13 - First Kiss

194 10 2
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Beberapa menit kemudian, Ervina dan Alvino telah sampai di alun-alun Kota Malang. Suasana malam itu sangatlah ramai. Banyak pengunjung, karena jam masih menunjukkan pukul 22.10.

Banyak sorot mata yang memperhatikan Ervina ketika ia datang, karena penampilannya yang masih mengenakan seragam SMA sampai malam hari. Banyak yang mengira bahwa Ervina adalah seorang gadis jalang karena belum pulang hingga malam hari dengan masih memakai seragam yang melekat di tubuhnya.

"Udah, nggak usah dipikirin. Mereka nggak tahu apa yang terjadi sama kamu. Kita cari tempat yang sunyi aja, ya. Jangan di tengah-tengah alun-alun, soalnya rame," pinta Alvino berusaha membuat Ervina kembali senang.

Ervina hanya mengangguk dan menuruti saja ke mana Alvino mengajaknya untuk pergi.

"Mau beli makanan dulu?" tawar Alvino pada Ervina. Namun, Ervina hanya menggeleng saja.

"Kamu nggak laper? Kamu lemes loh, sayang. Kamu tadi disekap lama banget, apalagi sampai tubuh kamu banyak yang sakit. Aku khawatir kamu kenapa-napa," ucap Alvino terlihat sedih menatap Ervina.

"Aku masih belum mood, Kak," ucap Ervina dengan nada sedikit lemah.

"Ya udah, aku nggak maksa. Kita cari tempat duduk, yuk," ajak Alvino sambil menggandeng tangan Ervina.

Setelah itu, mereka berdua pergi menuju ke tempat duduk yang terletak di pinggir alun-alun sebelah timur. Di sana terdapat banyak sekali bunga dan dekat dengan jembatan layang.

"Kita duduk sini aja, ya. Kita menjauh dari keramaian dan nenangin diri dulu," saran Alvino sambil perlahan membantu Ervina duduk.

Ervina hanya menggangguk.

"Apa yang kamu rasain tadi!" tanya Alvino saat Ervina sudah mulai tenang.

"Takut," ucap Ervina singkat. Satu kata itu cukup membuat Alvino paham apa yang tengah kekasihnya itu rasakan saat ini.

Alvino menghala napas gusar.

"Kamu tadi belum diapa-apain, kan, sama mereka? Soalnya yang aku lihat ...."

Alvino menggantungkan ucapannya, dan langsung disahut oleh Ervina.

"Emang belum, tapi hampir," potong Ervina.

"Hampir apa?" tanya Alvino terlihat khawatir.

"Dicium," ucap Ervina pelan.

"Cuma itu? Nggak ada yang lain?" tanya Alvino penasaran.

"Dia udah megang-megang tubuh aku, Kak. Mulai dari tangan, pipi, leher, dan juga bibir aku. Dia merhatiin terus buah dada aku sampai ke ujung kaki. Dia bermaksud memperkosa aku, Kak," jujur Ervina sambil kembali meneteskan air mata dan menunduk sedih.

Jujur dalam hati Alvino ia sangat marah dan emosi. Namun, ia tak mau juga membuat gadis yang dicintainya ini merasakan takut dengan kemarahan Alvino kembali. Sehingga, Alvino berusaha mengontrol emosinya sebaik mungkin supaya tidak membuat kasihnya itu takut.

"Syukurlah kalau masih hampir. Aku udah ngasih pelajaran juga ke dia, dan dia bakal dipenjara. Kamu nggak usah khawatir, ya. Kamu milik aku, kan?" tenang Alvino sambil mengusap pipi Ervina yang basah karena air mata.

"Iya, Kak."

Setelah terdiam sesaat, Alvino meraih wajah Ervina dan mendorongnya perlahan untuk berhadapan dengan Alvino.

Alvino sejenak mengusap bibir.

"Sayang... kamu tahu, kan, kita udah lama pacaran? Aku juga ada niatan untuk ke jenjang yang lebih serius sama kamu. Tubuh kamu itu hanya milik aku, dan tubuh aku juga hanya milik kamu. Aku nggak mau ada orang lain yang sampai menodai lebih dulu, karena kita saling menjaga untuk nantinya kita juga. Aku nggak mau kalau bibir yang manis ini sampai keduluan orang lain sebelum kita sah nanti."

Sedikit Ervina mulai Paham maksud Alvino. Namun, ia ragu mengungkapkan. Maka, ia kembali meminta untuk dijelaskan,

"Apa yang Kak Al mau?"

Alvino kembali mengusap bibir Ervina, dan ia menggigit bibirnya sendiri.

"Aku ... ingin ini. Tapi ... aku nggak maksa. Aku nggak mau ngebuat kamu sedikit keganggu karena keinginan aku. Aku cuma jujur apa yang aku mau, Sayang, karena aku nggak mau keduluan orang lain. Kamu tenang aja, aku nggak akan aneh-aneh. Aku nggak akan melangkah lebih jauh, dan aku juga akan tanggung jawab. Kamu juga tahu itu, dan orang tua kamu juga merestui. Bolehkah aku jadi yang pertama merasakan ini?" tanya Alvino dengan tatapan sendu.

Jujur, Ervina baru merasakan ini sekali dalam hidupnya. Ia pun tak tau harus berbuat apa. Jantungnya berdetak kencang tanpa bisa ia kendalikan. Pikirannya kacau, tak tahu harus mengatakan apa, karena ia juga sangat menyayangi Alvino.

Ia tak mau bahwa apa yang ia jaga untuk Alvino malah menjadi milik orang lain duluan yang tidak ia sayangi. Akhirnya, Ervina pun memutuskan untuk memberikan apa yang Alvino mau.

Dengan perlahan, Ervina mengangguk sambil berkata, "iya ... boleh, Kak."

"Kamu nggak bohong, kan, Sayang? Kamu serius?" tanya Alvino meyakinkan.

"Iya, Kak, aku serius. Aku nggak akan marah, kok. Tubuh aku emang buat Kak Al, kan?" ucap Ervina sambil tersenyum.

"Makasih, Sayang," ucap Alvino sambil tersenyum dan balasan dibalas senyuman pula oleh Ervina.

Perlahan namun pasti, di tempat yang sunyi itu Alvino mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Ervina dengan sedikit mendorongnya dengan pelan. Sampai akhirnya, bibir mereka bertemu dan bersentuhan.

Hangat, itulah kesan pertama kali yang saling mereka rasakan. Beruntunglah di tempat mereka saat itu tidak ada orang yang berlalu lalang. Sehingga, mereka bisa merasakan kehangatan tanpa gangguan dari orang lain.

Bibir ini ... akhirnya aku bisa memilikinya setelah hampir satu tahun aku menahannya. Sungguh lembut sekali, batin Alvino sambil meresapi bibir Ervina.

Astaga ... OMG! Ini beneran terjadi di kehidupan gue! Gue gak nyangka bakal ngerasain ini lebih cepat dari yang gue kira. Kak Al bisa aja, ya, bikin gue kayak gini. Deg-degan banget gue. Ya udahlah, jalani aja, nikmati alurnya, batin Ervina sembari merasakan bibir Alvino yang juga sangat lembut.

Ya! Ciuman ini adalah ciuman pertama mereka. Malam itu menjadi saksi bisu bahwa mereka telah saling terpaut satu sama lain. Meskipun tidak sampai bermain lidah, namun, ciuman malam itu begitu berarti bagi mereka. Meskipun hanya sebatas melumat bibir saja, namun, bagi mereka itu semua sudah lebih dari cukup.

Setelah beberapa detik bertahan dengan posisi seperti itu, mereka pun saling melepaskan ciumannya.

"Makasih ya, Sayang. Aku bakal jaga kamu sebisa aku," ucap Alvino sambil mengelus kepala Ervina.

"Sama-sama, Sayang. Aku juga bakal jaga diri aku buat kamu sebisa aku," jawab Ervina sambil tersenyum.

"Thank you, and I love you."

"You're welcome, and I love you too."

Mereka pun saling berpelukan satu sama lain sembari meresapi kehangatan yang mereka rasakan di malam yang dingin itu.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

See you next part😍...
Jangan lupa buat always support dengan cara vote, comment, and share yaa...

Salam,
Eryun Nita

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang