Bab 14. Deal!

384 48 1
                                    

Bismillah,

Sinar memperlambat langkahnya. Lengannya menyusut keringat yang mengucur di dahi. Setelah menoleh dan memastikan Rafa yang bersepeda di belakangnya aman, Sinar segera menepi. Memilih tempat di bawah pohon palm, lalu menjatuhkan bokongnya.

Matahari belum naik terlalu tinggi, dan sinarnya menimpa wajah Sinar yang dibasahi keringat. Perempuan itu mendongak, menemukan langit berwarna biru diselingi gumpalan kecil awan putih. Sinar menutup matanya karena silau. Merasakan angin melewati wajahnya, dan gesekan lirih daun palm.

"Kak, kalo cuma mau bilang sama Satrio tinggal bilang aja!" Aya mengikuti Sinar, langsung duduk di samping kakaknya yang tidak peduli pada ocehannya. "Tinggal kirim chat aja, bilang 'oke, Sat'. Beres. Emang Kakak mau pake cara apa, sih? Yang romantis? Pake acara dinner-dinner-an pleketek gitu? Kelamaan tau, Kak."

Omelan Aya berhenti. Kelihatannya perempuan itu sedang mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Sementara Sinar belum berminat menjawab adiknya. Seperti biasa, dia membiarkan Aya bicara panjang lebar dulu. Bagian Sinar hanya memberi penutup. Dalam hati menyesal karena membiarkan Aya ikut dengannya. Lebih menyesal lagi karena selama jogging bareng tadi dia membahas kegalauannya tentang Satrio pada Aya.

"Dari cerita Kakak ke aku, Satrio kelihatan bertanggung jawab, setia dan perhatian. Mana kebapakan lagi. Ck ck ck sungguh karunia Tuhan yang sangat mengagumkan," lanjut Aya.

"Heh tahu dari mana dia setia dan tanggung jawab? Kamu juga baru liat fotonya. Jangan sok tau!" protes Sinar dengan sebal. Dia menyesal sudah curhat pada Aya masalah Satrio. Ditambah deskripsi Satrio dari Triana, Aya semakin gigih menyemangati Sinar.

Aya malah tertawa sambil menjawil pipi Sinar. "Kalo masalah menerawang laki-laki serahkan sama aku."

"Gundulmu!"

"Kak aku enggak gundul, loh," ucap Aya sambil menunjuk rambut ikalnya yang berwarna caramel brown. "Lagian Kakak dulu nggak dengerin sih pas aku bilang Benny itu brengsek!" Aya mendengkus sebal. "Terbukti kan dia brengsek."

"Ay, aku tadi enggak ngajak kamu ke sini ya! Kalo kamu mau bikin aku pusing dengan omelan kamu, mending pulang sana! Kasian Niko capek ngedorong stollernya Fabian, tuh!" ancam Sinar dengan muka judes andalannya.

Tadinya dia pergi jogging ke Car Free Day untuk melarikan diri dari Ayahnya. Haribawa tiba-tiba datang di pagi buta, membawa sarapan dan banyak makanan. Tentu saja membawa Dewinta juga. Karena itu Sinar mencari alasan supaya bisa kabur dan tidak perlu bertemu Haribawa.

Sudah cukup moodnya rusak semalaman karena melihat Ibunya menangis. Setelah percakapan dengan Triana, dia susah tidur. Lantaran itu juga jarinya jadi iseng stalking sosial medianya Satrio. Hal yang membuat Sinar semakin galau karena isi sosmed lelaki itu tidak seperti dugaan Sinar.

Awalnya mengira Instagram milik Satrio akan dipenuhi foto-foto narsis, Sinar malah tercengang karena isinya kebanyakan kutipan dari papernya. Ada beberapa foto, tapi objeknya bukan manusia melainkan hamster yang diberi nama Sitikus. Dari caption pendek yang dibaca Sinar, Sitikus adalah peliharaan Revaline yang lalu kabur dan membuat gadis itu sedih berhari-hari.

"Kak, ngelamun Satrio, kan. Makanya cepet dihubungi Kakak," ucap Aya sambil menyenggol siku Sinar.

"Apaan, sih? Beneran ya, Ay, sekali lagi kamu bahas Satrio aku panggil kurir buat maketin kamu pulang!" Sinar menatap judes pada adiknya yang tenang-tenang saja dan malah menertawai kekesalannya. Mencoba menutupi rasa sebal pada Aya, Sinar mengeluarkan ponsel dari kantong bajunya.

Tanpa disangka, Aya merebut ponsel Sinar. Lalu mencoba membuka kunci layarnya sambil menjauhkan ponsel dari Kakaknya yang semakin frustrasi. "Kalo kamu nggak mau nge-chat, aku aja yang nge-chat," tandas Aya tanpa rasa bersalah.

One Twenty DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang