21 - Obat Penenang

125 11 0
                                    

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



━─━─━─━─=== • ✠ • ===─━─━─━─━≫

Beberapa hari kemudian, Pak Arif memberikan banyak tugas pada Ervina dan juga Devan berkaitan dengan OSIS. Hal tersebut tentu membuat mereka mau tak mau harus sering menghabiskan untuk bersama untuk mengerjakan tugas tersebut. Ditambah lagi ada beberapa keperluan yang harus mereka beli di mal.

Kebersamaan yang sering Devan rasakan ketika di dekat Ervina, membuatnya semakin nyaman pada Ervina. Bahkan ia menjadi suka dengan Ervina.

Meskipun ia tahu Ervina telah menjadi milik Alvino, namun bukan pantangan baginya. Karena menurut prinsipnya, selama janur kuning belum melengkung, masih ada kesempatan untuk menikung.

Sepulang dari mal, Devan mampir di rumah Ervina untuk menaruh barang-barang yang baru saja mereka beli. Setelah itu mereka duduk di ruang tamu dan mulai membuka obrolan.

"Er, gue boleh tanya gak?"

"Boleh, tanya apa?" tanya Ervina sambil memakan cemilan.

"Lo masih tetep pacaran sama Alvino?" tanya Devan tiba-tiba.

Mendengar nama Alvino disebut, kembali bergejolak hati Ervina dibuatnya. Ia hanya diam tak menjawab karena ia tak tahu juga bagaimana nasib hubungannya sekarang. Apakah hubunganya berakhir setelah Alvino meninggalkan dia, atau tetap ada namun tanpa hubungan yang jelas?

"Oke, gue yakin lo masih sama dia. Gue cuma tanya itu. Tapi ada sesuatu yang lebih serius yang pengen gue omongin ke elo," ucap Devan mulai serius.

"Apa?" Ervina memerhatikan Devan.

Devan pun meraih kedua tangan Ervina sembari berkata, "Er, gue mau jujur. Sejak pertama kali gue ketemu lo, gue udah mulai penasaran sama lo, dan semua tentang lo. Semakin lama, semakin sering kita bersama dan menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas OSIS, gue rasa gue mulai nyaman sama lo. Gue suka sama lo. Please, kasih gue kesempatan, ya."

"Dev, lo ngomong apaan, sih? Lo udah gila? Lo tahu kan gue udah punya pacar. Gue juga gak suka sama lo. Please, ya, lo jangan suka sama gue. Kita temenan aja. Gue gak mau lo terluka karena dihajar Kak Al gara-gara gue," peringatan Ervina dengan sedikit cemas.

"Gak masalah. Cinta kan emang butuh pengorbanan dan perjuangan. Gue bakal perjuangin lo, kok," ucap Devan tak mau menyerah.

Bukannya menjawab, Ervina justru menangis.

"Loh, gue ngomong gini kok lo malah nangis? Apa ada kata gue yang nyakitin hati lo, ya? Sorry, gue gak bermaksud buat nyakitin hati lo, Er." Devan terlihat bingung tak tahu harus berbuat apa.

Ervina hanya menggeleng. Perlahan ia mulai membuka suara.

"Sebenarnya udah semingguan lebih Kak Al gak ada kabar. Pembantunya bilang dia ke Singapura nyusul orang tuanya dan menetap di sana. Tapi nomornya sama sekali gak aktif. Gue gak tahu harus gimana lagi buat nyari kabar tentang dia. Makanya gue gak tahu kejelasan hubungan gue sekarang kayak gimana," terang Ervina sambil sesenggukan.

Merasa peka dengan situasi, lalu Devan pun kembali membuka omongan.

"Apa Alvino udah nyakitin lo?"

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang