8 - Penyekapan Ervina

126 10 2
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

"Kurang ajar mereka!" Alvino langsung berbalik badan dan hendak pergi.

Namun, Irsad menahan tubuh Alvino. "Al, Please, jangan gegabah! Jangan emosi gini. Entar yang ada malah gagal rencana kita buat selamatin Ervina. Kita susun stategi dulu bareng-bareng, gimana caranya ke sana. Kita udah tahu posisinya, kita juga banyak pasukan. Kita susun rencana dan strategi supaya kita gak gagal menyelamatkan Ervina," jelas Irsad sambil berusaha menenangkan Alvino.

Mendengar penjelasan Irsad, Alvino pun menjadi tenang.

"Dev, sorry, ya. Gara-gara Kak Al, lo jadi kayak gini," ucap Sandra.

"Iya gak papa, kok. Ini sebenarnya ada apa?" tanya Devan masih bingung.

"Enggak, cuma salah paham aja. Ervina diculik, dan mereka ngira lo yang nyulik, soalnya motor lo mirip sama motornya Reno," jelas Sandra.

"Oh. Harusnya sih kalau orang pintar ya dilihat plat nomornya," ledek Devan karena masih kesal dengan Alvino. Ia menyeka darah yang keluar dari bibirnya.

"Lu bisa gak sih diam?!" Alvino mendadak emosi dan hendak memukul Devan lagi.

"Udah stop!" bentak Sandra.

"Dev, sorry banget, ya. Sekarang lo pulang aja, buat ngobatin luka lo," usul Sandra.

Devan hanya mengembuskan napas gusar, lalu pergi menuju tempat parkir sambil berjalan dengan tertatih-tatih dan memegangi perutnya yang kesakitan akibat dipukul Alvino.

Setelah itu, Sandra, Alvino, beserta teman-temannya berdiskusi merencanakan penyelamatan Ervina di Taman Slamet. Setelah selesai, mereka langsung bergegas menuju ke sebuah gudang yang terletak di gedung tua di daerah Kebon Agung Kota Malang.

***

Setelah tertidur cukup lama, sepasang bola mata terlihat terbuka. Ia memerhatikan sekeliling, dan betapa terkejutnya ia saat mengerti posisinya telah diikat di tiang di dalam gudang dengan tangannya terikat di belakang, yang ia tak tahu di mana itu berada.

Tasnya tetap terkalungkan di punggungnya. Ia melihat tempat itu sangat kosong. Ia pun kebingungan. Siapa lagi kalau bukan Ervina. Ya! Saat ini, ia tengah disekap di sebuah gudang yang sangat berserakan dan tidak terawat.

Ervina seketika ketakutan dan otaknya bertanya-tanya apa yang tengah terjadi.

"Gu-gue di mana?" tanyanya dengan nada lemah sambil menatap ke seluruh gudang yang mulai gelap karena hari mulai petang.

Ia mencoba bergerak, namun tak bisa. Tangan dan tubuhnya diikat dengan kencang, sehingga ia kesulitan untuk melepaskan diri.

"Duh, kenapa pakai acara diikat segala, sih? Jangan-jangan, gue diculik? Tapi siapa yang tega nyulik gue?" monolog Ervina sambil terus memberontak.

"Aww! Sakit! Ini gara-gara tubuh gue gesekan sama tali," ringis Ervina menahan sakit akibat tubuhnya bergesekan dengan tali saat ia berusaha melepaskan ikatan.

Tanpa pikir panjang, Ervina langsung berteriak sekencang mungkin-berharap ada orang di luar gudang yang mendengarnya dan mau menolongnya.

"Tolong! Tolong aku! Aku diculik!" Tetap tak ada jawaban. Berulang kali Ervina meneriakkan kata yang sama. Namun, hanya bunyi nyamuk beterbangan yang menjawabnya.

"Kayaknya gudang ini jauh permukiman, soalnya nggak ada yang jawab teriakan gue," pikir Ervina.

Saat ia tengah sibuk memikirkan cara untuk kabur, tiba-tiba terdengar suara beberapa motor berhenti tepat di luar gudang. Bukannya kembali berteriak, Ervina justru curiga dengan beberapa pengemudi motor tersebut.

Nggak mungkin kalau mereka mau nyelamatin gue. Gue kan teriaknya udah dari tadi, dan mereka naik motor juga baru sampai sini. Jelasnya nggak bakal denger teriakan gue, batin Ervina sambil was-was.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Dengan cepat Ervina memejamkan matanya dan berpura-pura kembali pingsan. Namun, telinganya berusaha fokus untuk mendengarkan siapa yang datang.

Samar-samar terdengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin mendekati Ervina. Sementara Ervina hanya bisa menahan gemetar seluruh tubuhnya karena ketakutan.

Ervina merasakan ada yang tengah berdiri di hadapannya saat ini. Namun, baginya adalah hal gila jika ia membuka mata sekarang. Ia merasakan ada embusan napas tepat di wajahnya–membuatnya semakin ketakutan. Ia tetap berusaha berpura-pura pingsan.

Sesaat kemudian, orang itu sedikit menjauh dari Ervina.

"Belum bangun, Bos?" tanya seseorang dari sebelah pintu.

Orang yang diajak berbicara hanya menggelengkan kepala.

"Buset! Lama bener? Perasaan cuma gua bius aja, gak sampai gua kasih obat tidur," sahut salah satu orang yang bernama Trio.

"Gua curiga kalau tu cewek pura-pura tidur. Coba lu tes aja tu anak," usul Alex.

Tanpa berpikir panjang, orang yang diajak bicara pun langsung beraksi. Sementara Ervina hanya bisa menahan rasa takutnya.

Duh, mati gue kalau sampai ketahuan pura-pura pingsan. Bakal dites apa ini? tanya Ervina dalam hati sambil menahan panik. Namun, ia tetap bersikap rileks dan biasa saja.

"Cantik, masih tidur, ya?" tanya seseorang yang tadi mendekati Ervina. Sepertinya ia merupakan ketua geng di geng motornya.

Ervina hanya dia.

"Beneran tidur, atau pura-pura?" tanyanya lagi.

Ervina tetap diam.

"Oke, kalau kamu minta gini."

Orang tersebut menyentuh pipi kanan Ervina yang mulus, membuka Ervina semakin ketakukan.

"Aku boleh habisin Alvino malam ini juga, nggak? Kalau kamu nggak bangun, aku langsung berangkat," rayunya dengan tatapan smirk.

Mendengar nama pacarnya disebut, Ervina langsung perlahan membuka matanya. Ia tetap berusaha seolah baru saja siuman supaya tidak ketahuan jika ia hanya berpura-pura pingsan.

"Hmm, good," ucap orang tersebut sambil tersenyum licik.

Saat Ervina sudah sepenuhnya membuka mata, orang tersebut menatapnya dengan tersenyum sambil bertanya, "udah bangun? Masih ingat aku?"

Ervina yang terkejut langsung tersentak kaget tatkala melihat seseorang yang ada di hadapannya saat ini.

Penampilannya yang terlihat seperti anak geng motor berandalan membuat Ervina ketakukan. Ia mengenakan sepatu berwarna hitam, celana jeans berwarna biru tua, serta jaket hitam.

Namun di tengah-tengah ketakukan Ervina saat melihat penampilan orang tersebut, matanya terfokuskan pada sebuah almamater di jaket orang tersebut yang berlambangkan serigala hitam, serta ada tulisan di depan bagian jaket.

Tanpa sadar Ervina bergumam pelan, "Black Wolf."

Dengan cepat Ervina menatap wajah orang di depannya yang lumayan tampan, berkulit sedikit putih, dengan rambut yang disisir ke belakang. Ia memakai tindik di telingan sebelah kanannya.

Seketika memori kenangan Ervina satu tahun yang lalu kembali terlintas di pikirannya. Ia langsung ketakukan. Matanya membelalak.

"Lo ... Reno?!"

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.

See you next part😍...

Salam,
Eryun Nita

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang