22 - Perjodohan

93 8 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Malam harinya, Alvino diajak berbicara serius oleh kedua orang tuanya di ruang keluarga.

"Papa mau ngomongin apa? Kok kayaknya serius banget," tanya Alvino yang terlihat bingung. Ia pun duduk berhadapan dengan orang tuanya.

Begini, Alvino. Mama sama Papa kan tahu kamu sudah besar. Papa punya teman masa kecil, dia juga punya anak perempuan seusia kamu. Kami sudah berjanji bahwa nanti kalau kamu dan anak teman Papa sudah besar, kalian akan kami jodohkan, ucap Papa Alvino tiba-tiba.

"Perjodohan?!" Alvino langsung meninggikan nadanya.

"Ya, benar sekali," jawab papanya.

"Gak bisa, Pa! Papa gak bisa seenaknya ngatur-ngatur aku, ya. Pa, aku udah besar, aku udah punya pilihan hati sendiri. Aku yang lebih tahu tentang dia, bukan anak temen Papa. Kalau dia gak sesuai sama yang aku mau, gimana? Pokoknya aku gak mau dijodohin!" tolak Alvino mentah-mentah.

"Sayang, ini demi kebaikan kamu nanti. Papa sama Mama udah kenal betul sama anak temen Papa. Dia manis, sangat baik, cantik, pintar juga dia. Cocok sama kamu. Bahkan temen Papa juga berharap kalau kamu bisa jadi menantu mereka," bujuk mama Alvino.

"Tapi, Ma. Yang jalanin pernikahan itu aku, bukan kalian. Kalau ada apa-apanya, kalian mau tanggung jawab?" tanya Alvino dengan emosi.

"Sudah, keputusan Papa sudah bulat, tidak bisa diganggu gugat. Besok lusa, Papa dan teman Papa akan mengadakan pertemuan keluarga di Yellow Cafe yang ada di Kota Malang. Kamu harus datang biar saling kenal," perintah papanya.

Setelah mengucapkan itu, papa Alvino pun pergi.

"Ma, bisa gak sih, kalian jangan egois! Tolong ngertiin, dong, perasaan Alvino," bujuk Alvino dengan wajah memelas.

Mama Alvino pun langsung menenangkan Alvino. "Sayang, udah ya. Kamu nurut aja sama papa. Kamu tahu, kan, papamu kalau nggak dituruti kayak apa? Kamu coba jalani dulu aja pernikahan kamu nanti. Kalau ada apa-apa, kamu bisa bilang ke Mama. Kalau pada akhirnya kamu cerai sama dia, kamu bisa kembali lagi ke pacar kamu," saran mama Alvino sambil membelai rambut Alvino.

"Tetep aja, Ma. Kalau aku bisa nerima pacar aku, belum tentu dia bisa nerima aku dengan status aku yang sudah duda.” Alvino tetap tak mau kalah.

"Kalau dia memang cinta dan sayang sama kamu, dia pasti bisa nerima kamu apa adanya, Sayang. Sekarang kamu lalui dulu apa yang harus kamu lalui sekarang," pinta mamanya.

Karena tak mau menyakiti hati kedua orang tuanya, Alvino terpaksa menyetujui permintaan orang tuanya itu.

***

Sementara itu di rumahnya, Ervina pun juga diajak berbicara serius dengan orang tuanya.

"Ada apa sih, Pa? Kok tumben banget ngajak ngumpul gini?" tanya Ervina yang baru duduk di ruang tamu.

"Begini, Sayang. Langsung saja Papa bilang ke kamu, ya. Kamu kan sudah besar, dan semua orang juga pasti bakal menikah, termasuk kamu. Singkatnya, Papa punya teman masa kecil yang punya anak laki-laki seusia kamu. Kami sepakat akan menikahkan kalian kalau kalian sudah berumur 17 tahun. Sekarang kamu sudah berumur sekian, kan? Jadi Papa bermaksud menikahkan kalian secepatnya, karena demi kebaikan kalian juga," ucap papa Ervina to the point.

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang