Bab 19. Kejutan Bikin Geram!

366 41 2
                                    

Bismillah,

"Jadi dalam artikel yang kami presentasikan ini desain penelitiannya adalah eksperimental, jenisnya quasi. Kami menyimpulkan demikian karena dalam bab tiga kami menemukan penjelasan tersebut. Lalu ada juga kelas kontrol dan eksperimen yang digunakan. Tetapi, Bu, kami juga menemukan data kualitatif dalam artikel ini."

Sinar yang tadi memerhatikan dua orang mahasiswa S2 yang sedang presentasi, beralih pada layar LCD. Sebuah teks ditunjukkan dan Sinar membacanya dengan cepat. Dia mengerutkan kening. Mata kuliah Kawasan Penelitian Teknologi Pendidikan yang diampunya ini kadang rumit. Apalagi jamnya di siang hari menjelang sore begini. Pastinya para mahasiswa sedang berada di fase kritis, alias mengantuk yang enggak tertahankan.

"Di metodenya apakah disebutkan tentang mixed method?" tanya Sinar masih dengan kening berkerut.

"Sebentar, Bu." Sepasang mahasiswa yang kelihatan kelimpungan sekarang berbisik-bisik. Tangan mereka menunjuk laptop yang terbuka.

"Ehm, tidak ada, Bu," sahut mahasiswi dengan rambut diikat ekor kuda.

"Yakin? Artikelnya berbahasa Inggris atau bahasa Indonesia?" tanya Sinar lagi.

"Ehm ... bahasa Inggris, Bu." Kali ini mahasiswa berbaju kotak yang menjawab.

"Sudah diterjemahkan?" Sinar rupanya mencium ketidakberesan.

"Hanya bagian bab metode penelitian saja, Bu yang kami terjemahkan," jawab si baju kotak-kotak sambil nyengir.

"Lain kali diterjemahkan bab latar belakang juga. Siapa tahu si penulis di awal sudah menyiratkan kalau penelitiannya mixed method. Jangan berharap artikel yang anda kaji jelas penulisannya. Kadang-kadang ada informasi yang tidak dituliskan dengan gamblang. Tetapi kalau memang tidak ditemukan penjelasan tentang mixed method, berarti penelitiannya 'selingkuh'," Sinar menjelaskan sambil menggunakan tanda petik khayalan di kata 'selingkuh'.

"Sebaiknya anda enggak begitu ya kalo nanti menulis artikel. Usahakan ditulis dengan jelas. Jangan menutup-nutupi informasi. Sama aja kaya 'selingkuh' tadi. Selingkuh itu enggak enak karena harus ditutupi dengan bohong. Kalo tulisannya kaya yang anda jelaskan tadi, artinya data kualitatif berperan sebagai 'pelakor'," lanjut Sinar yang sekarang sudah berdiri dan menatap para mahasiswanya yang manggut-manggut.

"Oke, terima kasih untuk kelompok dua. Kita lanjutkan dengan kelompok tig-" Ucapan Sinar terjeda karena ponsel yang diletakkanya di meja berdering ribut. Suasana kelas yang tadinya senyap karena dia menjelaskan, cukup terganggu. Dalam hati Sinar menggerutu karena lupa tidak menyalakan mode senyap pada ponselnya.

"Silakan siapkan kelompok tiga," perintahnya sebelum mendekati meja dan meraih ponsel. Matanya menyipit melihat barisan nomor tidak dikenal di layar. Jarinya langsung menekan icon 'reject' tanpa ragu.

Dengan lelah Sinar kembali duduk, lalu menyurukkan ponsel ke dalam tas. Menghela napas sambil memijit keningnya perlahan, Sinar mengeluh dalam hati. Hari Kamis jadwal mengajarnya seperti sinetron kejar tayang. Penuh dan padat.

Dua mahasiswa sudah siap memulai presentasi dan meminta ijin pada Sinar. Sinar menganggukkan kepalanya yang sedikit pening.

"Selamat siang. Kami kelompok tig-"

Lagi-lagi ponsel Sinar berdering. Membuat ucapan si mahasiswa terpotong. Sinar menggeram dalam hati kali ini, walaupun wajahnya berusaha menampakkan mimik biasa saja. Tangannya merogoh tas dan mengambil ponsel. Dengan gemas dia menekan tombol 'reject' lagi. Nomor yang sama tertangkap matanya. Sebenarnya Sinar penasaran tapi dia terbiasa tidak mengangkat panggilan telepon saat mengajar.

Baru saja Sinar memberi kode untuk memulai presentasi, ponselnya berdering lagi. Kali ini kekesalan Sinar sudah memuncak, sehingga secepat kilat jarinya menekan 'reject'.

One Twenty DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang