lagi menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya.
***
Flashback
Sisie terbangun dan mulai tersadar jika dirinya sudah dalam kondisi terikat. Ia berteriak dan lagi-lagi ternyata mulutnya sudah diblokir oleh lakban. Matanya menajam, mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada dirinya.
"Hai."
What The fuck! Sisie mengenal suara itu. Suara yang menyapanya barusan, suara dari orang yang sedang berdiri dihadapannya sekarang. Seorang gadis yang tingginya hampir sama dengannya. Memakai setelan berwarna hitam, kacamata, masker, juga topi.
"Kenapa? Kaget ya?" katanya sekai lagi.
Sisie hanya bisa memberi respon lewat tatapannya. Ia bergidik ngeri, ia ketakutan dan langsung memberontak di tempat duduknya.
Begitu wanita bermasker itu semakin mendekat dan memangkas jarak, Sisie panik. Tubuhnya seketika mundur.
Krek!
Suara lakban yang dipaksa lepas itu menyakiti mulut Sisie. Ia meringis merasakan perih yang tiba-tiba.
"Vania, gue tau itu lo!" teriaknya marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Baru ✅
Teen FictionAkibat ulah salah seorang siswi yang meminta pihak sekolah agar dirinya dipindah kelaskan bersama teman lamanya, membuat sosok Aksa Dyo Arion terpaksa ikut terjerat dalam perpindahan kelas baru. Alhasil semua siswa-siswi mendapat bangku baru dan men...